DETAIL.ID, New York – Kota terpadat dan metropolitan Amerika Serikat, New York menyatakan status darurat virus korona setelah total kematian di seluruh Amerika Serikat mencapai angka 19 kasus pada Sabtu (7/3/2020) siang.
Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE per Minggu (8/3/2020) pukul 10.13 pagi, total kasus infeksi di AS tembus di angka 428.
Sementara kematian terbaru terjadi di Washington (16 orang), California (1), dan Florida (2), dilansir The Guardian (7/3/2020).
Selain itu, lebih dari 3.000 orang dari 50 negara kini dikarantina di Kapal Grand Princess di dekat San Francisco, California setelah 21 orang penumpang di antaranya terdeteksi positif korona.
Nyatakan kondisi darurat
Gubernur New York, Andrew Cuomo mengumumkan wilayahnya ada dalam status darurat untuk menangani penyebaran virus Covid-19.
Status darurat ini memungkinkan Pemerintah menyediakan pendanaan dan sumber daya khusus untuk menangani wabah yang tengah terjadi.
New York sendiri, kasus infeksi virus corona sudah terkonfirmasi sebanyak di 76 kasus pada Sabtu sore (7/3/2020).
Cuomo mengkritisi pemerintahan Trump yang terlihat mengeluarkan pernyataan tidak sinkron dalam menangani permasalahan kesehatan ini.
Pence pada Kamis (5/3/2020) menyatakan tidak ada alat tes yang memadai di AS untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Tapi keesokan harinya, Trump justru mengatakan ada peralatan yang memadai untuk siapa saja yang membutuhkan.
“Itu menyebabkan kekhawatiran, kecemasan. Kalian tahu apa yang lebih buruk dari virus? Kepanikan, ketakutan, dan ketidakjelasan,” ujar Cuomo.
Ada anggapan bahwa Pemerintah AS tidak sepenuhnya mempersiapkan dan mengelola berbagai macam aspek terkait kondisi medis dan informasi publik.
Bekerja dari Rumah
Marc Cenedella, pendiri dan kepala eksekutif situs pencarian pekerjaan The Ladders yang berbasis di New York mengatakan, sejumlah besar pekerja Kota New York, dari Wall Street ke Silicon Alley, dengan laptop dan telepon pintar dapat bekerja dari rumah untuk waktu yang lama.
“Ini situasi yang berpotensi sangat serius. New York sangat rentan. Banyak orang masuk dan keluar dari New York untuk urusan bisnis dan pariwisata dan berisiko dikurung, atau semacam jam malam atau karantina karena virus corona,” katanya seperti dilansir New York Post.
Cenedella mengatakan masih banyak yang tidak diketahui tentang penyebaran dan dampak ekonomi dari virus corona. Kondisi itu berpotensi menggusur jutaan pekerja di New York dan daerah lain.
“Kami sudah melihat dari luar negeri bahwa penyakit ini telah menyebabkan penutupan bisnis di area komersial, dan dalam beberapa kasus menyelesaikan penutupan,” katanya.
Discussion about this post