No Result
View All Result
KONTAK
Bicara Apa Adanya
REDAKSI
  • ADVERTORIAL
  • Media Partner
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEMPIAS
  • TEMUAN
  • ADVERTORIAL
  • Media Partner
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEMPIAS
  • TEMUAN
No Result
View All Result
Bicara Apa Adanya
ADVERTORIAL DAERAH LINGKUNGAN NASIONAL NIAGA OPINI PENJURU PERISTIWA PERKARA SIASAT TEMPIAS TEMUAN
Home OPINI

Jambi Sebagai Kota Dagang

Oleh: Musri Nauli*

by Danang
April 2, 2021
A A
Teori Dasar Ilmu Hukum

Musri Nauli (detail/ist)

18
VIEWS
ShareTweetSendScan

JUDUL yang dipaparkan merupakan subjudul dari SEJARAH SOSIAL JAMBI – Jambi Sebagai Kota Dagang dari proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Depdikbud, 1984.

ArtikelTerkait

Peringatan Hari Bumi

Refleksi 51 Tahun Peringatan Hari Bumi Internasional

April 22, 2021
KKB Mengancam, Papua Butuh Solusi dan Tindakan Konkret

KKB Mengancam, Papua Butuh Solusi dan Tindakan Konkret

April 20, 2021
Gerakan Mahasiswa, Antara Harapan dan Tantangan

Gerakan Mahasiswa, Antara Harapan dan Tantangan

April 17, 2021
Bukit Algoritma

Vaksin Nusantara dan Ragam Persoalannya

April 15, 2021

Di dalam buku kemudian diterangkan Jambi dalam lintasan sejarah sebagai bandar Niaga Melayu dalam periode Kerajaan Melayu Jambi.

Pada zaman keemasan abad XIV, Jambi yang terkenal sebagai bandar Niaga Melayu Jambi adalah tempat pelabuhan ekspor rempah-rempah seperti lada, cengkeh, karet dan hasil bumi lainnya.

Dalam tulisannya, Dedi Arman menerangkan sejarah panjang lada di Jambi. Dengan mengutip sejarawan Gusti Asnan, buku Barbara Watson Andaya, Hidup Bersaudara, Sumatra Tenggara pada Abad XVII dan XVIII, M.A.P Meilink Roelofsz dalam bukunya Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di Nusantara, perdagangan lada di Jambi pada abad XVI- XVIII, Buku Lindayanti, Junaidi T. Noor, Ujang Hariadi, Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, A.B Lapian dalam tulisannya Jambi Dalam Jaringan Pelayaran dan Perdagangan Masa Awal, Jambi Dalam Lintasan Sejarah Melayu (Abad I-XVII) (Anastasia Wiwik Swastiwi, Sejarah Sumatra (William Marsden), ada sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-6 melalui Pulau Jawa dan Sumatra. Di Indonesia, lada mendapat sebutan nama baru merica yang diambil dari bahasa sansekerta.

  Baca Juga
Harga Pakan Ikan Tak Terbeli, Dinas Perikanan Dorong Pakan Alternatif April 22, 2021
Minta Sanusi Dinonaktifkan Jelang PSU, Massa Siap Demo KPU April 22, 2021
Aksi Kamisan Peringatan Hari Bumi, Abdullah: Bumi Kita Semakin Tua April 22, 2021
BLT UMKM, BPUM Dibuka! Ini Cara Daftar dan Syaratnya April 22, 2021
Menteri Keuangan: Belanja Negara untuk Pendidikan di 2021 Naik 5 Kali Jadi Rp550 Triliun April 22, 2021
Refleksi 51 Tahun Peringatan Hari Bumi Internasional April 22, 2021
Biduan Dangdut Ini Dilaporkan Memperkosa Remaja Laki-laki April 22, 2021
Next
Prev

Salah satu jenis lada, yaitu kemukus telah dikenal sebagai barang ekspor dari Palembang dan Jambi dan jadi primadona di Pasar Cina dan nusantara pada abad ke VIII. Lada (piper nigrum) bukan berasal dari nusantara, melainkan dari barat daya India. Merica jenis ini tak tumbuh alami melainkan dibudidayakan. (Wiiliam Marsden, 2008).

Adanya perdagangan lada di Jambi menyebabkan pendatang merantau ke Jambi, di antaranya orang Minangkabau, Bugis, Arab, Cina dan suku-suku lainnya di Indonesia.
Lebih lanjut diterangkan, lada di Jambi dihasilkan di daerah hulu. Produsen utama lada di Jambi adalah orang-orang Minangkabau yang tinggal di sepanjang Sungai Batanghari, khususnya di dua distrik yaitu Tanjung dan Kuamang, Federasi Kota Tujuh (VII Koto) dan Sembilan Kota (IX Koto).

Lada juga ditanam di aliran Sungai Muaro Ketalo dan sepanjang aliran Sungai Tembesi dan Merangin. Kerinci juga dikenal daerah penghasil lada.

Mengutip dari Tom Pires, Dedi Arman menerangkan, sejak awal abad XVI, Jambi dikenal sebagai penghasil emas dan mungkin hal inilah yang mendorong orang Minangkabau datang ke VII Koto dan IX Koto

Lada di Pelabuhan Jambi tak hanya datang dari daerah hulu Jambi, tapi juga dari daerah wilayah yang termasuk daerah penyangga Kesultanan Jambi. Lada yang masuk ke Jambi datang dari berbagai daerah di Sumatra, terutama dari Minangkabau.Lada dibudidayakan di kaki perbukitan pegunungan Bukit Barisan. Hasil lada dari Minangkabau dibawa ke hilir menggunakan transportasi sungai.

  Baca Juga
Harga Pakan Ikan Tak Terbeli, Dinas Perikanan Dorong Pakan Alternatif April 22, 2021
Minta Sanusi Dinonaktifkan Jelang PSU, Massa Siap Demo KPU April 22, 2021
Aksi Kamisan Peringatan Hari Bumi, Abdullah: Bumi Kita Semakin Tua April 22, 2021
BLT UMKM, BPUM Dibuka! Ini Cara Daftar dan Syaratnya April 22, 2021
Menteri Keuangan: Belanja Negara untuk Pendidikan di 2021 Naik 5 Kali Jadi Rp550 Triliun April 22, 2021
Refleksi 51 Tahun Peringatan Hari Bumi Internasional April 22, 2021
Biduan Dangdut Ini Dilaporkan Memperkosa Remaja Laki-laki April 22, 2021
Next
Prev

Ada dua pola perdagangan lada di Jambi. Pertama, pola perdagangan lada dari daerah produksi di hulu dibawa ke hilir (Pelabuhan Jambi). Kedua, lada dari hulu tak dibawa ke hilir melainkan dibawa melalui jalur alternatif. Dari hulu dibawa ke Muaro Tebo (Dijuluki Malaka Kecil) yang nantinya dibawa ke Selat Malaka melalui Indragiri dan Kualatungkal.

Letak Pelabuhan dari pendekatan geografis sangat ideal dan memegang posisi vital dalam hubungan laut Tiongkok dan India. Jalur distribusi jalan perdagangan laut perniagaan Asia.

Letak dan posisi strategis dan terletak diujung selatah Malaka adalah jalur terpendek perniagaan lagu dari Tiongkok ke Selat Malaka.
Catatan I’ Tsing dengan jelas menunjukkan rute Tiongkok – India yang harus melalui jalur kerajaan Melayu Jambi. Pelabuhan menjadi tempat persinggahan kapal bresar dari Selat Malaka Menuju Tiongkok dan sebaliknya. Kapal India, Persia dan Arab singgah di Pelabuhan Melayu, sembari menunggu angin timur laut.

Sungai Batanghari yang kemudian bermuara ke Selat Malaka merupakan jalur distribusi dari pedalaman Jambi. Sehingga pedagang dari pedalaman Sungai Batanghari yang kemudian melewati Jambi dan terus ke Selat Malaka masih dikenal dalam tutur di tengah masyarakat. Seperti Seloko “Mengilir Berajo Jambi. Lipat pandan balek Ke Rajo Minangkabau”.

Sehingga tidak salah kemudian jalur distribusi melewati Sungai Batanghari dan kemudian bermuara ke Selat Malaka menyebabkan Muara Sabak menjadi pembicaraan dalam catatan-catatan petualang dunia.

Jalur ini kemudian dikenal sebagai jalur pantai timur Sumatra. Tarik menarik dan penguasaan jalur perdagangan distribusi Pelabuhan Melayu Jambi yang begitu strategis di Selat Malaka menyebabkan perang Johor – Jambi (1665-1690). Kerajaan Jambi yang kemudian disebut Kesultanan Jambi mulai terlibat dalam pertempuran dengan Belanda, Portugal dalam kancah menjaga Pelabuhan Melayu Jambi.
Sultan Sri Ingalogo berhasil menutup kantor Serta VOC di Jambi. Belanda kemudian hanya menempatkan VOC di Sumatra di Palembang.

  Baca Juga
Harga Pakan Ikan Tak Terbeli, Dinas Perikanan Dorong Pakan Alternatif April 22, 2021
Minta Sanusi Dinonaktifkan Jelang PSU, Massa Siap Demo KPU April 22, 2021
Aksi Kamisan Peringatan Hari Bumi, Abdullah: Bumi Kita Semakin Tua April 22, 2021
BLT UMKM, BPUM Dibuka! Ini Cara Daftar dan Syaratnya April 22, 2021
Menteri Keuangan: Belanja Negara untuk Pendidikan di 2021 Naik 5 Kali Jadi Rp550 Triliun April 22, 2021
Refleksi 51 Tahun Peringatan Hari Bumi Internasional April 22, 2021
Biduan Dangdut Ini Dilaporkan Memperkosa Remaja Laki-laki April 22, 2021
Next
Prev

Perlawanan terhadap Belanda diteruskan hingga ke Sultan Thaha Syaifuddin yang naik tahta tahun 1955. Sultan Thaha Syaifuddin yang dianggap memiliki perlengkapan Kesultanan (rijkssierenden) dan kerisi Pusaka Siginjei sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Sultan yang sah oleh rakyat Jambi.

Perlawanan Sultan Thaha Syaifuddin terus-menerus menyebabkan terbunuhnya kontrolir van Laar (1891). Kemudian terbunuhnya Komandan Militer (1899). Perlawanan Sultan Thaha Syaifuddin kemudian berakhir tahun 1904. Begitu strategisnya posisi Pelabuhan Melayu Jambi dalam kancah perdagangan Pantai Timur Sumatra menyebabkan Jambi sudah lama diperbincangkan dalam percaturan global.

Dan tidak dapat dipungkiri mimpi membangun Pelabuhan Samudra di ujung Jabung adalah posisi strategi yang tidak boleh diremehkan.

*Direktur Media dan Publikasi Tim Pemenangan Al Haris-Sani.

Tags: JambiJambi Kota DagangMusri NauliOpiniSejarah Jambi
Next Post
Ahok Ungkap Sebab Kebakaran di Kilang Balongan Pertamina

Ahok Ungkap Sebab Kebakaran di Kilang Balongan Pertamina

Angin Kencang Merobohkan Gedung Milik PTPN VI Kayu Aro

Angin Kencang Merobohkan Gedung Milik PTPN VI Kayu Aro

Frustasi Lantaran Uang Rp120 Juta Amblas di Pasar Saham, Pria Ini Ceburkan Diri ke Tungku Api

Frustasi Lantaran Uang Rp120 Juta Amblas di Pasar Saham, Pria Ini Ceburkan Diri ke Tungku Api

Dua Perusahaan Batu Bara

Bukan Satu, Ternyata Ada Dua Perusahaan Batu Bara yang Mengancam Hidup SAD di Tebo

Perkembangan Terbaru Putusan Sanusi, Ini Kata DKPP RI

Perkembangan Terbaru Putusan Sanusi, Ini Kata DKPP RI

Discussion about this post

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bicara Apa Adanya

PT MOKSHA MULTI MEDIA

© 2020 Alamat Kantor Detail di Jalan Guru Muchtar, No. 26, RT 09, Kebun Handil, Jelutung, Kota Jambi. Kode pos 36137. Developed by Ara.

  • Detail
  • Hubungi Kami
  • Tim Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Company Profile

Media Sosial

No Result
View All Result
  • ADVERTORIAL
  • Media Partner
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEMPIAS
  • TEMUAN

PT MOKSHA MULTI MEDIA