DETAIL.ID, Medan – Sejak 10 Agustus 2022 lalu, Bank Indonesia (BI) gencar meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), termasuk dengan mengampanyekan Gerakan tanam (Gertam) cabai merah di pekarangan rumah.
Di Sumatera Utara, BI melalui Perwakilan di sumatera Utara juga mengajak Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk memperkuat sinergi bersama dengan 43 Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) lainnya.
Tujannya adalah dalam rangka mengendalikan laju inflasi melalui inovasi dan digitalisasi pengembangan klaster cabai merah, dengan sistem integrated farming, yang akan menopang kesinambungan produksi nasional.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, kepada para wartawan di Medan, kemarin, menyebutkan upaya mendorong Gertam Cabai di Pekarangan diharapkan akan memotivasi budaya swasembada pangan masyarakat dan mendukung tercapainya kestabilan harga.
Kata Juda, GNPIP hadir sebagai satu tindak lanjut arahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2022.
Ia berharap apa yang telah dilakukan dapat mengoptimalkan upaya dan aksi nyata dalam stabilisasi harga pangan dari sisi pasokan dan mendorong produksi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.
“Kita harus mengambil langkah untuk menangani aspek yang lebih struktural, dengan mendorong inovasi dan digitalisasi pertanian seperti yang telah dilakukan oleh klaster cabai merah di Sumatera Utara yang telah menerapkan konsep integrated farming dengan pembuatan pupuk organik secara mandiri hingga implementasi sistem lelang terpusat pada sub terminal agribisnis dalam sistem pemasarannya,” jelas Juda.
Kata dia, upaya sinergitas pengendalian inflasi pada kegiatan ini juga meliputi komitmen perluasan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) Kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Lalu, peresmian klaster baru hortikultura, pemberian 77.000 bibit cabai merah dalam rangka mendorong gerakan urban farming. Juga penyerahan program “Dedikasi untuk Negeri” berupa alat digital farming, sarana prasarana usaha alat tangkap nelayan, dan sarana pendukung produksi pertanian guna mendukung pengembangan serta peningkatan kapasitas di sisi hulu.
“Kita harus mengambil langkah untuk menangani aspek yang lebih struktural, dengan mendorong inovasi dan digitalisasi pertanian seperti yang telah dilakukan oleh klaster cabai merah di Sumatera Utara yang telah menerapkan konsep integrated farming dengan pembuatan pupuk organik secara mandiri hingga implementasi sistem lelang terpusat pada sub terminal agribisnis dalam sistem pemasarannya,” tegas Juda.
Discussion about this post