DETAIL.ID, Jakarta – Kasus yang disebut misterius yakni gangguan ginjal akut pada anak- anak terus bertambah. Data dihimpun dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hingga Jumat, 14 Oktober 2022 IDAI menemukan 152 kasus kasus gangguan ginjal akut pada anak-anak di Indonesia.
Kasus ini sudah muncul sejak bulan Janurai 2022, namum telah mengalami pelonjakan signifikan pada bulan September 2022.
Adapun kasus yang disebut IDAI tersebut tersebar di 16 provinsi Indonesia. Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jambi Kepulauan Riau, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur, seperti dilansir cnbcindonesia.com.
Saat temu media daring pada Jumat, 14 Oktober 2022 lalu, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan penyebab gagal ginjal akut tersebut masih belum diketahui. Fenomena ini belum konklusif atau menemukan titik terang terkait penyebabnya sehingga masih membutuhkan investigasi lebih lanjut.
“Awalnya kami menduga terkait dengan COVID-19, merupakan suatu MIS-C (peradangan di organ dalam). Tapi setelah di-tata laksana dengan MIS-C, ternyata hasilnya berbeda dengan MIS-C sebelumnya. Penyebabnya memang belum konklusif,” kata Piprim Yanuarso.
Selain Pimprin, Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes juga bersuara. Ia mengatakan salah satu gejala utama dari gagal ginjal akut pada anak ini adalah terjadinya penurunan drastis volume air kencing yang dikeluarkan.
“Penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi penyaringan ginjal. Biasanya ditandai dengan peningkatan nitrogen urea darah dan/atau penurunan sampai tidak ada produksi urin sama sekali,” kata Yanti
Lebih lanjut, Yanti meminta kepada semua orang tua agar segera membawa anak ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat jika ditemukan gejala- gejala tersebut.
IDAI mengimbau masyarakat agar tetap tenang. Masyarakat juga diminta tetap waspada dan selalu mencari informasi dari sumber terpercaya sehingga tidak menerima informasi yang simpang siur.
“Kita harapkan masyarakat tetap tenang dan tidak panik, tetap waspada, dan pahami betul tentang bagaimana cara mengenali apakah urinnya cukup atau tidak. Jumlah urin yang cukup adalah 1 cc per-kilogram berat badan dan per-jam,” ujar Piprim Yanuarso.
Discussion about this post