DETAIL.ID, Jambi – Pakar ekomoni, Haryadi berbicara tentang inflasi yang sedang melanda Provinsi Jambi bulan September 2022. Angka inflasi mengalami kenaikan menjadi 8.09 persen. Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi ini mengatakan ada dua penyebab naiknya inflasi di Jambi.
Ia menjelaskan inflasi yang naik karena memang terjadi kenaikan permintaan dan penawaran. Selain itu disebabkan oleh Administered Inflation, yakni inflasi yang naik karena faktor lain, seperti kenaikan harga yang ditetapkan oleh pemerintah, salah satunya harga bahan bakar minyak (BBM).
Terjadinya kenaikan harga BBM berimbas kepada peningkatan biaya transportasi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan biaya yang mendorong terjadinya kenaikan harga barang.
“Jadi, dua faktor sebenarnya penyebab inflasi di Jambi. Satu karena Administered Inflation karena bahan bakar minyak dan yang kedua karena kenaikan harga, salah satunya kenaikan harga beras.” ujar Haryadi, pada Selasa, 4 Oktober 2022.
Mengenai harga beras, Haryadi mengatakan kenaikannya bukan hanya terjadi di Kota Jambi saja. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Bungo.
“Inflasi di Kota Jambi malah lebih rendah dibandingkan yang terjadi Bungo. Cuman, jika dibandingkan dengan tingkat nasional inflasi kita jauh lebih tinggi, jadi kita itu 8.09 sementara di indonesia adalah 5.55, jauh lebih rendah dibandingkan Jambi,” katanya.
Pada bulan ini, inflasi di Jambi lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekonomi.
Haryadi mengatakan kondisi tersebut jelas menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi semu. Oleh karena itu, sangat diperlukan kerja keras dari pemerintah.
“Bekerjasama dengan instasi- instansi, Satgas inflasi, Satgas pangan yang ada di Jambi agar kembali merapatkan barisan untuk menekan inflasi itu tidak terjadi,” ujarnya.
Haryadi juga menyinggung launching pembelian beras yang akan digelar pemrov dengan tujuan mengendalikan inflasi. Langkah tersebut tidak efektif karena memaksakan orang untuk nembeli suatu barang. Ia mengatakan masih banyak cara- cara lain yang bisa dilakukan.
“Memang berbagai langkah dilakukan pemerintah. Tapi, hal yang seperti itu tidak efektif dalam memaksakan orang untuk membeli beras lokal. Sebenarnya masyarakat itu dimana harga murah di situ dia beli,”
Ia mengatakan sebaiknya bukan bersifat memaksa melainkan memberikan imbauan. Mengimbau masyarakat agar memprioritaskan produk Provinsi Jambi, selagi produk tersebut tersedia.
“Kalau gak ada bagaimana? Mau diproduksi di Jambi atau dihasilkan dari luar gak jadi masalah yang penting haga stabil, barang ada, setiap dibutuhkan masyarakat ada dan harganya tidak tinggi. Jadi harus menstabilkan harga,” kata Haryadi.
Reporter: Frangki Pasaribu
Discussion about this post