Analis Wall Street memperingatkan tindakan tersebut menghancurkan sentimen pasar pada Tesla. Hal ini juga berisiko mengakibatkan reaksi buruk pelanggan dan pengiklan.
Dikutip dari CNN Business, Selasa, 20 Desember 2022, Oppenheimer & Co juga menurunkan peringkatnya pada Tesla. Tindakan itu dilaksanakan semata-mata alasannya adalah risiko yang ditimbulkan oleh kepemilikan dan manajemen Twitter oleh Elon Musk.
“Kami yakin Musk makin terisolasi selaku pengurus keuangan Twitter dengan administrasi penggunanya di platform. Kami melihat potensi putaran umpan balik negatif dari kepergian pemasang iklan dan pengguna Twitter, “ucap Analis Oppenheimer Colin Rusch.
Ia menyampaikan kepergian pengiklan hanya akan semakin mengikis keuangan Twitter. Imbasnya Musk mesti menurunkan lebih banyak saham Tesla untuk menutupi kerugian tersebut.
Rusch juga menyebut tindakan Musk di Twitter itu akan menciptakan reaksi negatif dari publik yang lebih luas.
“Kami yakin melarang jurnalis tanpa persyaratan yang dapat dipertahankan secara konsisten atau komunikasi yang terperinci saat banyak orang percaya keleluasaan mengatakan, sungguh berisiko bagi mayoritas konsumen untuk terus mendukung Musk/Tesla,” ujarnya.
Dengan kata lain, kejenakaan Musk itu jelek untuk bisnis. Terlebih bisnis Tesla. Apalagi, saham Tesla sudah anjlok sekitar 58 persen semenjak Musk mencaplok Twitter.
Saham perusahaan kembali anjlok pada Senin, 19 Desember 2022 kemarin sesudah Musk melakukan polling soal dia mesti berhenti jadi CEO Twitter.
Sementara itu, Ross Gerber, salah satu pemegang saham di Twitter dan Tesla, berharap Musk mendapatkan CEO Twitter gres selama kuartal pertama 2023.
“Saya pikir itu adalah kepentingan terbaik bagi pemegang saham Tesla untuk Elon Musk kembali bekerja sarat waktu di Tesla,” kata Gerber.
Sebelumnya, akun Twitter sejumlah jurnalis Amerika Serikat (AS) yang kerap meliput industri teknologi diblokir tanpa menerima penjelasan.
Mereka yang jadi korban di antaranya yaitu Donie O’Sullivan dari CNN, Ryan Mac dari The New York Times, dan Drew Harwell dari The Washington Post, serta beberapa jurnalis teknologi lainnya.
Sejumlah jurnalis itu punya kesamaan sebab sering mengkritik Musk, baik soal keputusan manajemen maupun kebijakan usai Musk akuisisi Twitter pada Oktober.