MINGGU pagi, masuklah telepon (namun tidak diangkat). Langsung dari Al Haris – Gubernur Jambi. Pagi sekali. Masih jam 06.15.
Sabtu siang juga sudah pesankan. Masuk dari telepon “orang dekat” Al Haris. Tidak lama kemudian terdengar suara.
“Bang, minggu ke rumah,” kata Al Haris.
“Siap, Pak Gub”.
Belum cukup. Setelah ditelepon (walaupun tidak diangkat), masuk lagi telepon. Jam 08.24.
“Bang, ditunggu Pak Gub. Beliau mau ke TMP”, seru di ujung telepon. Memang ada agenda Al Haris ke TMP. Menghadiri pemakaman Asad Isma. Rektor UIN Sultan Thaha Saefudiin yang Sabtu kemarin meninggal dunia.
Sembari menunggu yang kebetulan masih banyak tamu, saya menunggu di ruangan tengah.
Tidak ada yang berubah. Saya lebih suka menyebutkan penganan.
Teringat 4 tahun yang lalu. Tiada yang berubah. Kudapan yang membuat tidak bosan sembari bertemu Al Haris.
Tradisi menikmati kudapan di pagi hari dengan kopi atau teh adalah tradisi untuk menyambut tamu yang datang. Baik di pagi hari maupun sore hari.
Tidak ketinggalan ubi rebus, kacang, bakwan menjadi pilihan panganan. Tidak lupa nasi putih, telur dadar-kadang kala ada juga telur mata sapi, cabe dan kerupuk. Para tamu ataupun kru pendukung tinggal memilih.
Mau makan nasi ataupun cukup menikmati kue-kue. Sementara berbagai cerek berisikan teh ataupun kopi. Tergantung selera.
Semuanya bercengkerama. Tidak ada sama sekali “kesan” Pilkada. Ataupun rumah yang dihuni adalah Al Haris.
Juga tidak berubah yang berada di sana. Ada Tim pendukung, ajudan, asisten ataupun kru pendukung. Benar-benar sama sekali tidak berubah. Semuanya berbaur.
Kadangkala terdengar “candaan” antara satu dengan yang lain.
Suasana kekeluargaan dan akrab terasa sekali. Semuanya adalah kekeluargaan.
Persis pasar malam. Tidak ada protokoler ataupun aturan ketat.
Semuanya lalu lalang.
Suasana di rumah dan suasana kekeluargaan sering disampaikan oleh Al Haris di berbagai tempat.
Teringat ucapan Al Haris, “Kita adalah keluarga. Bukan tim sukses”. Ya. Kekeluargaan membuat waktu-waktu begitu cepat berlalu.
Matahari pun mulai meninggi.
Tidak lama kemudian terdengar salah satu asisten Al Haris berujar “Bang, ditunggu Bapak”.
Saya pun bergegas masuk ke dalam. Sembari meninggalkan bakwan yang belum selesai dimakan.
Sembari menghabiskan kopi. Saya pun masuk.
Ah. Tidak terasa 4 tahun berlalu. Namun tidak ada yang berubah. Penganan maupun suasana kekeluargaan adalah keistimewaan di tengah panggung Pilkada. (***)
*Direktur Media Publikasi Tim Pemenangan Al Haris-Sani
Discussion about this post