Bekas pekerja sawmill ini menginspirasi kita. Hanya lulusan kelas dua Sekolah Rakyat namun ia tengah membuat dua unit helikopter. Tenaganya dari dua unit mesin motor matic. Mampukah helikopter buatannya terbang mengangkasa?

TUBUH Usman tak kuat jika setiap hari menempuh 2 jam menembus hutan melalui darat. Tahun 1997, Usman bekerja di pemotongan kayu (sawmill) yang memaksanya keluar masuk hutan untuk mengecek para pekerja upah potong. Memastikan ukuran kayu sudah tepat.

Bermodal rangka dari rotan dan mesin gergaji chainsaw, Usman mengaku telah membuat helikopter. Dengan baling-baling bekas mata chainsaw, ia menyebut bahwa helikopter buatannya mampu naik sampai ketinggian 200 meter dan berjalan masuk hutan selama 20-30 menit. Padahal jika ditempuh menggunakan mobil, memakan waktu 2 jam. Heli rotan itu mengangkut dirinya dengan membawa 20-25 liter air.

“Keluar masuk hutan naik mobil badan saya tidak tahan, saya coba naik motor trail, lebih parah lagi. Lalu saya berpikir, bagaimana saya bisa masuk hutan. Terpikirlah untuk membuat helikopter,” ujar pria yang hanya bersekolah sampai kelas 2 Sekolah Rakyat itu ketika ditemui detail.id pada Jumat, 8 Juli 2021.

Lebih jauh lagi ia mengklaim, helikopter rotan buatannya sudah ia gunakan selama 1 tahun lebih.

Setelah tak lagi bekerja di sawmill Suban, Tanjungjabung Barat, Usman memilih untuk menekuni bisnis bidang lain. Ia sempat jual-beli mobil, jual beli tanah, hingga berbisnis depot air.

Ia mengaku, dampak pandemi membuatnya sulit mencari pendapatan. Bisnis yang ia jalani macet. Dari situlah, tercetus ide untuk membuat lagi helikopter. Pria kelahiran Seberang, 12 Desember 1955 ini sangat optimis bisa membuat helikopter karena merasa pernah membuat sebelumnya.

“Dulu pernah buat dari rotan. Sekarang saya coba dari besi,” katanya.

Usman menghabiskan dana hingga Rp 30 juta dengan waktu sekira 3 bulan, dimulai sebelum Ramadan 1442 hijriah. Dibantu oleh beberapa pekerja upah harian, ia mulai merakit helikopter itu.

“Saya sudah habiskan sekitar Rp 30 juta. Kalau dengan itu (menunjuk ke arah rangka helikopter yang lebih kecil) habis sekitar Rp 35 juta,” ujarnya.

Tidak cuma satu, tapi ia membuat dua unit helikopter yang rencananya dengan dudukan mesin yang berbeda. Usman mengaku, sejak awal ia memang berencana membuat 2 unit helikopter.

Satu lagi helikopter dengan ukuran lebih kecil dan ringan. Ia akan menaruh mesin di bawah kolong helikopter itu.

Bukan hanya membuat helikopter, ia juga membuat lift yang dipasang di rumahnya sendiri. Sebelumnya, ia pun membuat kapal ponton terapung dengan bobot sekitar 60 ton.

Banyak orang yang sudah meragukan bahkan memandang rendah dirinya, tapi Usman tak peduli. Ia bertekad, membuktikan bahwa ia mampu membuat helikopter impiannya.

Usman, Pembuat Helikopter dari Besi Tua Bermesin Sepeda Motor (DETAIL/Febri)

Keteguhan Usman

Sudah puluhan kali ia gagal, namun Usman tetap teguh dan yakin pada kemampuannya.

“Saya baru mau coba dengan mesin Mio dan Vario ini, mampu angkat atau tidak. Kalau tidak, saya akan ganti dengan mesin yang lebih besar. Kalau gagal ya coba lagi, harus gigih, ulet, tekun dan pantang menyerah,” kata pria beristri dua dengan 3 orang anak itu.

Tekadnya tak terbendung. Dalam waktu hingga 3 bulan ia menyelesaikan helikopternya itu. Menurutnya, heli buatannya masih 55%. Masih ada beberapa komponen yang perlu dilengkapi. Diantaranya, tali spin rotor, shockbreaker, dan ‘klahar’ atau bearing.

Setelah semua lengkap, barulah ia akan merapikan panel kontrol. Ia berencana melengkapi alat pengukur ketinggian dan pengukur rotasi putaran mesin dan baling-baling.

Saat ini, helikopter buatannya menggunakan mesin motor Mio tahun 2010 dan Vario tahun 2011. Di hadapan detail, Usman menunjukkan bahwa mesin tersebut dapat dihidupkan salah satu maupun kedua sekaligus. Dapat dihidup-matikan bagian depan atau belakang saja.

Selain itu, ia menyebut, baling-baling bisa dimatikan ketika mesin hidup. Bagian rotor ekor bisa diatur kecepatannya dan bisa berputar bolak-balik. Kegunaan rotor ekor, menurutnya untuk menahan putaran dampak dari baling-baling. Badan heli dapat ikut berputar, untuk menahan dan menyeimbangkannya maka dibutuhkan rotor ekor.

Sudah banyak tokoh-tokoh bahkan media yang berdatangan. Ia menyebut, mantan Gubernur Jambi yang kini menduduki kursi DPR RI, Hasan Basri Agus sempat menyambanginya.

“Pak HBA sempat meminta saya untuk mengajari anak-anak SMK. Saya tidak masalah, saya senang jika bisa bermanfaat untuk banyak orang. Asal mereka mau diarahkan dan kalau bisa dua arah. Jangan dari saya saja, maunya mereka itu memberikan ide dan masukan tambahan,” ujar Usman yang sudah memiliki 4 orang cucu ini.

Selain itu, Usman mengklaim bahwa ia sudah didatangi juga oleh Angkasa Pura yang meninjau langsung. Ia tak menyebut detail siapa yang datang, namun ia sebut dari Angkasa Pura. Mereka menanyakan proses dan cara kerja helikopter buatannya.

“Bahkan orang Angkasa Pura itu bilang, ‘sudah 9 tahun saya bekerja di Angkasa Pura, saya tidak terpikir untuk membuat helikopter’,” ujar Usman semringah.

Sudah banyak yang menawar heli buatannya ini. Ia menyebut, jika benar bisa terbang, sudah ada yang menawar sebesar Rp 180 juta. Pembeli nantinya menjanjikan juga akan membelikan kambing untuk acara selamatan.

Helikopter dari Besi Tua Bermesin Sepeda Motor Buatan Usman. (DETAIL/Febri)

Bisakah Heli Buatan Usman Terbang?

“Bisa,” jawab Usman dengan yakin ketika ditanya apakah heli ini mampu terbang atau tidak.

Ia mengungkapkan bahwa angin sudah mengembus 10 sentimeter di tanah, menggerakkan  rerumputan. Baginya, itu pertanda bahwa heli itu akan siap terbang.

“Saya sangat yakin bisa, tidak jauh beda dengan helikopter rotan saya waktu itu. Kalau itu bisa terbang, saya yakin ini bisa,” ucap Usman yakin.

Menurut perhitungan Usman, dengan baling-baling lebar 30 sentimeter dan panjang 2 meter masing-masingnya, mampu mengangkat 900 kilogram. Jika 3 baling-baling maka bisa mengangkat 2.700 kilogram. Sedangkan bobot helikopter itu, ia sebut hanya 600 kilogram saja.

Untuk bisa terbang, Usman menyebut bahwa RPM harus di atas 120 baru bisa angkat. Ia belum mencoba dan belum ada alat pengukurnya.

Ia membayangkan bisa menempuh Jambi-Kualatungkal dalam waktu yang cepat. Ia menyebut helikopternya bisa berfungsi sebagai kargo juga mengangkut penumpang.

“Saya terbayang arahnya ke sana, transportasi. Nanti bisa Jambi-Kualatungkal bolak-balik. Bisa angkut barang, saya juga rencana buat ini bisa mengapung di air dengan menambah fiberglass di kakinya,” katanya.

Ketika detail bertanya mengenai peluang untuk tujuan penggunaan lain, semisal pertanian. Usman menyebut, ia sudah memikirkannya juga. Ia berencana mencoba menambahkan galon berisi air untuk menyemprot atau memupuk ladang yang luas.

Tapi keyakinan Usman harus dibuktikan. Saat ini faktanya, helikopter itu belum mampu terbang. Memang benar jika mesin mampu berfungsi dan dikendalikan, beberapa detail komponen juga bisa dikendalikan.

Selain soal belum terujinya kemampuan terbang helikopter ini, secara teori, kemampuan mesin pun sangat diragukan untuk bisa mengudara.

Sebelumnya, helikopter dengan mesin bubut buatan Jujun yang dibuat di Sukabumi, Jawa Barat sempat dihitung secara teori oleh akun Dtech-Engineering. Helikopter yang dinamai Helikopter Gardes JN-77 menggunakan daya mesin 24 HP (Horse Power) dengan putaran mesin 3.600 RPM dan silinder 700 cc. Sedangkan bobotnya sekitar 200 kilogram dengan dua buah baling-baling berdiameter total 8 meter.

Menurut hitungan Dtech-Engineering, dengan bobot dan diameter baling-baling tersebut maka dibutuhkan daya minimal sebesar 30 HP. Itupun jika efisiensinya penuh 100%. Angka faktual  keseluruhan efisiensi helikopter hanya sekitar 30%-an, maka daya yang dibutuhkan untuk helikopter tersebut bisa mencapai 100 HP.

Sedangkan jika dibandingkan dengan buatan Usman, helikopternya hanya bertenaga 2 unit mesin motormatic. Kemampuan mesin Mio dan Vario ini masing-masing sekitar 9,3 HP dengan rotasi mesin 7000-8000 RPM. Jika dijumlahkan, tenaganya baru 16,6 HP. Sedangkan bobot helikopternya lebih besar yaitu 600 kilogram.

Helikopter dengan bobot kecil dan mesin lebih besar saja, secara hitungan teori masih jauh untuk dapat dikatakan mampu terbang apalagi yang lebih berat dan mesin kecil?

Tentu saja bukan bermaksud mengecilkan semangat dan tekad Usman, namun kita juga tak mestinya berkhayal di alam fana. Ia mesti disokong oleh para ahli, setidaknya untuk menemukan mesin yang cocok untuk helikopternya itu.

Hambatan yang akan menjumpai Usman bukan saja soal kemampuan mesin, dan pembuktian terbang helikopternya. Akan ada persoalan perizinan dan birokrasi yang rumit. Apalagi ini dunia Aviasi. Izin kelayakan terbang hingga izin terbang tentunya tidak semudah mengurus surat izin mengemudikan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat.

Pelajaran yang dapat kita petik ialah semangat pantang menyerah dan keyakinan Pak Usman. Dengan usia yang hampir menginjak 66 tahun ini, ia mampu berkreasi menembus batas mimpi-mimpi orang kebanyakan. Tak peduli cacian, cemoohan dan pandangan remeh, ia tetap berusaha mewujudkan keyakinannya.

Tentunya, ajakan dari HBA untuk mengajari anak-anak SMK sangat positif. Semangat kreatif dan tekadnya perlu ditularkan pada anak-anak muda. Terlepas bisa terbang atau tidak, semangat dan keyakinan kakek dengan cucu 4 ini sangat menginspirasi.

Reporter: Febri Firsandi