DETAIL.ID, Jambi – Masyarakat Desa Muaro Jambi yang berada di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) MuarO Jambi kini harus terbiasa dengan aktivitas proyek penataan lingkungan bernilai ratusan milliar rupiah yang tengah beroperasi.
Masalahnya proyek gede penataan lingkungan sebesar Rp 122.808.000.000 pada zona inti KCBN Muaro Jambi tersebut disinyalir mengabaikan hal mendasar yakni sosialisasi terhadap masyarakat sekitar.
Salah satu tokoh masyatakat Desa Muarojambi yang enggan namanya disebutkan mengaku bahwa sedari awal proyek penataan lingkungan candi tersebut berjalan yakni sekira bulan Mei 2024, tak pernah pihak pelaksana kegiatan melakukan sosialisasi secara resmi terhadap tokoh-tokoh dan aparatur desa.
“Enggak ada, enggak ada. Yang ada itu mereka pernah menyampaikan soal lalu lalang kendaraan yang ngangkut material. Kalau sosialisasi resmi itu setahu saya engak ada,” ujar sumber, tokoh masyarakat setempat, belum lama ini.
Parahnya lagi tak cuma pelaksana proyek yang tidak ada melakukan sosialisasi. Namun Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V selaku pemilik proyek atau kegiatan juga disinyalir mengabaikan unsur terpenting tersebut.
Berdasarkan pantauan tim awak media di kawasan candi yang sedang digarap oleh kontraktor PT Brantas Abipraya (Persero) tersebut, terdapat beberapa hal menohok. Salah satunya akses jalan sekitar candi yang dulunya itu jalan cor beton, kini dibongkar oleh pihak pelaksana kegiatan.
Akses jalan di sekitar areal candi tersebut diganti dengan menggunakan turfave berisi kerikil, hal ini pun bikin masyarakat sekitar tidak bisa lagi melintasi jalan dengan membawa kendaraan dengan bobot berat.
Hal ini pun menuai keluhan, sebab akses jalan di sejumlah titik areal sekitar candi tersebut sedari dulunya juga dipergunakan masyarakat sekitar sebagai akses menuju kebun atau sawah. Sekaligus akses untuk mengangkut hasil panen masyarakat.
“Ini kan bingung kita jadinya. Jalan-jalan ini dulunya hibah dari warga kami, dicorlah dulu dengan dana Pokir dari anggota dewan yang dari sini. Ini sekarang udah diganti turpave enggak bisa lagi kita ngangkut hasil panen. Mereka bongkar-bongkar jalan kita mau ke kebun. Tapi enggak ada jalan alternatif yang dikasih sama kita. Kan bingung,” ujarnya.
Sementara itu diperoleh juga informasi bahwa terdapat beberapa bidang lahan yang dibebaskan di areal sekitar candi tersebut guna pembangunan akses jalan turpave yang mengelilingi areal, namun pelaksana dan pemilik paket proyek seolah tak peduli dengan akses jalan bagi masyarakat.
Sebab tak ada jalan alternatif yang tersedia setelah mereka mengobrak-abrik jalan umum yang sebelumnya. Tanpa adanya sosialisasi, hingga kini perwakilan masyarakat sekitar pun mengaku tidak mengetahui sama sekali apa saja item-item pengerjaan dari proyek bernilai ratusan milliar yang kini sedang berlangsung di kampung halamannya itu.
Sementara itu Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon disinggung soal masalah ini pasca lawatannya ke KCBN Muaro Jambi, Selasa 19 November 2024, malah merespons dengan sebaliknya.
Dia menilai bahwa seharusnya masalah sosialisasi dengan warga sekitar seharusnya sudah dilakukan baik oleh pelaksana kegiatan maupun pihak Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) V Jambi.
“Mungkin ini nanti juga kita sampaikan. Sosialisasinya harusnya sudah berlangsung lama. Karena prosesnya ini juga sudah cukup lama,” kata Fadli Zon.
Fadli Zon juga mengaku jika dibandingkan dengan kondisi 7 tahun sebelumnya ia mengunjungi KCBN, dengan pasca dimulainya kini proyek penataan kawasan senilai ratusan miliar rupiah tersebut, terdapat banyak hal yang sudah berubah.
“Kalau saya lihat dari lapangan tadi, saya 7 tahun lalu ke sini, sekarang katanya justru sudah ada pelibatan terhadap masyarakat. Bahkan mereka diajarkan untuk melakukan apa namanya capacity building, dengan membuat kuliner dan lain-lain,” katanya.
Keluh kesah sejumlah masyarakat di Desa Muarojmbi soal aktivitas proyek penataan kawasan di daerahnya yang diduga minim sosialisasi serta keterbukaan dan terkesan menutup sejumlah akses jalan masyarakat pun belum menemui titik terang.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post