DETAL.ID, Jakarta – Sejak dua minggu terakhir, kasus gagal ginjal akut sudah mereda. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sejak tanggal 2 sampai 15 November 2022 tidak ada lagi penambahan kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury ini.
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menyampaikan jumlah pasien anak yang terkena penyakit ini tinggal 14 orang. Anak- anak tersebut saat ini sedang dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo.
“Kita sangat bersyukur dalam dua minggu terakhir kasus di Tanah Air jumlahnya tidak bertambah. Yang dirawat tinggal 14 orang di RSCM,” kata Syahril dalam konferensi pers update kasus gagal ginjal akut secara daring pada Rabu, November 2022.
Pasien anak tersebut memperoleh perwatan yang lebih lama lantaran kondisi kerusakan ginjal cukup parah dan sudah memasuki stadium tiga.
“Jadi ada 14 orang yang dirawat, itu di RSCM masuk dalam kategori stadium tiga. Ini yang paling berat berarti memang kerusakan ginjalnya cukup parah dengan kondisi-kondisi yang lain,” ujarnya.
Seperti diketahui, gagal ginjal akut yang menyerang anak- anak melonjak sejak bulan Agustus 2022. Jumlah pasien gagal ginjal akut dilaporkan mencapai 324 kasus. Syahril mengatakan jumlah pasien yang sembuh hingga 15 November 2022 sebanyak 111 orang . Pasien yang meninggal tidak bertambah selama dua minggu terakhir, yaitu 199 orang.
Penyebab penyakit ini pun telah dapat diketahui. Kemenkes menyimpulkan bahwa gagal ginjal akut disebabkan oleh intoksikasi atau keracunan obat sirup mengandung cemaran maupun zat murni etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
Kemenkes berupaya mencari akar masalah penyebab gagal ginjal akut tersebut. Kesimpulan itu dibuat setelah t. melakukan penelitian mendalam bersama pihak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), epidemiolog, dan ahli forensik di bidang toksikologi.
Kemenkes kemudian melarang penggunaan obat sirup dan membatasi konsumsi obat sirup yang mengandung zat pelarut tambahan. langkah itu kemudian berpengaruh terhadap penurunan kasus gagal ginjal akut hingga kini.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan kerja sama dengan BPOM untuk meneliti obat-obat yang direkomendasikan. Salah satunya jenis obat yang terdapat di rumah pasien gagal ginjal.
“Dengan itu kita berikan pelarangan dan melakukan penelitian oleh BPOM, dan kita tetapkan obat antidotum. Maka Alhamdulillah gerakan cepat ini menghasilkan suatu hal yang sangat kita harapkan, yaitu tidak ada penambahan kasus maupun kematian,” kata Syahril.
Discussion about this post