HIRUK PIKUK Pilkada Jambi 2020 mulai menjadi pembicaraan masyarakat. Berbagai Poster, baliho, spanduk menghiasi wajah kota dan kabupaten di Provinsi Jambi. Belum lagi kaos, pin ataupun atribut yang menjadi pemandangan sehari-hari di tengah masyarakat.
Sejak para kandidat mendaftarkan resmi ke KPU Provinsi Jambi awal September yang lalu, berbagai gagasan, program bahkan “mimpi” para kandidat menarik perhatian masyarakat.
Bak pepatah jangan membeli “kucing dalam karung”, program, gagasan bahkan “mimpi” para kandidat memandang Jambi dan permasalahannya menjadi “daya tarik’ dan “perhatian” pemilih.
Program, gagasan bahkan mimpi para kandidat memandang Jambi dan permasalahannya adalah kata-kata kunci di dalam “cara pandang” kandidat memandang Jambi.
Dengan “cara pandang” memandang Jambi, maka ketika terpilih, para kandidat yang kemudian hendak melaksanakan “mimpinya” dapat diukur. Baik kinerja dengan bobot kuantitatif dan kualitas kualitatif.
Cara kemasan, profiling kandidat, performance kandidat bahkan berbagai kegiatan kandidat adalah “kampanye” untuk menarik perhatian pemilih.
Dalam menarik perhatian pemilih, cara yang dilakukan tidaklah salah. Namun ketika cara kemasan, profiling kandidat, performance kandidat yang kemudian terjebak dengan “gimmick” ataupun menonjolkan “personal” semata akan mengakibatkan, program ataupun “mimpi” kemudian “hilang”.
Publik kemudian disuguhi bungkusan palsu. Terjebak dengan “citra” personal tanpa substansi. Padahal sebelum “bermimpi” tentang gagasan, program yang akan diusung, publik harus diingatkan. Kegiatan apa yang telah dilakukan selama 5 tahun terakhir.
Apalagi selama 5 tahun terakhir tidak pernah membicarakan Jambi. Tidak pernah pula berbuat untuk Jambi. Bahkan 5 tahun terakhir tidak pernah bermimpi tentang Jambi.
Maka program, gagasan ataupun mimpi tentang Jambi menjadi utopia. Oase di tengah gurun padang pasir.
Mimpi tanpa gagasan adalah sebuah ironi. Bahkan malapetaka yang harus diderita rakyat Jambi.Padahal memilih kandidat dengan program, gagasan bahkan “mimpi” tentang Jambi adalah pendidikan politik di tengah rakyat Jambi.
Sudah seharusnya para kandidat diwajibkan untuk menyampaikan gagasan, program dan mimpinya tentang Jambi.
Dan pemilih kemudian memilih kandidat berdasarkan prestasi yang telah dilakukan. Termasuk menaruh harapan terhadap kandidat karena program, gagasan dan “mimpinya”
Kegagalan menawarkan program, gagasan ataupun mimpi Jambi selain akan menyebabkan derita yang harus ditanggung rakyat. Juga menyebabkan memilih dan “memperebutkan” pepesan kosong.
Sebuah perumpamaan “memperebutkan sesuatu yang tidak ada apa-apa”. Alangkah naifnya, apabila momentum Pilkada kemudian hanya “menghasilkan” kandidat yang tidak mempunyai apa-apa.
Bermimpi tanpa wacana. Berbicara tanpa solusi.
*Direktur Media, Opini dan Publikasi Al Haris – Abdullah Sani
Discussion about this post