NIAGA
Keluarga Suzanna Tanojo Kuasai 7,06 Persen Saham Bintang Mitra (BMSR)
DETAIL.ID, Saham – Perusahaan yang terafiliasi keluarga Suzanna Tanojo, Chemical Asia Corporation Pte Ltd, tercatat memegang 7,06 persen saham emiten distributor produk bahan kimia PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk (BMSR).
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ), terbit di website Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin 24 Oktober 2022, Chemical Asia mempunyai 81.842.700 saham per 21 Oktober 2022. Padahal, pada 20 Oktober, data KSEI tidak mencatat Chemical Asia ke dalam daftar pemegang saham di atas 5 persen.
Seiring tercatatnya Chemical Asia di daftar tersebut, kepemilikan pemegang saham pengendali BMSR, Chance Stand Finance Limited, tidak mengalami perubahan.
Per 21 Oktober, Chance Stand masih menguasai 59,97 persen saham BMSR.
Hanya saja, tidak ada detail mengenai nilai dan tujuan transaksi pembelian saham dalam data KSEI di muka.
Sebagai informasi, mengutip materi public expose PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP), pada 1 Agustus 2022, Louise Li memiliki 99,52 persen dan Debora Wahjutirto Tanoyo 0,48 persen saham Chemical Asia.
Louise Li, yang mengendalikan BIPP lewat Safire Capital, merupakan anak Suzanna Tanojo. Louise Li juga menjabat sebagai Komisaris BIPP.
Chemical Asia sendiri menguasai 100 persen saham Safire Capital.
Sementara, Debora Tanoyo sekarang menjabat sebagai Direktur PT Bank Victoria Tbk (BVIC).
Adapun, Suzanna Tanojo merupakan pengendali PT Victoria Investama Tbk (VICO). Suzanna juga menguasai BVIC lantaran VICO entitas induk Bank Victoria.
Hubungan BMSR dan Keluarga Tanojo
Menurut keterangan di website BMSR, perusahaan memasarkan produk-produk bahan kimia yang dihasilkan oleh PT Sulfindo Adiusaha, mulai dari Hydrochloric Acid (HCl), Sodium Hypochlorite (NaOCl) sampai PolyVinyl Chloride (PVC).
Hubungan kemitraan antara BMSR dan Sulfindo tersebut terlihat di dalam laporan keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan perseroan per 30 Juni 2022, misalnya, BMSR juga mencatatkan utang usaha pihak ketiga kepada Sulfindo Adiusaha sebesar Rp549,36 miliar.
Nah, mengutip pemberitaan Reuters, Sulfindo Adiusaha dikendalikan oleh Grup Victoria, ‘yang dimiliki oleh keluarga Tanojo’.
Hubungan afilisasi tersebut terlihat, sebut saja, dari keterangan soal Informasi Mengenai Pihak-Pihak Berelasi dalam laporan keuangan BVIC pada 30 Juni 2022, yang mana disebutkan bahwa Sulfindo Adiusaha ‘dimiliki oleh pemegang saham utama’.
Artinya, Sulfindo dimiliki oleh pengendali BVIC, yang adalah keluarga Suzanna Tanojo.
NIAGA
DBH Sawit Bagi Provinsi Jambi Alami Tren Penurunan Sejak 2023

DETAIL.ID, Jambi – Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat bagi Provinsi Jambi tercatat mengalami tren penurunan sejak 2023 lalu.
Berdasarkan penjelasan Kadis Perkebunan Provinsi Jambi, Hendrizal, alokasi DBH Sawit untuk Provinsi Jambi senilai Rp 23 M untuk tahun 2025. Lebih kecil dari tahun sebelumnya yakni Rp 33 M. Padahal awalnya di 2023 alokasi dana mencapai Rp 38 M.
Menurut Hendrizal, pasca ditransfer ke kas daerah atau BPKPD duit DBH tersebut bakal diperuntukkan bagi pendataan, rencana aksi daerah tentang kelapa sawit berkelanjutan, hingga jaminan sosial bagi buruh tani sawit.
“Sejauh ini porsinya sesuai PMK 91, porsi maksimal 20% di bidang perkebunan. 80% untuk infrastruktur,” ujar Hendrizal, Selasa, 24 Juni 2025.
Dia pun menyoal porsi dana yang bersumber dari Pungutan Ekspor CPO yang ditetapkan oleh pusat tersebut. Sebab menurutnya jika peruntukan dana lebih difokuskan spesifik pada infratruktur semacam jalan usaha tani, tentu bakal lebih menopang produktivitas hasil perkebunan rakyat.
Sementara itu terkait program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), dimana insentif dana peremajaan sawit kini menjadi Rp 60 per hektar sejak September 2024 lalu. Kadis Perkebunan Provinsi Jambi tersebut menilai belum berdampak signifikan terhadap animo petani untuk ikut PSR.
“Kondisi di daerah beda-beda ya. Untuk petani yang lahannya cuman sedikit, misal cuman 2 ha dia ga akan mau. Karna ketika ditebang mau makan apa sampai 5 tahun. Beda dengan yang punya lahan luas,” katanya.
Adapun untuk tahun 2025, Disbun Provinsi Jambi menargetkan PSR seluas 14.100 hektar. Sebelumnya di tahun 2023 lalu, dari 10 ribu ha target PSR, terealisasi seluas 7800 ha atau sekitar 70% dari target.
“2025 target 14.100. Mestinya tercapai inikan masih proses. Yang lama itu tadi penyiapan status tanah. Itukan minimal 50 ha, anggota kelompok minimal 20. Kita optimislah, kalaupun tidak 100%, 70% mungkin terkejar,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
NIAGA
Harga TBS Sawit Periode 6 – 12 Juni Turun Tipis

DETAIL.ID, Jambi – Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Jambi untuk periode 6 – 12 Juni 2025 mengalami penurunan, Kamis, 5 Juni 2025.
Berdasarkan hasil rapat penetapan harga oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, harga TBS untuk usia tanaman 10 – 20 tahun ditetapkan sebesar Rp 3.287,72 per kilogram, turun Rp 1,09 dari periode sebelumnya.
Penurunan harga juga tercatat secara rata-rata pada seluruh umur tanaman, yaitu sebesar Rp 0,68 per kilogram.
“Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) pada periode ini tercatat sebesar Rp 13.026,14 per kilogram, sementara harga rata-rata inti sawit mencapai Rp 11.879,60 per kilogram,” kata Kadis Perkebunan Hendrizal, Kamis 5 Juni 2025.
Harga tersebut berdasarkan pada indeks K yang digunakan dalam penetapan harga adalah 94,56 persen.
Reporter: Juan Ambarita
NIAGA
Harga TBS Sawit Provinsi Jambi Turun Periode 16–22 Mei 2025, Berikut Harga CPO dan Kernel

DETAIL.ID, Jambi – Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Bidang PSPHP telah menetapkan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk periode 16 hingga 22 Mei 2025.
Hasil rapat yang digelar pada Kamis, 15 Mei 2025 mencatat adanya penurunan harga TBS dibandingkan periode sebelumnya.
“Harga TBS untuk umur tanaman 10–20 tahun ditetapkan sebesar Rp 3.292,77/kg, turun Rp 149,39/kg dari harga pekan lalu. Rata-rata penurunan harga TBS berdasarkan umur tanaman mencapai Rp 136,40/kg,” kata Kabid Sarpas Disbun Provinsi Jambi, Bukri pada Jumat, 16 Mei 2025.
Adapun harga rata-rata Crude Palm Oil (CPO) tercatat sebesar Rp 12.797,50 sementara harga rata-rata inti sawit atau kernel mencapai Rp 12.921,05 dengan indeks K yang digunakan dalam perhitungan harga berada pada angka 94,18%.
Menurut Bukri, penurunan harga TBS disebabkan oleh melemahnya permintaan pasar global serta turunnya harga minyak nabati lainnya, yang turut memengaruhi harga sawit.
“Penyebab harga turun, permintaan melemah. Minyak nabati lain juga turun,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita