Sekelompok peneliti AS meninjau 200 observasi yang diterbitkan di peer-reviewed jurnal Nature Review Microbiology pada 13 Januari. Dari sini mereka menyaksikan tidak ada observasi yang cukup untuk mengetahui atau mengobati keadaan long Covid dengan benar.
Peneliti memperkirakan 10 persen dari 651 juta kasus Covid-19 yang terdokumentasi di seluruh dunia mengalami long Covid.
Mengutip sebuah observasi yang sudah lewat peer-reviewed, mereka memperoleh 10-30 persen kasus Covid-19 yang tidak dirawat di rumah sakit akan berkembang menjadi long Covid. Persentase pun berkembangmenjadi 50-70 persen untuk kasus rawat inap.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan long COid sebagai kelanjutan atau pertumbuhan gejala yang timbul tiga bulan sehabis nanah SARS-CoV-2.
Umumnya tanda-tanda long Covid berupa kelelahan, sesak napas dan disfungsi kognitif yang mampu kambuh.
Studi sebelumnya yang diterbitkan di Journal of American Medical Association (JAMA) meneliti data 1,2 juta pasien Covid-19 (2020-2021) dari 22 negara. Studi memperoleh sekitar 6,2 persen mengalami setidaknya satu dari tiga gejala umum Covid dan berlangsung selama tiga bulan sesudah terinfeksi.
Sekitar 43 persen pasien di unit perawatan intensif mengalami long Covid. Angka itu lebih besar dibanding mereka yang dirawat di bangsal biasa yakni ‘cuma’ 27,5 persen dan yang tidak dirawat di rumah sakit 5,7 persen.
Theo Vos, jago epidemiologi di Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington sekaligus penulis korespondensi di JAMA, menduga proporsi long Covid jauh lebih banyak karena timnya berfokus pada kalangan tanda-tanda utama.
“Kemungkinan besar sebagian besar observasi yang dikutip cuma melaporkan gejala sehabis bisul Covid, dan tidak memperhitungkan bahwa banyak dari tanda-tanda lama terkait Covid umumnya dilaporkan bahkan tanpa nanah Covid,” kata Vos seperti dilaporkan South China Morning Post.
Dia juga menambahkan waktu pemulihan long Covid berlawanan dengan analisisnya. Menurutnya, laporan tentang long Covid dengan perkiraan berlebihan tidak akan membantu.
Vos bilang hal tersebut mampu menciptakan pemangku kebijakan skeptis, padahal Covid-19 adalah kondisi serius yang mempengaruhi banyak orang.