Ma’ruf menyebut ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan RI menjadi dilema kritikal. Oleh karena itu, pemerintah mesti bisa mengelola dilema ini dengan baik, seiring dengan meningkatnya tren kemajuan penduduk.
“Meskipun inflasi di Indonesia dalam batas terkendali, sebesar 5,51 persen pada Desember 2022, tantangan penyediaan pangan ke depan kian berat. Belum semua sektor pulih dari pandemi, tergolong bikinan dan distribusi pangan global,” katanya saat membuka Rakernas Pembangunan Pertanian 2023 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu , 25 Januari 2023.
Selain itu, Ma’ruf menyinari dampak pergeseran iklim yang sulit diprediksi. Menurutnya, tekanan geopolitik global turut menciptakan harga pangan melonjak hingga mengakibatkan krisis pangan global.
Oleh alasannya itu, dia memberikan tiga wejangan utama yang bisa dilakukan oleh kementerian dan lembaga terkait untuk menghadapi tantangan ke depan. Pertama, identifikasi komoditas pangan yang tepat oleh Kementerian Pertanian.
Ma’ruf mencontohkan soal data jumlah surplus beras condong menurun dari tahun ke tahun. Ia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) di mana jumlah beras turun dari 4,37 juta ton pada 2018 menjadi 1,74 juta ton pada 2022.
“Saya minta konsentrasi kita agar jangan cuma pada surplusnya saja, namun juga pada besaran angkanya. Harapannya jumlah surplus terus meningkat dari tahun ke tahun. Artinya bikinan beras juga meningkat dari tahun ke tahun,” ucap Ma’ruf.
Kedua, Ma’ruf menyinggung fakta di mana lahan pertanian makin menyusut karena alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Menurutnya, ini dapat menjadi bahaya positif ketahanan pangan RI bila tidak disertai dengan upaya menggenjot produksi.
Ketiga, Ma’ruf meminta giat acara diversifikasi pangan lokal secara masif. Saat ini, masyarakat Indonesia masih tergantung pada beras selaku sumber kuliner pokok.
Di lain sisi, Kementan menargetkan konsumsi beras turun ke posisi 85 kg per kapita per tahun dari sekitar 92 kg per kapita pada 2020.
Ma’ruf memastikan selain mewujudkan swasembada beras tanpa impor, upaya menjaga ketahanan pangan perlu dibarengi dengan penggalakan kembali acara diversifikasi pangan. Ini bisa dilakukan melalui pengembangan hulu-hilir pangan lokal.
“Bapak Presiden telah menegaskan hal ini, tergolong pada aneka macam potensi aku juga mengingatkan semoga percepatan program diversifikasi dan pengembangan pangan lokal ini didukung dengan riset,” ujarnya.
“Regulasi dan insentif pemerintah juga perlu dimanfaatkan untuk mempesona partisipasi penanam modal atau swasta dalam program diversifikasi pangan, serta mendorong bikinan pangan setempat maupun pengembangan produk turunannya,” sambung Ma’ruf.
(skt/sfr)