Connect with us

NASIONAL

Tampil Cantik, Dukung Alam. Inilah Jejak Produk Lokal yang Jadi Harapan Baru bagi Iklim

DETAIL.ID

Published

on

MAHAKARYA TENUN: Proses pembuatan tenun ikat Dayan Iban. (ist)

DETAIL.ID, Jakarta – Peduli akan bumi yang masih terus mengalami krisis, kian banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk menciptakan produk yang semakin ramah terhadap planet ini. Tak terkecuali, produk fashion dan kecantikan lokal.

Berdasarkan data PBB, industri fashion bertanggung jawab atas sekitar delapan hingga 10 persen emisi global, lebih tinggi daripada gabungan antara industri penerbangan dan shipping. Menurut Global Fashion Agenda and Mckinsey, pada 2018 industri fashion di seluruh dunia menghasilkan lebih dari 2 miliar ton emisi gas rumah kaca.

Angka emisi yang fantastis ini menggerakkan industri fashion dan kecantikan untuk berinovasi menghasilkan produk yang ramah terhadap bumi. Sebagian perusahaan di bidang tersebut menciptakan ekonomi restoratif, yang tidak hanya mendorong kesejahteraan komunitas lokal dan masyarakat adat yang hidup di sekitar hutan, melainkan juga memulihkan hutan dan alam sekitarnya.

Dengan kesadaran yang meningkat di industri fashion dan kecantikan, saat ini pilihan produk yang lebih baik untuk lingkungan makin banyak tersedia. Anda bisa tetap tampil glowing dan keren tanpa melukai alam, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. Caranya, cobalah produk-produk ini.

PRODUK KECANTIKAN
Sabun Citronella Sigi
Citronella atau sereh wangi tampaknya memang sedang naik daun. Selain dibuat sebagai minyak atsiri untuk aroma terapi, tanaman ini juga bisa digunakan sebagai bahan dasar produk anti-nyamuk, serta produk perawatan kulit dan rambut. Sereh wangi ini pulalah yang dimanfaatkan oleh masyarakat Sigi untuk membuat berbagai produk perawatan kulit.

Sereh wangi ditanam oleh masyarakat sebagai bagian dari penguatan ekonomi lokal program restorasi lahan pasca banjir bandang di Desa Pulu, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. Gagasan pembuatan sabun citronella yang dipasarkan dengan merek Tumbavani ini lahir dari upaya inovatif dalam mengembangkan produk turunan minyak sereh wangi. “Tanaman sereh wangi dipilih karena memiliki masa panen yang relatif singkat, yaitu setiap empat bulan sekali, sehingga bahan bakunya mudah diperoleh dan berkelanjutan,” kata Nedya Sinintha Maulaning, Ketua Gampiri Interaksi Lestari, yang salah satu fokus kegiatannya adalah sebagai inkubator bisnis lokal.

Proses produksi sabun ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Pulu dengan melibatkan orang muda dan ibu rumah tangga di sekitar desa. Mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui program pendampingan dari Mercy Corps Indonesia. Organisasi non-pemerintah ini telah aktif mendampingi masyarakat sejak masa tanggap darurat (November 2021), hingga program pemulihan pasca bencana berakhir pada tahun 2024. Selain itu, dalam proses bisnisnya usaha tersebut diperkuat dengan program inkubasi yang diikuti selama 8 bulan bersama Gampiri Interaksi Lestari pada 2024.

Mercy Corps, sabun citronella dari sereh wangi. (ist)

Mercy Corps, sabun citronella dari sereh wangi. (ist)

“Keamanan produk dijamin melalui penggunaan bahan-bahan alami, seperti minyak sereh wangi dan daun kelor. Kandungan alami tersebut tidak hanya ramah bagi kulit, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa aroma segar dan manfaat kesehatan. Dengan begitu, produk ini mampu meningkatkan kepercayaan calon konsumen terhadap keamanan dan kualitas,” kata Nedya.

Skincare inovatif dari alam Kalimantan Barat
Seluruh produk kecantikan serta perawatan kulit dan rambut yang diproduksi oleh Arcia menggunakan bahan dasar alami yang diambil dari tanah Kalimantan Barat. Salah satunya adalah tanaman endemik di daerah tersebut, yaitu tengkawang (Shorea spp.), yang dibuat menjadi mentega untuk bahan dasar produk kecantikan. Di samping itu mereka juga menggunakan minyak kemiri, minyak kelapa murni, dan lidah buaya dalam pembuatan produknya.

“Semua bahan tersebut banyak ditemukan di Kalimantan Barat dan dapat diolah. Skincare Arcia tidak menggunakan campuran bahan kimia sintetis. Karena, pada awalnya masyarakat daerah ini tidak menggunakan skincare seperti sekarang, melainkan langsung mengoleskan bahan baku yang telah diolah secara tradisional pada kulit dan rambut,” kata Yenni Angreni, pendiri Arcia.

Inovasi produk Arcia memiliki sejumlah nilai plus yang ramah bagi alam dan praktis bagi konsumen. Contohnya, kemasan produknya dibuat bisa didaur ulang oleh bank sampah. Di samping itu, sabun dan sampo batangan merupakan produk yang mudah dibawa tanpa takut tumpah, sehingga bisa menghemat anggaran kecantikan. Tak ketinggalan produk kondisioner yang bisa dioleskan di rambut tanpa harus dibilas lagi. Praktis dan hemat air.

Jika Anda masih ragu, Yenni menambahkan, “Konsumen dapat mengecek langsung, apakah bahan yang kami gunakan memang alami. Karena, salah satu komitmen kami adalah menghasilkan produk ramah manusia dan ramah alam.”

Essential oil beraroma Bali
Dengan kemasan premium yang elegan, mungkin orang akan menyangka bahwa produk Foresta merupakan produk impor. Padahal, produk kecantikan berbasis minyak atsiri dengan jenama tersebut dibuat dari bahan alami yang diambil dari hutan Indonesia.

Minyak atsiri Foresta dipasarkan dalam dua bentuk, yaitu minyak atsiri murni untuk kebutuhan aromaterapi dan formulasi lanjutan, dan produk turunan berupa produk kecantikan dan perawatan tubuh. “Pendekatan ini memungkinkan kami menjangkau berbagai segmen pasar, mulai dari konsumen yang menginginkan bahan alami murni hingga mereka yang mencari produk jadi dengan manfaat langsung,” kata Eka Maulana Nugraha Putra, Business Director Conservana, perusahaan yang memproduksi produk Foresta.

Minyak atsiri Foresta dibuat dari tanaman yang dibudidayakan melalui rustic agroforestry system di kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat. Dalam model ini, tanaman atsiri, seperti sereh wangi, nilam, dan palmarosa, ditanam sebagai tanaman sela oleh petani hutan. Selain untuk meningkatkan pendapatan petani, tanaman tersebut juga berperan sebagai pengikat tanah yang sangat efektif, terutama pada kontur perbukitan, sehingga berkontribusi langsung terhadap pencegahan tanah longsor dan peningkatan biodiversitas hutan.

“Minyak atsiri tersebut kemudian diekstraksi secara ramah lingkungan dan diuji kemurniannya melalui laboratorium independen. Untuk produk kecantikan berbasis atsiri, kami bekerja sama dengan formulator profesional yang mengikuti standar keamanan kosmetik nasional dan internasional,“ kata Eka.

Menariknya, seluruh produk Foresta telah tersertifikasi Wildlife Friendly, yang menandakan bahwa praktik produksi telah memenuhi standar internasional dalam melindungi satwa liar, habitat, dan keanekaragaman hayati. Dengan sertifikasi ini, perusahaan menjamin bahwa setiap tetes minyak tidak hanya aman bagi manusia, tapi juga ramah bagi seluruh kehidupan yang berbagi ruang di hutan.

FASHION
Tenun ikat Dayak Iban
Dikenal sebagai tenun yang halus dengan pewarna alam yang cantik, tenun ini melukiskan keragaman, baik dari segi teknik, motif, hingga karakter warna. Hingga kini beberapa teknik tradisional yang masih lestari dan dipraktikkan, seperti teknik sidan, ikat, sungkit, pileh selam, dan pileh amat.

Hardiyanti, peneliti independen Mahakarya Tenun, bercerita, bagi suku Dayak Iban yang tinggal di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menenun bukan sekadar keterampilan. Ini adalah jalan untuk mengenal dan mengukuhkan jati diri. Dalam setiap helai benang, mereka menemukan warisan leluhur dan kekuatan sebagai perempuan muda Iban yang diberkahi bakat alami menciptakan keindahan.

“Karya-karya indah yang dihasilkan menjadi sumber penghidupan, menopang kebutuhan pendidikan dan keperluan pribadi. Lewat tenun, mereka belajar mandiri, membuktikan bahwa pelestarian budaya tak harus tertinggal, melainkan bisa melangkah sejajar dengan harapan dan masa depan,” kata Hardiyanti.

Ia bercerita, para penenun masa kini lebih menggali kekayaan warna dari alam. Dorongan untuk bereksplorasi membawa mereka pada pencarian pigmen alami yang tersembunyi dalam akar, kulit kayu, daun, bunga, hingga buah-buahan yang ada di hutan Kalimantan. “Jika dahulu warna tenun didominasi merah bata, hitam, dan cokelat, kini cakrawala warna mulai melebar, menemukan biru, pink, hijau sage, hingga kuning mustard,” tuturnya.

Pewarna alam yang mereka gunakan menyatu dengan prinsip kelestarian. Pemanenan dilakukan dengan bijak. Kulit kayu diambil berselang-seling agar pohon tetap hidup dan tumbuh. Banyak dari tumbuhan pewarna ini adalah flora liar yang jumlahnya berlimpah, seperti bunga kemunting dan daun putri malu.

AKSESORI
Tas Rajut Noken Khas Papua
Dulu, noken terlihat dalam bentuk yang biasanya serupa. Kini, tas tradisional dari serat kulit kayu khas Papua ini hadir dalam model. Meskipun, Anda juga bisa menemukan koleksi tas rajut noken dengan model yang tradisional. Warnanya pun tak melulu warna asli serat kayu, melainkan bermain dalam spektrum warna yang cerah. Tas yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage ini bisa digunakan di berbagai kegiatan, mulai dari kuliah hingga pesta.

Naomi Waisimon, co-owner Ki.Basic, menguraikan, brand-nya mengembangkan produk dengan mengangkat cerita dan sumber lokal, sekaligus berbagi tentang budaya dan perjalanan pembuatan koleksi tersebut. “Contohnya, koleksi noken tradisional diberi nama KBO, yang dalam bahasa Namblong berarti noken. Kami sama sekali tidak mengubah bentuk noken itu, tradisional sehingga kami menamainya dengan sebutan asli orang Namblong,” kata Naomi, yang bekerja sama dengan brand dan penjahit lokal di Papua.

Proses pembuatan satu tas noken berkisar antara satu hingga dua minggu, tergantung pada ukurannya. Para mama terlebih dahulu mencari kulit kayu di hutan atau dari pohon mahkota dewa di pekarangannya sendiri, membuatnya menjadi helai-helai ‘benang’ kayu yang siap digunakan, baru kemudian merajutnya dengan cinta dan sukacita.

Menariknya lagi, noken juga awet hingga bertahun-tahun, karena serat kayunya dirajut membentuk kesatuan pola yang kuat. Perawatannya pun tidak sulit, tidak perlu dicuci secara berkala dengan sabun. Naomi memberi tip, jika terdapat noda pada noken, cukup sikat lembut dengan air, kemudian diangin-anginkan.

Dompet Kain Kulit Kayu Sigi
Aksesori fashion dari kulit hewan, sih, sudah biasa. Yang luar biasa adalah aksesori dari kulit kayu. Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) di Sigi, Sulawesi Tengah, berinovasi mengembangkan produk aksesori fashion, seperti tas dan dompet dari kain yang berbahan dasar kulit kayu. Harapannya, kain kulit kayu tidak hanya dikenal sebagai simbol budaya lokal, melainkan sebagai komoditas bernilai ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

“Sebab, saat ini penggunaan kain kulit kayu masih bersifat sakral dan terbatas pada kegiatan adat atau upacara besar masyarakat setempat. Kain ini belum digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari” kata Nedya.

Teknik pembuatan kain kulit kayu merupakan pengetahuan warisan turun-temurun masyarakat adat di wilayah dataran tinggi Kulawi. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan identitas budaya lokal, tetapi juga menjadi bagian dari upaya menjaga hutan dan lingkungan secara berkelanjutan.

Nedya bercerita, bahan baku kain kulit kayu diperoleh dari pohon nunu atau pohon ivo yang tumbuh di kawasan hutan adat di Kulawi. Bahan itu kemudian diolah dengan cara direbus, difermentasi, kemudian dipukul-pukul menggunakan alat tradisional bernama ike.

Pengambilannya dilakukan secara terbatas dan berimbang, mengikuti kearifan lokal masyarakat adat setempat untuk menjaga kelestarian hutan. Proses ini memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya alam tetap selaras dengan prinsip keberlanjutan.

“Berbagai upaya terus dilakukan, seperti pengembangan produk turunan yang lebih inovatif dan sesuai dengan tren pasar, sehingga dapat menarik minat anak muda untuk turut melestarikan tradisi ini. Pendekatan kolaboratif dan berbasis kewirausahaan sosial menjadi salah satu strategi untuk merangkul masyarakat adat secara lebih efektif,” kata Nedya. (*)

NASIONAL

Open House 2025 SMA Kolese De Britto: Mengenalkan pada Masyarakat, Pendidikan yang Memerdekakan dan Memanusiakan

DETAIL.ID

Published

on

DETAIL.ID, Yogyakarta – Ratusan siswa TK, SD dan SMP serta para pendidik maupun juga orang tua memeriahkan acara Open House De Brito 2025 di SMA Kolese De Britto Yogyakarta — salah satu sekolah jejaring global Pendidikan Jesuit. Open House itu mengusung tema “We Make Leaders”, sebagai sarana perjumpaan yang hangat antara sekolah dan masyarakat, berlangsung di komplek sekolah pada Sabtu, 23 Agustus 2025.

Menurut Kepala SMA Kolese De Brito R Arifin Nugroho, kegiatannya beragam, kompetisi kreatif, expo pendidikan, talkshow inspiratif, hingga bazar kuliner. Pihak sekolah mengajak pengunjung mengenal lebih dekat dinamika pendidikan di SMA Kolese De Britto. Bukan hanya fokus pada keunggulan akademis, tetapi juga pada proses formasi karakter yang Leadership, Competence, Conscience, Compassion, Commitment, Consistency (1L+5C), pondasi yang melahirkan pemimpin pelayanan (servant leaders) di masa depan, tangguh, kolaboratif, dan peduli pada sesama.

Open house menggelar beberapa lomba di antaranya Mewarnai (TK & SD kelas 1–3), Lomba Menggambar (SD kelas 4–6), lomba untuk siswa TK dan SD tersebut ada 129 peserta. Lomba Drum Band (SD) pesertanya lima sekolah. Kompetisi Akademik (SMP) ada 106 peserta, (Bahasa & Matematika 47 peserta, IPS 29 peserta, dan IPA 30 peserta).Class of Leader Competition (SMP) yang menguji keterampilan problem solving, kolaborasi, dan ketangguhan mental bersifat kelompok, setiap kelompok 3 orang yang diikuti ada 21 tim (63 peserta), dan untuk peserta talkshow mencapai 500 orang.

Selain itu juga ada stan PSB yang memberikan informasi dan juga penjelasan tentang alur, mekanismenya. Tidak hanya itu saja dalam open house ini juga ada pemeriksaan gratis bagi para pengunjung yang bekerja sama dengan kimia farma. Guna memeriahkan dan menyukseskan acara ini juga didukung dengan adanya bazar makanan dengan menghadirkan lebih dari 30 stan UMKM lokal Yogyakarta yang menyajikan kuliner tradisional dan modern.

“Open House” ini merupakan undangan terbuka bagi masyarakat untuk melihat, merasakan, dan berdialog langsung tentang dinamika pendidikan di SMA Kolese De Brito, pendidikan yang memerdekakan dan memanusiakan,” kata R. Arifin Nugroho.

Menurut Arifin pengunjung mendapatkan suguhan berbagai kegiatan menarik. Talk Show Seputar De Britto mengupas nilai, model pembinaan karakter siswa, dan dinamika pembentukan leader of service di era Generasi Z. Expo Ekstrakurikuler memamerkan kreativitas siswa dalam seni, olahraga, teknologi, sains, dan kegiatan rohani.

Tema “We Make Leaders” lahir dari kesadaran akan tantangan pendidikan abad ke-21, yakni mencetak generasi yang tak hanya unggul secara akademik, tetapi juga matang secara karakter, peka terhadap isu sosial, dan berani mengambil peran sebagai agen perubahan.

Akhirnya, bagi para siswa laki-laki kelas IX calon pemimpin masa depan yang mau belajar dan mau tumbuh silakan mendaftar dan bergabung di SMA Kolese De Britto yang akan dibuka mulai 2 September – 7 November 2025. Informasi lebih lanjut bisa mengunjungi “psb.debritto.sch.id”. (*)

Continue Reading

NASIONAL

Perayaan 77 Tahun, SMA Kolese De Britto Berkolaborasi dengan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Selama Tiga Hari

DETAIL.ID

Published

on

Siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta menampilkan tarian kolosal pada HUT ke-77. (ist)

DETAIL.ID, Yogyakarta – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta mengusung judul “ARSARA”. Gabungan dari kata ‘Asa’ dan ‘Raga’ yang merupakan bahasa Indonesia serta kata ‘Svara’ yang merupakan bahasa Sansekerta. Ketiga kata tersebut membingkai tiga hari kegiatan, untuk saling berkesinambungan secara makna dan spiritualitas.

Kegiatan HUT ke-77 SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta mengangkat tema “Walking with the Excluded.” Tema ini diambil dari salah satu arah dasar dalam panduan global karya-karya Serikat Jesus yakni Universal Apostolic Preferences (UAP) yang berwarna merah.

Dalam dasar UAP tersebut, Jesuit ingin karya kerasulan dapat menjadi suatu ruang sebagai sarana bagi mereka yang kurang terlihat, terbuang dan tersingkirkan, serta yang martabatnya telah diperkosa untuk ikut terangkul, sehingga, orang-orang yang terpecah belah dapat disatukan pada akhirnya mereka yang terluka dapat disembuhkan.

Tema kegiatan ini selaras dengan judul yang diusung yaitu “ARSARA” yang memiliki makna, rasa kasih dan cinta dapat tersalurkan bagi mereka yang tersingkirkan melalui perbuatan serta raga yang saling mengiringi wadah untuk mengekspresikan diri.

Siswa SMA Kolese De Britto sedang menanam bibit pohon di Pantai Trisik, Kulon Progo dalam merayakan HUT ke-77. (ist)

Siswa SMA Kolese De Britto sedang menanam bibit pohon di Pantai Trisik, Kulon Progo dalam merayakan HUT ke-77. (ist)

SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta adalah “saudara kandung”. Awalnya bernama SMA Kanisius Yogyakarta didirikan pada tanggal 19 Agustus 1948, oleh Yayasan Kanisius, para romo Jesuit, dan para suster Carolus Borromeus. Sekolah ini merupakan cikal bakal berdirinya SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

Seluruh murid SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta merupakan Generasi Z yang dikenal sangat terhubung dengan dunia digital dan memiliki kesadaran tinggi terhadap berbagai isu sosial. Namun, kesadaran tersebut belum diiringi dengan tindakan nyata yang berkelanjutan untuk menciptakan perubahan. Sehingga, tidak sedikit yang kurang memahami realitas kehidupan mereka yang tersingkirkan. Maka dari itu, suatu tantangan yang muncul adalah bagaimana cara mengubah semangat awareness menjadi accompaniment dan action, demi mewujudkan nilai compassion.

Pelaksanaan perayaan HUT SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ke-77 dan perayaan HUT RI ke-80 dilaksanakan secara kolaborasi dengan kegiatan selama 3 hari yaitu pada tanggal 17, 19, dan 20 Agustus 2025.

Pada hari pertama, tanggal 17 Agustus 2025, dilaksanakan upacara HUT RI ke-80 di lapangan SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Upacara yang dilaksanakan dihadiri oleh Romo, Suster, direksi, para siswa dan siswi, guru, serta karyawan dari SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pakaian yang dikenakan selama upacara berlangsung merupakan pakaian; profesi dan nusantara, serta adat dari berbagai daerah.

Pada hari kedua tanggal 19 Agustus 2025 dilaksanakan misa syukur HUT SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Siswa dan siswi menggunakan atasan berkerah (siswi Stece menggunakan atasan bernuansa putih) dan celana panjang bebas, sopan, dan rapi. Setelah misa, diadakan jeda untuk persiapan acara yaitu, tari kolosal “De Britto dalam harmoni nusantara” dan pentas seni di sore hari.

Kegiatan tari kolosal dan pentas seni diisi dengan penampil internal oleh siswa dan siswi, alumni dan alumna, dari SMA Kolese De Britto Yogyakarta dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada kegiatan pentas seni, disediakan pula beberapa stand makanan dan minuman dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pentas seni bersifat wajib dengan peserta yang terdiri dari Romo, Suster, direksi, para siswa dan siswi, guru, staf, karyawan, sejumlah alumni dan alumna undangan, dan tamu undangan lainnya.

Pada hari ketiga, tanggal 20 Agustus 2025, dilaksanakan kegiatan antara lain; kegiatan pertama merupakan donor darah yang dilaksanakan di Ruang Kaca SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Kemudian, terdapat kegiatan pasar murah yang diselenggarakan di Halaman Politeknik YKPN Yogyakarta serta kegiatan thrifting yang diselenggarakan di GOR Politeknik YKPN Yogyakarta sebagai bentuk adaptasi selama masa relokasi.

Dalam masa relokasi ini diharapkan tetap dapat mendukung kelancaran kegiatan serta menjaga antusiasme dan partisipasi warga sekolah maupun masyarakat umum. Kegiatan pasar murah dan thrifting diikuti oleh siswa dan siswi dari kelas X beserta kelas XI. Selanjutnya, ada kegiatan melukis yang diikuti oleh siswa dan siswi dari kelas X, XI, serta XII yang berlokasi SMA Stella Duce 1, Politeknik YKPN Yogyakarta.

Sementara itu, siswa dan siswi kelas XII melaksanakan kegiatan bakti sosial yang ditujukan kepada beberapa lokasi di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu, dilaksanakan aksi penanaman bibit pohon di Pantai Trisik, Kulon Progo oleh murid-murid kelas XII. Terakhir, bagi siswa dan siswi yang belum mendapatkan bagian dalam kegiatan-kegiatan yang sudah ada, mengikuti workshop di Aula SMA Kolese De Britto Yogyakarta. (*)

Continue Reading

NASIONAL

Datang dan Bergabung! SMA Kolese De Britto Bakal Gelar Open House 2025

DETAIL.ID

Published

on

DETAIL.ID, Yogyakarta – SMA Kolese De Britto, salah satu sekolah unggulan dalam jejaring global pendidikan Jesuit, kembali mengundang masyarakat luas dalam perhelatan Open House De Britto 2025. Mengusung tema “We Make Leaders”, acara ini akan digelar pada 23 Agustus 2025 di kompleks SMA Kolese De Britto, Yogyakarta.

Open House ini akan menjadi ruang perjumpaan yang hangat antara sekolah, calon siswa, orang tua, dan masyarakat. Melalui kegiatan beragam seperti kompetisi kreatif, expo pendidikan, talkshow inspiratif, hingga bazar kuliner. Pengunjung akan diajak mengenal lebih dekat dinamika pendidikan di SMA Kolese De Britto.

Fokusnya bukan hanya pada keunggulan akademis, tetapi juga pada proses pembentukan karakter berbasis 1L+5C: Leadership, Competence, Conscience, Compassion, Commitment, Consistency, sebagai fondasi untuk melahirkan pemimpin pelayanan (servant leaders) yang tangguh, kolaboratif, dan peduli.

“Open House ini merupakan undangan terbuka bagi masyarakat untuk melihat, merasakan, dan berdialog langsung tentang dinamika pendidikan di SMA Kolese pendidikan yang memerdekakan dan memanusiakan,” kata Kepala SMA Kolese De Britto, Robertus Arifin Nugroho.

Pengunjung akan disuguhi berbagai kegiatan menarik:

• Talk Show Seputar De Britto: mengupas nilai, model pembinaan karakter, dan pembentukan leader of service di era Gen Z.

• Expo Ekstrakurikuler: pamer kreativitas siswa dalam seni, olahraga, teknologi, sains, dan kegiatan rohani.

• Lomba Mewarnai (TK & SD kelas 1–3)

• Lomba Menggambar (SD kelas 4–6)

• Lomba Drum Band (SD)

• Kompetisi Akademik (SMP)

• Class of Leader Competition (SMP) – menguji problem solving, kolaborasi, dan ketangguhan mental

• Bazar Makanan: lebih dari 30 stan UMKM lokal Yogyakarta, kuliner tradisional & modern.

Tema “We Make Leaders” lahir dari kesadaran akan tantangan pendidikan abad ke-21: mencetak generasi unggul akademik, matang karakter, peka isu sosial, dan berani menjadi agen perubahan.

Dengan suasana akrab dan kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, Open House ini diharapkan membuka wawasan, menginspirasi, dan meneguhkan pentingnya pendidikan karakter di tengah arus zaman.

“Ayo datang dan bergabung bersama kami! Rasakan energi positif dari komunitas yang membentuk pemimpin masa depan,” katanya. (*)

Continue Reading
Advertisement Advertisement
Advertisement ads

Dilarang menyalin atau mengambil artikel dan property pada situs