Banyak negara khususnya negara secara umum dikuasai Muslim mirip Arab Saudi, Turki, Yordania, Afghanistan, Pakistan, Uni Emirat Arab, Kuwait, sampai Indonesia mengutuk keras agresi pembakaran Al Alquran itu.
Duta besar Swedia di beberapa negara itu bahkan diprotes oleh tuan rumah akibat agresi Paludan yang seakan dibiarkan pemerintah negara Eropa itu. Tak hanya dunia Islam, sejumlah negara Barat mirip Amerika Serikat dan Jerman juga melayangkan kecaman serupa terhadap agresi pembakaran Al Quran.
Pembakaran Al Alquran oleh Paludan ini bahkan menciptakan korelasi Turki dan Swedia semakin renggang dikala kedua negara tengah alot membahas rencana Stockholm bergabung dengan Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).
Lantas, kenapa Swedia tidak menghukum Paludan?
Sampai ketika ini Paludan belum buka suara lagi merespons kecaman-kecaman publik atas agresi provokatifnya itu.
Sementara itu, dikutip CNBC, otoritas Swedia mengatakan demonstrasi yang digagas Paludan itu sah-sah saja di bawah Undang-Undang Kebebasan Berpendapat Swedia.
Dalam izin demonstrasi yang Paludan dapat dari polisi memaparkan bahwa unjuk rasa itu dijalankan dengan tema penentangan kepada Islam dan upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mensugesti aturan kebebasan beropini di Swedia.
Salah satu argumentasi demo itu digelar yaitu untuk memprotes permintaan Erdogan terhadap Swedia biar merepatriasi aktivis Partai Pekerja Kurdi (PKK) Turki jikalau ingin direstui Ankara masuk NATO. Turki menganggap PKK selaku organisasi separatis dan terorisme.
Dikutip Reuters, Paludan merupakan politikus asal Denmark yang mempunyai kewarganegaraan Swedia. Ia merupakan pemimpin golongan sayap kanan Garis Keras.
Ini bukan kali pertama Paludan mengakibatkan kontroversi. Sejak terjun ke dunia politik, Paludan memang dikenal sebagai ekstremis sayap kanan garis keras yang kerap menyuarakan sentimen anti-Islam dan imigran. Selama ini, Paludan memang diketahui sebagai politikus anti-Islam dan xenofobia (anti-imigran).
Paludan mulai sering menghadiri konferensi International Free Press Society pada 2016. Ia juga beberapa kali mengikuti demonstrasi anti-Muslim yang digelar kalangan For Frihed di Denmark.
Setahun kemudian, tepatnya 2017, politikus kelahiran Denmark itu mendirikan partai Stram Kurs yang diketahui menolak kehadiran imigran dan Muslim di Denmark.
Paludan pertama kali menguras perhatian internasional pada 2019, ketika beliau memancing emosi Muslim alasannya adalah mempeRabukan Al Alquran dalam demonstrasi di Viborg, Denmark.
Media lokal Denmark, Nyheder, melaporkan bahwa sekitar 100 orang ikut serta dalam demonstrasi itu. Tiga di antaranya ditangkap karena dianggap menyebabkan keributan.
Belum berhenti, Paludan kembali berencana menggelar demonstrasi dengan prosesi pembakaran Al Alquran di Malmo, Swedia, pada Agustus 2020.
Namun, Swedia melarang Paludan masuk. Pihak berwenang mencegat Paludan di pos investigasi. Mereka menekankan Paludan tidak boleh masuk hingga dua tahun.
“Dia ialah bahaya serius,” demikian pernyataan kepolisian Swedia yang dikutip media setempat SVT Nyheter.