Jakarta – Ilmu yang diperoleh di bangku sekolah atau kampus harus bermanfaat bagi masyarakat banyak. Prinsip ini sepertinya dipegang erat oleh civitas akademika Universitas Pertamina (UPER).
Ini ditandai dengan inovasi yang diciptakan oleh para mahasiswa dan dosen dari Program Studi Teknik Perminyakan UPER.
Ludovika Jannoke M.Sc, dosen dari kampus UPER tersebut dalam keterangan resmi kepada DETAIL.ID, Minggu, 5 Februari 2023, menyebutkan mereka telah menciptakan lampu tenaga surya yang diberi nama SoLite.
“Kami menciptakan lentera bertenaga surya yang kami namakan SoLite. Lentera energi baru terbarukan ini mampu menghasilkan pencahayaan hingga 12 jam, tergantung tingkat kecerahan lampu yang digunakan,” kata dia.
Menurut Ludovika, SoLite juga dilengkapi mode lampu SOS yang bisa digunakan warga dalam keadaan darurat.
SoLite, kata dia, dibuat menggunakan toples kaca yang terdiri dari tiga elemen, yakni panel surya, lampu LED, dan baterai.
Pada bagian tutup toples dimodifikasi untuk memasang mini solar panel module guna pengisian baterai.
Kemudian, ujarnya, di bagian bawah tutup dipasang sistem kelistrikan, baterai dan lampu LED.
“SoLite memiliki spesifikasi baterai Lithium-ion 3.7V 1200mAh yang bisa menyimpan daya 4.4W,” kata Ludovika.
Kata dia, lampu atau lentera ini memiliki waktu pengisian baterai selama 18 jam.
“Caranya adalah dengan dijemur tutup toples yang terdapat solar panel module di bawah sinar matahari,” kata dia.
Lalu, inovasi itu mereka tujukan ke masyarakat atau wilayah mana?
Ludovika bilang, lentera SoLite itu didistribusikan ke Desa Lirung Ubing, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Masyarakat di desa itu, kata Ludovika, berprofesi sebagai petani. Wilayah mereka sampai sekarang tak tersentuh arus listrik dari PLN.
Situasi ini mengakibatkan para petani kesulitan memeriksa lahannya secara berkala di malam hari.
Ia bilang, Desa Lirung Ubing dipilih sebagai lokasi penerapan SoLite karena hingga kini desa tersebut belum dialiri listrik PLN.
“Untuk mencukupi kebutuhan, masyarakat desa bergantung pada generator berbahan bakar minyak,” kata dia.
“Dengan kondisi listrik yang hanya mengalir 12 jam sehari, warga Desa Lirung Ubing tidak bisa beraktivitas luar rumah pada malam hari,” ia menambahkan.
Jika sedang musim hama, Ludovika bilang para petani tidak bisa memeriksa lahannya secara berkala di malam hari.
“Akibatnya mereka berpotensi gagal panen,” tutur Ludovika.
Nah, Ludovika berkata pada Rabu, 27 Januari 2023, SoLite telah berhasil didistribusikan dan dimanfaatkan pada 40 titik penerangan di fasilitas-fasilitas umum warga Desa Lirung Ubing.
Dengan menggunakan lentera SoLite, ia bilang masyarakat diharapkan bisa lebih hemat karena listrik yang dihasilkan dari genset bisa digunakan untuk keperluan lain.
“Seperti untuk menonton televisi, mengisi daya smartphone dan sebagainya,” ucap Ludovika.
Reporter: Heno
Discussion about this post