“Anak anjing yakni simbol utama kelembutan,” kata Xavier Veilhan dalam shownote yang diterima CNN Indonesia. “Saya ingin tampilan-performa ini menyebabkan sebuah kedekatan dan kelekatan, sesuatu yang langsung masuk ke hati”, tuturnya.
Para versi mengenakan dasi kupu-kupu dan top hats layaknya pesulap, dengan setelan-setelan sifon dengan sulaman metalik dan paillettes dalam aneka macam warna.
Sebuah coatdress tweed dan rok yang dihiasi jumbai, dikenakan dengan sepatu loafer warna hitam. Jaket dan celana pendek mini berbahan wol biru dengan aksen perunggu yang dilengkapi dengan sarung tangan putih dan sepatu bot bertali; hingga jaket dengan plastron bersulam motif corgi dan gaun tweed putih dengan garis-garis emas.
Semua teknik dan pembuatan lima atelier yang berbeda hadir dalam detail pakaiannya, termasuk rok dalam banyak sekali siluet dengan ruffle yang bertumpuk. Suasana keseluruhan terasa mirip sebuah boudoir.
Chiffon dilapisi dengan sulaman metalik, paillettes dari semua warna berlimpah mirip confetti.
Rok dari setiap siluet-mini, midi, maxi timbul dengan pembuatan yang bervariasi.
Sebagai penutup, model dengan busana pengantin – yang muncul dari dalam patung gajah – mengenakan negligée transparan bersulam motif burung layang-layang, sementara kata-kata “Don’t you want my loving?” menggema di dalam venue.
Virginie Viard yaitu direktur inovatif Chanel dikala ini, rumah mode yang diresmikan oleh Coco Chanel pada tahun 1909. Dia mengambil alih peran tersebut sepeninggal Karl Lagerfeld pada tahun 2019.
Sebelumnya, ia telah melakukan pekerjaan sama dengan Lagerfeld selaku direktur studio lebih dari 30 tahun. Di bawah kode kreatif Virginie Viard, Chanel terus memproduksi koleksi yang sejalan dengan estetika khas label ini, sekaligus menggabungkan inspirasi dan komponen baru.
Meskipun skala konsistensi arsitektur Karl dan kemampuan membuat contoh yang sungguh detail susah untuk ditandingi, kreasi Virginie Viard dengan koleksi yang toned-down dan feminin diterima dengan baik oleh pecinta couture.
(chs)