Kisah dua anak yang berkeliling pelosok desa, berbagi cerita alam dan buku dengan anak-anak desa.
DUA orang siswa Indonesian Creative School (ICS) Pekanbaru lakukan ekspedisi ke Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Bukit Baling di Riau. Di usia belia, mereka berbagi keceriaan dan mendorong anak-anak untuk gemar membaca.
Kegemaran membaca yang dimiliki Azzura (12 tahun) dan Arung (9 tahun) disalurkan lewat sebuah perjalanan literasi ke Desa Kotolamo, Kampar Kiri Hulu di Provinsi Riau. Keduanya menempuh perjalanan darat dari Pekanbaru selama hampir tiga jam. Dilanjutkan dengan perjalanan dengan sampan hampir dua jam menuju lokasi.
“Cukup melelahkan, tapi senang,” celetuk Azzura.
Dia dan saudaranya Arung melakukan perjalanan ini di sela liburan akhir semester yang bertepatan dengan liburan Natal dan Tahun Baru pada 26-31 Desember 2017. Di Kotolamo, keduanya terlibat melakukan kegiatan membaca bersama anak-anak setempat.
Selain membaca, mereka juga bermain sambil belajar. Permainan edukasi seperti permainan mengenal anggota tubuh sambil bernyanyi mereka lakukan dengan riang.
Dalam ekspedisi yang mereka namakan Eksperasi 2017 ini, keduanya juga terlibat membagikan buku-buku bacaan bagi anak-anak. Azzura berkata, buku bacaan anak penting guna membuka pemahaman anak-anak seperti dirinya akan kehidupan dunia yang lebih luas.
“Penting lagi jika buku menjadikan kita paham dan bersyukur pada Sang Pencipta,” ungkap Azzura.
Selain berbagi buku, Eksperasi 2017 juga membagikan alat-alat tulis untuk anak-anak di Kotolamo. Jauhnya akses desa ke pusat kota membuat alat tulis sangat langka di wilayah ini.
Kotolamo merupakan salah satu desa yang berada di Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang bukit Baling. Kondisi ini tentunya membuat anak-anak belajar cepat tentang keadaan hutan. Eksperasi juga mengagendakan pembicaraan dengan konservasi bersama anak-anak.
“Metodenya sederhana saja. Anak-anak dapat diajak bermain sambil memperkenalkan kekayaan alam yang dikandung kawasan konservasi. Pemahaman dasar konservasi penting agar anak-anak tumbuh dengan menghargai alamnya,” papar Ibunda dari kedua anak ini, Elfa Yeni.
Menurut Elfa, anak-anaknya berkeinginan agar anak-anak seusia mereka mau membaca. Dengan membaca, maka imajinasi mereka akan tumbuh tanpa batas.
“Ini membantu mereka menyongsong masa depannya sendiri,” tandas Elfa.
Anak Kotolamo, Ernesti (10) mengaku senang dengan kunjungan ini. Dia berharap agar buku-buku yang disumbangkan dapat menjadi bahan bacaan bagi anak di lingkungan tempat tinggalnya.
“Kini ada pustaka yang berisi buku bacaan. Kami bisa membaca setiap saat,” kata Ernesti.
Azzura dan Arung terlibat dalam sebuah ekspedisi literasi bersama kedua orang tuanya. Kedua kakak beradik ini memang gemar melakukan kegiatan serupa. Dua tahun lalu, mereka terlibat menyambangi Suku Anak Dalam di Jambi.
Keluarga ini turut menyuarakan pentingnya pendidikan dan literasi bagi masyarakat yang jauh dari perkotaan.
Terkendala Banjir Bandang
Hujan yang tak henti mengguyur kawasan hulu pada akhir 2017 itu membuat Sungai Bio, sungai yang melewati Desa Kotolamo mengalami banjir bandang. Sungai itu meluap memuntahkan jutaan kubik air berwarna cokelat.
Selain banjir, banyak material kayu hanyut. Orang-orang berusaha mengambil kayu agar masih bisa dimanfaatkan.
“Untung tidak ada korban jiwa. Kami tertahan seharian di Kotolamo, terlambat pulang ke Pekanbaru,” ungkap Azzura.
Sedianya, Eksperasi berakhir pada 30 Desember 2017. Tapi banjir yang melanda Kotolamo dan wilayah sekitarnya membuat tim ini menunda kepulangannya.
“Bahaya kalau dipaksakan. Kayu-kayu besar bisa menghantam perahu dari belakang,” katanya.
Kotolamo sendiri merupakan sebuah desa, beratus kilometer jaraknya dari Pekanbaru. Desa ini terletak pada lembah sempit. Sungai Batang Bio mengalir di tengah desa. Sungai itu akan bergabung dengan Sungai Batang Subayang agak di hilir, yang lantas membesar menjadi Sungai Kampar hingga di muara dekat pesisir timur Sumatra.
Desa Kotolamo berada tepat di jantung Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Bukit Baling, sebuah kawasan konservasi alam. Beragam satwa hidup di hutan konservasi ini, termasuk Harimau Sumatra. Karenanya, Eksperasi juga mengagendakan obrolan tentang pentingnya hutan bersama anak-anak.
Hutan, kata Elnesti bermanfaat sebagai penjaga keseimbangan alam. Dia membayangkan Kotolamo akan terus bertahan sebagai desa yang asri di masa depan.
“Kalau hutan ditebang terus, kemana harimau akan tinggal? Nanti malah kita yang diterkam,” kata Elnesti.
Kumpulkan Sumbangan
Ekspedisi ini, lanjut Azzura digagas beberapa bulan yang lalu. Dia dan timnya berupaya mendapatkan sumbangan buku-buku dari berbagai pihak.
“Kami dapat buku bekas dari teman-teman. Ada dari Aceh dan Jakarta,” ungkapnya.
Azzura dan Arung turut pula menyumbangkan buku-buku koleksi pribadi mereka. Di antaranya ada novel dan majalah untuk anak.
Selain buku, timnya juga menyediakan peralatan sekolah dan melukis.
“Selain uang tabungan, ada juga yang mengirim sumbangan uang. Kami kumpulkan uang sejumlah 1,5 juta rupiah,” ungkapnya.
Uang sumbangan, lanjut Azzura digunakan untuk keperluan membeli alat-alat menggambar. Berikut dengan peralatan lain yang digunakan dalam ekspedisi ini.
Discussion about this post