Fenomena yang terjadi tiap tahun ini membuat heboh alasannya suatu video booming di TikTok yang mengimbau masyarakat untuk tak keluar malam pada saat solstis.
“Tidak boleh keluar malam tanggal 21 Desember 2022,” kata akun @hendrikecee di TikTok. Video itu sama sekali tak memberi penjelasan apa pun selain tulisan tadi dan tangkapan layar judul media yang terpotong.
Sebuah akun Twitter ber-follower puluhan ribu, yang berulang kali bicara yang tak sesuai fakta sains, pun mengamplifikasi hoaks ini dengan mengklaim kaitan solstis dengan musibah mirip erupsi, gempa bumi, hingga tsunami.
Namun, unggahannya sudah dihapus semenjak kemarin.
Masalahnya, netizen, terutama kaum orang tua atau yang tak mengecek isi isu, terlanjur ramai mempercayainya.
Bantahan pakar
Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Nasional (OORPA/LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan unggahan-unggahan hoaks soal solstis itu banyak mengandung kesalahan.
“Dampak solstis yang dirasakan oleh manusia pasti tidak seekstrem yang dinarasikan seperti pada imbauan yang disinformatif dan menyesatkan,” kata forum tersebut, dikutip dari akun Instagram-nya.
Pertama, fenomena solstis di Indonesia terjadi pada 22 Desember, bukan 21 Desember.
ORPA/BRIN mengungkap solstis berasal dari bahasa latin: solstitium, yang terdiri dari dua kata yaitu sol (Matahari) dan stitium yang berarti tempat berhenti, singgah, atau balik.
Alhasil, solstis mempunyai arti “peristiwa saat Matahari berada paling utara maupun selatan dikala mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit).”
Solstis terjadi dua kali setahun, adalah Juni dan Desember. Fenomena ini disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).
Saat Bumi berotasi juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga sering kali kutub utara dan pecahan Bumi selatan menjauhi Matahari. Inilah kondisi solstis Juni.
Sebaliknya, fenomena solstis Desember terjadi ketika Kutub Selatan dan penggalan Bumi selatan cenderung ke Matahari, sementara Kutub Utara dan cuilan Bumi utara menjauhi Matahari.
ORPA/LAPAN mengatakan fenomena Solstis Desember 2022 terjadi pada Kamis , 22 Desember 2022 pukul 10.27.23 WIB/11.27.23 WITA/12.27.23 WIT.
Kedua, tak berhubungan dengan bencana.
Lembaga riset ini menyatakan solstis memang mempunyai dampak kepada sejumlah hal, adalah berbentukgerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi, dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi; durasi siang dan malam; serta pergantian demam isu.
ORPA juga memastikan solstis tak terkait dengan musibah, mulai dari gempa sampai banjir rob.
“Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berhubungan dengan solstis,” papar keterangannya.
Apa karena? Solstis ialah masalah Matahari. Sementara, peristiwa gempa sampai gunung yakni masalah acara geologis.
“Karena solstis ialah fenomena murni astronomis yang juga dapat memengaruhi iklim dan isu terkini di Bumi. Sedangkan fenomena-fenomena tersebut (erupsi, gempa, tsunami, banjir rob) disebabkan masing-masing dari acara vulkanologis, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi,” kata ORPA/BRIN.