DETAIL.ID, Medan – Sejauh ini, kondisi geopolitik belum juga stabil. Selain peperangan Rusia versus Ukraina yang belum berakhir walau berjalan dua tahun, kini muncul kembali peperangan yang baru, yakni antara Iran versus Israel, sebagai imbas yg tekanan Israel terhadap Palestina.
“Karena itu, tentu kita harus berhati-hati,” kata Syaiful selaku Kepala Kantor Direktur Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Keuangan pada Senin pagi, 29 April 2024.
Hal tersebut ia katakan dalam acara konferensi pers yang dilakukan secara daring yang diikuti sejumlah pihak terkait di Sumut.
Seperti para jurnalis, utusan Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu).
Syaiful tidak sendirian dalam acara itu. Ia didampingi oleh Kepala Kanwil Direktur Jenderal Keuangan Negara (DJKN) Dodok Dwi Handoko,
Kepala Bidang (Kabid) Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Sumut I Achmad Amin
Selanjutnya, Kabid P2 Humas Kanwil Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP) Sumut I Lusi Yuliani, Kabid Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kanwil DJP Sumut II Andjar Susanto
Serta terakhir adalah Kabid Kepala Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DCBC Sumut Hary Kustowo dan Kabid Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II, Kanwil DJPb Sumut Abdul Yusuf.
Konferensi pers secara daring tersebut dipandu oleh Jus Samuel Sihotang selaku Widyaiswara Ahli Muda, Balai Pendidikan san Pelatihan (Diklat) Keuangan Medan.
Syaiful menyebutkan kenapa Indonesia, termasuk Sumut, harus berhati-hati dalam menangani perekonomian di saat kondisi geopolitik tersebut tak kunjung mereda.
“Karena situasi geopolitik berpotensi memengaruhi perekonomian kita, baik secara nasional maupun di perekonomian di Provinsi Sumatera Utara (Sumut),” ujar dia.
“Tentu hal ini akan mempengaruhi lonjakan-lonjakan harga komoditas dan pasar keuangan, serta bisa memperburuk rantai pasok secara global,” ucap Syaiful.
Ia bilang memang inflasi dan harga bahan pokok masih bisa dikendalikan, yang terlihat dari lancarnya pasokan bahan pokok saat bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1445 H yang lalu.
Syaiful menegaskan, kelancaran rantai pasok komoditas dan stok minyak harus benar-benar bisa dikendalikan agar kemudian inflasi dan harga barang dan bahkan pokok pun bisa dikendalikan.
Namun Syaiful meminta semua pihak tetap bersemangat dan bersikap optimis. Karena dari data yang ada, Syaiful bilang aktivitas ekonomi masyarakat tetap terjaga hingga Maret 2024.
Kata dia, ekonomi Sumut pada triwulan IV 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen dibandingkan periode yang sama atau secara tahunan (year on year/yoy).
Sedangkan bila dibandingkan terhadap triwulan III 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 0,53 persen (quarter to quarter (q-to-q).
Namun, kata dia, Sumut mengalami inflasi sebesar 0,72 persen secara bulanan atau month to month (m-to-m) lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,52 persen (m-to-m).
Kemudian, ia menambahkan, Sumut mengalami inflasi sebesar 3,67 persen (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 3,05 persen (yoy).
“Neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara Februari 2024 mengalami surplus sebesar US$ 292,74 juta,” tutur Syaiful.
“Sekali lagi saya katakan bahwa memang indikator-indikator ekonomi di Sumut itu memang masih dalam kondisi baik,” kata dia.
“Tetap kitai tetap harus waspada mengingat kondisi global yang belum stabil yang dimungkinkan akan mempengaruhi kondisi di tingkat regional,” tegas Syaiful selaku Kepala Kantor Direktur Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Keuangan.
Reporter: Heno
Discussion about this post