DETAIL.ID, Jambi – Suroso, ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Provinsi Jambi sangat setuju aturan Domestic Market Obligation (DMO) sawit sawit segera dicabut demi percepatan ekspor CPO, hal itu diyakininya akan mendongkrak krmbali harga TBS yang anjlok 3 bulan belakangan.
Tak hanya itu, menurutnya bahkan isu DMO kini sudah menjadi mainan sejumlah PKS untuk mengkondisikan harga TBS petani.
“Kalau sebelum larangan eskpor kemaren kan harga buah di PKS yang ga punya kebun inti juga bersaing dengan harga Disbun. Kalau sekarangkan antara harga Disbun dan PKS ini beda jauh, terutama untuk petani swadaya,” katanya.
Perbedaan harga tersebut masih terus belangsung hingga saat ini. Alasan rendahnya harga TBS petani pun diungkap oleh Suroso berdasarkan keterangan pihak PKS.
“Tidak ada terkendala eskpor, harga tetap dibawah Disbun alasan mereka antara suplay dan demandnya masih dibawah. Jadi mereka buangnya masih kurang lancar. Sementara dibawah bahan masuk terus. Jadi harga ga bisa sama dengan Disbun,” katanya.
Atas semua persoalan itu, Suroso sangat mendukung jika DMO sawit secepatnya disudahi. Terkait ketersediaan minyak goreng dalam negeri kedepannya jika aturan DMO dicabut. Suroso yakin tidak akan terlalu signifikan atau sampai membuat stok minyak goreng dalam negeri kurang.
“Kalau skemanya mau dijalanin, harganya ke minyak goreng ga perlu dipatok 14 ribu. Kalau harganya diangka 20 ribuan saya rasa pasar masih toleran lah. Inikan yang jadi masalahkan ditekan 14 ribu sisi hilirnya sehingaga yang sisi hulunyanya (petani) tertekan sekali dengan harga TBS rendah,” katanya.
Menhrut saya, kata dia, diangka harga migor senilai 18-20 ribu itu terjadi keseimbangan saat ini. Ga perlu harus dipatok 14 ribu di hilirnya.
“Kalau pemerintah patok misalnya 18 – 20 ribu itu otomatis antara sektor hulu dan hilir dunia bisni perkebunan sawit seimbang saya rasa,” katany.
Suroso juga sebenarnya melihat bahwa tujuan DMO bagus. Namun ia mempertanyakan mengapa tidak lancar ke berbagai sisi, sehingga petani sawit terkesan dikorbankan dengan harga TBS yang rendah terus-terusan.
“Apakah pemerintah tidak bisa mengaufit perusahaan-perysahaan besar itu. Sehingga ekspornya tidak lancar atau malah perushaan yang mengerem sehingga harga dibawah tetap murah sehingga perusahaan dapat untung dobel.
Dari ekspor dia dapat harga bagus dan dibawah dia beli bahan baku murah?” kata Suroso bertanya-tanya.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post