LINGKUNGAN
LP2LH Pantau Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Medis di Tebo

DETAIL.ID, Tebo – Dalam rangka mengontrol lingkungan agar tidak tercemar, Lembaga Pemantau Penyelamat Lingkungan Hidup (LP2LH) yang fokus bergerak pada bidang lingkungan di wilayah Indonesia, bakal memantau kondisi lingkungan di wilayah Kabupaten Tebo.
Hal ini dikatakan langsung oleh Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) LP2LH, Tri Joko, Minggu (10/2/2019).
Kata Joko, pemantauan lingkungan ini dilakukan terkait adanya laporan soal penanganan limbah medis yang dilakukan oleh penghasil limbah dalam hal ini fasilitas kesehatan di Tebo, diduga menyalahi aturan.
Untuk menjalani pemantauan ini, jelas Joko, dirinya telah membentuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) LP2LH Kabupaten Tebo. “SK-nya sudah kita terbitkan Senin kemarin (2/2/2019). Mudah-mudah pengurus yang sudah kita SK-kan, bisa amanah,” ujar Joko.
Ketua DPD LP2LH Kabupaten Tebo, Hary Irawan membenarkan jika dirinya dipercaya DPP LP2LH untuk mengontrol lingkungan di wilayah Kabupaten Tebo, “Iya, SK-nya sudah saya terima Sabtu kemarin (9/2/2019). Mudah-mudah saya mampu menjalani amanah ini,” ujar Hary Irawan.
Baca Juga: Ironis, Cuma Dua Puskesmas di Tebo yang Berizin Lingkungan
Menurut Hary Irawan, untuk langkah awal pihaknya akan melakukan observasi terhadap fasilitas atau kegiatan kesehatan yang menghasilkan limbah medis atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di wilayah Kabupaten Tebo.
Hasil observasi nantinya, kata Hary Irawan, akan dijadikan bahan acuan lembaga untuk melakukan tindakan.
“Sejauh ini yang kita ketahui penanganan limbah medis sudah di pihak ketiga. Namun akan kita cek kembali, apakah fakta lapangan penanganannya sesuai aturan atau tidak,“ ucapnya.
Dirinya mengungkap, dari hasil observasi sementara ada beberapa fasilitas kesehatan yang diduga menyalahi aturan dalam memperlakukan limbah medis.
Contohnya, kata Hary Irawan, hampir seluruh fasilitas kesehatan tidak memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah mereka sesuai Standar Operasional (SOP).
Jika kondisi ini tidak diperbaiki, pihaknya akan memperketat pengawasan dan akan melaporkan ini ke pihak penegak hukum agar beri efek jera. Sebab, jika tidak demikian, dugaan pencemaran lingkungan akan terjadi. ’’Kami juga akan melibatkan masyarakat untuk melakukan pengawasan,“ katanya.
Untuk itu, Hary Irawan meminta masyarakat di Kabupaten Tebo untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitarnya. Dia optimis imbauan soal kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah banyak didengungkan.
’’Kita minta pengelola fasilitas kesehatan untuk tetap menjaga lingkungan. Jangan sampai merusak lingkungan seperti membuang limbah medis sembarangan,” ucapnya. (DE 02)
LINGKUNGAN
Sembilan Perusahaan Perkebunan di Provinsi Jambi Beroperasi di Kawasan Hutan

DETAIL.ID, Jambi – Sebanyak 436 perusahaan perkebunan sawit dinyatakan beroperasi dalam kawasan hutan. Di Provinsi Jambi, setidaknya terdapat 9 perusahaan sebagaimana tercantum dalam SK Menteri Kehutanan RI Nomor 36 tahun 2025.
Dalam lampiran subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan yang berproses atau ditolak permohonannya di Kementerian Kehutanan.
Perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi yakni PT Indokebun Unggul, grup KPN Plantation tercatat mengajukan permohonan perizinan sebanyak 771 hektare, Seluas 765 hektare di antaranya sedang berproses, dan 6 hektare ditolak.
Kemudian PT Pratama Sawit Mandiri dengan permohonan 116 hektare, berproses 111 hektare, dan 5 hektare ditolak.
Di Kabupaten Muarojambi, ada PT Puri Hijau Lestari dengan permohonan 379 hektare, berproses 393 hektare, ditolak 4 hektare. Selanjutnya PT Muaro Kahuripan Indonesia permohonan 863 hektare, 698 hektare berproses, 165 hektare ditolak dan PT Ricky Kurniawan Kertapersada, permohonan 300 hektare, berproses 267 hektare dan 33 hektare ditolak.
Di wilayah Kabupaten Bungo dan Tebo ada PT Satya Kisma Usaha (Sinarmas Agro) dengan catatan permohonan 105 hektare, 7 hektare berproses dan 98 hektare ditolak.
Selanjutnya, PT Sukses Maju Abadi, group Incasi, permohonan 403 hektare, berproses 324 hektare, ditolak 79 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Barat PT Pradira Mahajana, permohonan 49 hektare dan berproses 49 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Timur juga tercatat 1 perusahaan yakni PT Ladang Sawit Sejahtera group PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk permohonan 51 hektare berproses 51 hektare.
“Penetapan daftar subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dimaksud dalam amar kesatu sebagai bahan masukan Kementerian Kehutanan kepada Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan,” demikian bunyi putusan kedua, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 36 tahun 2025.
Reporter: Juan Ambarita
LINGKUNGAN
Hasil Laboratorium, Sumur Milik Sawal di Dekat Kolam Limbah PT SGN Tak Layak Dikonsumsi

DETAIL.ID, Merangin – Teka-teki hasil laboratorium terhadap sumur milik Sawal yang berada tak jauh dari kolam limbah milik PT Sumber Guna Nabati (SGN) sudah terjawab.
Dasar pengujian sampel air limbah sesuai dengan Permen LH Nomor 5 tahun 2004 pasal 16 ayat 3, dan dasar pengujian air sumur no p.68/MenLhk.setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, serta Permenkes No 32 tahun 2017.
Dari hasil pengujian sampel yang diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merangin didapat hasil bahwa sumur milik Sawal dengan hasil PH 3,09 tidak layak konsumsi.
Hal ini berdasarkan hasil uji laboratorium, dengan mengunakan parameter fisika padatan tersuspensi total (TTS), temperatur dan padatan terlarut total dan juga mengunakan parameter kimia seperti PH, BOD, COD dan CL.
“Dari hasil uji laboratorium, dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, untuk air sumur milik Sawal tidak layak konsumsi sebab PH airnya 3,09 atau lebih asam jika diminum maka berasa seperti asam air jeruk,” kata Kadis DLH Kabupaten Merangin, Syafrani pada Senin, 13 Januari 2025.
Sementara itu hasil laboratorium di outlet 13 milik PT SGN, terdapat PH air 9,05, BOD 39, COD 188, outlet parit warga diketahui PH airnya 9,7, BOD 24, COD 283. Sementara sampel air yang diambil di hulu Sungai Retih PH 5,36, BOD 2, COD 54, CL 1 dan sampel air di hilir Sungai Retih PH 6,52, BOD 2, COD 51, Cl 11.
“Dengan hasil yang kami rilis, ada beberapa titik sampel yang diambil mengalami peningkatan. Agar warga berhati-hati tidak mengonsumsi air yang tercemar dan jika terkonsumsi maka bisa saja ada reaksi pada tubuh,” ujarnya.
Terkait dengan hasil yang dirilis DLH Kabupaten Merangin, Feri Irawan Direktur Perkumpulan Hijau, mengatakan bahwa izin perusahaan PT SGN bisa saja direkomendasikan untuk dicabut, dan mendorong pemerintah daerah dan pemerintah provinsi untuk meninjau ulang izin Amdal yang pernah dikeluarkan.
“Ada kejahatan lingkungan, pemerintah wajib meninjau ulang, jika tidak bisa saja aparat kepolisian menindaklanjuti agar kejadian ini tidak terulang,” kata Feri Irawan yang juga anggota forum WALHI.
Reporter: Daryanto
LINGKUNGAN
Kadis LH Merangin: Secara Kasat Mata Sumur Milik Sawal Tercemar

DETAIL.ID, Merangin – Hingga saat ini sampel air sumur milik Sawal yang sudah tidak bisa dimanfaatkan, masih menunggu hasil uji laboratorium. Yang berwenang untuk mengumumkan hasilnya adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Merangin.
Kadis LH Merangin, Syafrani mengatakan, secara kasat mata sumber air sumur milik warga yang bernama Sawal sudah jelas tercemar.
“Dari warna dan bau air sumurnya saja sudah menjelaskan secara kasat mata bahwa umur tersebut tercemar,” katanya pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Namun untuk kepastiannya, ia masih menunggu hasil dari Lakesda Merangin.
“Nanti hasilnya dari laboratorium kesehatan daerah, bakal kita umumkan ke masyarakat, sebab sampel yang diambil kemarin bukanlah berasal dari PT SGN tetapi dari sumur warga yang tinggalnya dekat dengan PT SGN,” ujarnya.
Ditegaskan Syafrani, dengan turunnya DLH dan juga laboratorium daerah menjadi fokus atas pengaduan masyarakat kepada DLH.
“Ini harus dibedakan, kita bukan dalam rangka pembinaan rutin kepada perusahaan, tetapi karena ada pengaduan dan jika terbukti mencemari lingkungan kita umumkan dan tentu ada sanksinya,” tuturnya.
Reporter: Daryanto