2 Tahun Junta Militer Berkuasa, Bagaimana Kondisi Myanmar Sekarang?

Perang sipil dan krisis politik masih terus berlangsung menginjak dua tahun junta militer berkuasa di Myanmar pada Rabu , 1 Februari 2023.

Jakarta — Perang sipil dan krisis politik masih terus berlangsung menginjak dua tahun junta militer berkuasa di Myanmar pada Rabu , 1 Februari 2023.

Junta militer menggantikan kekuasaan dari pemerintahan sipil pada 1 Februari 2021 melalui perebutan kekuasaan dan menangkap puluhan pejabat termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi hingga Presiden Htin Kyaw.

Sejak itu, junta militer menahan ribuan pedemo, aktivis, hingga pejabat terkait pemerintah sipil. Ribuan orang juga dilaporkan tewas di tangan junta militer dalam demonstrasi dan bentrokan menentang kudeta.

Suara ledakan masih kerap terdengar dan pertempuran warga sipil vs pasukan junta militer juga masih tetap bergejolak.

Di pedalaman hutan, golongan pemberontak terus berjuang melawan militer. Banyak dari mereka juga akil balig cukup akal dan siswa yang gres lulus.

Hampir tiap hari militer dan kelompok pemberontak bertempur. Kelompok ini berkembang hampir di seluruh negeri dan bergabung dengan milisi etnis.

Warga sipil juga kolam saling bahu-membahu melawan junta, tergolong menyelamatkan korban yang berjatuhan saat peperangan berjalan.

Berdasarkan video operasi harian tim medis darurat, mereka tampak membawa korban memakai kapal kayu. Perawatan medis pun kadang diberikan selama perjalanan.

“Ini telah dua tahun junta militer dan militer berperang dengan rakyatnya sendiri,” kata Pelapor Khusus PBB perihal suasana hak asasi insan di Myanmar, Tom Andrews, mirip dikutip CNN, Selasa , 31 Januari 2023.

Ia kemudian berujar, “Kami sudah menyaksikan 1,1 juta warga mengungsi, lebih dari 28 ribu rumah hancur, dan ribuan orang tewas.”

Menurut laporan golongan pemantau hak asasi manusia, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, (Assistance Association for Political Prisoners/AAPP) semenjak kudeta, setidaknya 2.900 orang tewas di tangan junta dan 17.500 orang ditangkap.

Selain itu, sekitar 40 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan pada 2022. Di tengah kesulitan ini, hanya sedikit dukungan dari komunitas internasional.

Komunitas internasional mendesak supaya junta mengakhiri kekerasan dan berdialog dengan banyak sekali pihak di Myanmar. Namun, mereka abai.

Di segi lain, ekonomi Myanmar lumpuh. Mereka juga kelemahan pasokan masakan, materi bakar, dan persediaan lain.

Tak cuma itu, junta disebut tengah berjuang untuk menerima dukungan internasional agar mampu membalikkan kondisi.

Menurut laporan, junta militer mengalami kesulitan keuangan, sebagian alasannya sanksi.

“Jika konflik tetap membayangi perhatian internasional, maka kami memberikan eksekusi mati terhadap orang yang tak terhitung jumlahnya,” ucap beliau.

(isa/rds/bac)