DETAIL.ID, Merangin – Sudah lebih dari tiga bulan harga buah sawit turun drastis bahkan terjun bebas hingga pecah Rp 1.000. Hal ini sangat membebani masyarakat petani sawit khususnya.
Seperti yang dirasakan oleh Umartono (40) petani sawit yang tinggal di Desa Lantak Seribu, Kecamatan Renah Pamenang Kabupaten Merangin, Jambi. Ia mengaku sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Betapa tidak, di tengah himpitan ekonomi yang makin berat, harga sembako banyak naik tetapi tidak berimbang dengan hasil kebun sawit yang selama ini menopang ekonomi keluarganya.
“Bagaimana tidak mengeluh. Di saat harga sembako yang makin naik, harga sawit malah turun dan pecah dari Rp 1.000 per kilo. Bagaimana mau mencukupi kebutuhan keluarga saya? Untuk satu kali panen saja belum terbayar untuk beli pupuk dan tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan dapur keluarga saya,” kata Umartono pada Minggu, 24 Juli 2022.
Diakuinya kebun sawit yang hanya satu kapling sudah kesulitan untuk mencukupi kebutuhan anak anaknya yang sekolah di salah satu SMAN di Merangin.
“Biaya anak sekolah tidak bisa kita undur lagi. Kalau seperti ini kami bakal tidak mampu lagi mengandalkan hasil kebun sawit. Sementara peluang usaha di situasi harga sawit jatuh juga jadi sangat sulit untuk beralih pekerjaan,” ujarnya.
Ijal, salah satu pedagang sayuran keliling,Juga mengeluhkan sepinya pembeli. Ibu-ibu lebih memilih tidak membeli sayuran keliling dan banyak memilih mencari sayuran di kebunnya.
“Biasanya setiap hari saya berjualan sayuran dan aneka ikan bisa habis tetapi jatuhnya harga sawit menjadi salah satu penyebab kurangnya daya beli masyarakat, otomatis penjualan juga makin menurun,” ucap Ijal.
Ia sangat berharap agar harga sawit bisa kembali stabil dan daya beli masyarakat kembali normal sehingga perekonomian bisa menjadi lebih baik lagi.
Reporter: Daryanto
Discussion about this post