Kesamaan data ini sempat disorot oleh James Massola, jurnalis The Sydney Morning Herald yang menulis ‘Indonesia cases surge as south-east Asia braces’. Lewat akun Twitter-nya pada 24 Maret, dia mempertanyakan kebenaran data yang disajikan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Apakah Jokowi menyampaikan yang sebenarnya tentang virus Corona? Pada Selasa (24/3), Kementerian Kesehatan melaporkan 2863 tes – naik 107 orang (yang dites). Angka positif (COVID-19) naik 107 juga. Ini mustahil secara statistik. Jumlah 4000 rapid tes nampak tidak dilaporkan,” cuit James Massola. Pemerintah belum memberikan jawaban atas sorotan terhadap data di atas.
Terlepas dari sorotan itu, kesamaan persis antara jumlah kasus baru positif COVID-19 dengan jumlah spesimen/orang yang dites COVID-19 terjadi lagi pada 30 Maret dan 31 Maret 2020.
Pada 30 Maret, jumlah kasus baru positif COVID-19 dengan jumlah spesimen/orang yang dites COVID-19 sama-sama menunjukkan angka 129.
Pada 31 Maret, jumlah kasus baru positif COVID-19 dengan jumlah spesimen/orang yang dites COVID-19 sama-sama menunjukkan angka 114.
detik com telah berupaya menghubungi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri). Yang bersangkutan mempersilakan detikcom untuk menanyakan mengenai angka-angka tersebut kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes).
“Kamu tanya Balitbangkes,” kata Yuri. Kemudian, detikcom menghubungi nomor telepon Kepala Balitbangkes Kemenkes Siswanto, namun nomor tersebut belum berhasil dihubungi.
Apakah angka-angka itu muncul sebagai kebetulan yang terjadi tiga kali?
Discussion about this post