Connect with us
Advertisement

NASIONAL

12 Istilah Gaul yang Berbau-bau Seksual, Jangan Asal ‘Oke’ Saja

DETAIL.ID

Published

on

Masih ingat kisruh FWB yang sempat ramai beberapa waktu lalu? Kini sudah semakin banyak istilah kekinian yang menjurus ke arah seksual.

Jakarta — Masih ingat kisruh FWB yang sempat ramai beberapa waktu lalu? Tak dimungkiri, kehadiran berbagai media sosial mendorong munculnya berbagai istilah yang mungkin asing di telinga orang Indonesia.

Kini sudah semakin banyak istilah kekinian yang menjurus ke arah seksual.

Teranyar, ada istilah ‘body count’ yang ramai diperbincangkan dunia maya. Selain itu ada juga istilah PMO, FWB, hingga Netflix and chill kerap berseliweran di tengah warganet.

Merangkum berbagai sumber, berikut beberapa istilah kekinian seputar seks yang patut diketahui.

1. Body count

Bahasa gaul ‘body count’ memiliki arti jumlah orang yang sudah pernah diajak berhubungan seksual. Istilah ini dipakai para pengguna TikTok untuk menanyakan berapa jumlah orang yang sudah berhubungan badan dengan pengguna lainnya.

Beberapa konten yang menggunakan istilah tersebut mengundang banyak respons negatif sebab telah menginvasi ranah pribadi seseorang, apalagi yang tidak dikenal sama sekali.

2. PMO

PMO merupakan singkatan dari bahasa Inggrisporn, masturbate, dan orgasm. Istilah ini dikenal sebagai siklus antara pornografi, masturbasi, dan orgasme yang dilakukan seseorang.

Kegiatan ini disinyalir dapat ‘memakan korban’ secara moral dan psikologi karena menyebabkan kecanduan. Sehingga, istilah PMO merujuk pada aktivitas seksual untuk kesenangan pribadi.

3. Netflix and chill

Istilah ini merupakan bahasa gaul sebagai eufemisme ajakan untuk aktivitas seksual, baik sebagai bagian dari hubungan romantis atau seks kasual (bebas). Istilah ‘Netflix and chill’ kerap menjadi meme di dunia maya karena sering digunakan kalangan remaja.

Istilah ‘Netflix and chill’ biasanya ditangkap sebagai kode untuk dua orang yang akan pergi ke rumah dan bercinta atau melakukan tindakan seksual lainnya.

4. FWB

FWB merupakan singkatan dari bahasa Inggris friends with benefits. Hal ini merujuk pada hubungan pertemanan yang melibatkan aktivitas seksual. ‘Benefits’ di sini mengarah pada kepuasan seksual yang didapatkan satu sama lain.

5. VCS

VCS adalah akronim darivideo call sex. Istilah ini menandakan aktivitas seksual melalui medium panggilan video. VCS biasanya dilakukan oleh pasangan jarak jauh.

6. Rimming

Istilah ‘rimming’ merujuk pada salah satu kegiatan seksual yakni seks oral atau seks antara mulut dan organ sekitar kelamin yang bisa memberikan rangsangan dan kepuasan seksual.

Biasanya, ‘rimming’ merupakan aksi merangsang area anus menggunakan lidah. Aktivitas ini hanya bisa dilakukan selama melakukannya dengan aman dan bersih. Sebab jika tidak, ada berbagai risiko penyakit yang bisa terjadi.

7. SW

SW merupakan akronim dari sex worker. Secara harfiah, istilah ini berarti ‘pekerja seks’ yang menjajakan diri secara online.

Pasalnya TikTok merupakan platform strategis untuk para pekerja seks lantaran pengguna bisa melakukan video streaming. Ada pula dari mereka yang menjual video pribadi atau menjajakan jasa video call seks.

8. Vanilla sex

Istilah ini merupakan hubungan seks tanpa melibatkan properti apa pun, aktivitas yang tidak neko-neko, atau masih berada di jalur aktivitas seksual yang umum diketahui masyarakat.

9. Open BO

Istilah BO atau booking online tidak lagi digunakan sebatas untuk menggambarkan tindakan memesan atau reservasi suatu layanan atau barang. Istilah ini kini merujuk pada kegiatan menyewa atau memesan perempuan atau laki-laki untuk diajak berkencan.

Itulah sebabnya istilah open BO sering dianggap sebagai kode dalam dunia prostitusi.

10. ONS

ONS merupakan singkatan dari one night stand atau yang berarti cinta satu malam. Aktivitas ini merupakan hubungan seks yang dilakukan dengan orang yang baru dikenal, cukup sekali lalu hilang begitu saja.

11. Thanks Base

Kata thanks base ini sebenarnya dianggap sama seperti one night stand dengan orang di dunia maya. Jadi apa bedanya dengan one night stand, thanks base, dan friends with benefit?

Ketiga hubungan ini sejatinya sama-sama seperti hubungan tanpa status yang diselimuti dengan perilaku seks bebas.

“Hubungan ini sering dilihat sebagai cara praktis untuk mendapatkan hubungan seks kasual dan menarik banyak orang karena mereka bisa memperoleh pengalaman seksual tanpa komitmen,” kata can Raalte di laman Psychology Today.

12. Sleepover date

Beberapa waktu lalu muncul unggahan netizen yang menyebut sleepover date dan pasangan yang memasak untuknya. Sleepover date artinya kencan yang dilakukan sembari menginap di rumah pasangan atau kekasih.

Dalam unggahan juga disebutkan betapa gemas perempuan yang mengenakan baju laki-laki atau pasangannya.

Sontak ini unggahan ini mendapat respons beragam. Mungkin awalnya ingin memancing bahasan lucu tetapi justru pengirim unggahan ‘dirujak’ netizen. Sebagian menyebut sleepover date tak ada bedanya dengan kumpul kebo.

(del/chs)

NASIONAL

SMA De Britto Berdialog dengan Para Orang Tua Agar Tangguh dan Kolaboratif

DETAIL.ID

Published

on

Pengantar dari Romo Pitoyo selaku Rektor SMA Kolese De Britto. (ist)

DETAIL.ID, Yogyakarta – SMA Kolese De Britto Yogyakarta kembali menggelar pertemuan orang tua siswa untuk kelas X, XI, dan XII dalam tahun ajaran 2025/2026. Selama tiga hari berturut-turut, mulai 1–3 Oktober 2025 ini dibagi dalam tiga sesi. Dalam pertemuan ini, orang tua diajak masuk dalam ruang refleksi dan dialog mendalam melalui tema besar “Menjadi Orang Tua Tangguh dan Kolaboratif”.

Pertemuan orang tua siswa SMA Kolese De Britto tahun ajaran 2025/2026 diawali dengan pengantar dari Romo Agustinus Sugiyo Pitoyo, SJ, selaku Rektor SMA Kolese De Britto. Dalam pengantarnya, Romo Pitoyo menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendampingi anak-anak di masa pertumbuhan dan juga menyampaikan informasi tentang pembangunan sarana prasarana gedung baru untuk rumah studi di laboratorium alam dan juga gedung kelas saat ini.

“Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak kita, maka terkait sarana prasarana pendukung harus disediakan dengan baik, namun, rumah pertama tetaplah keluarga. Oleh karena itu, kolaborasi antara sekolah dan orang tua menjadi fondasi yang kokoh untuk membentuk pribadi yang tangguh. Tema kita hari ini, Menjadi Orang Tua Tangguh dan Kolaboratif, adalah undangan bagi kita semua untuk terus bersinergi dalam mendampingi putra-putra kita menuju kedewasaan,” kata Romo Pitoyo.

Setelah pengantar, acara dilanjutkan dengan sambutan Kepala Sekolah, Robertus Arifin Nugroho, S.Si., M.Pd. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa pertemuan orang tua bukan sekadar forum informasi, melainkan kesempatan membangun komitmen bersama.

“Pendidikan yang kami jalankan di Kolese De Britto berlandaskan spiritualitas Ignasian, yakni mendidik manusia muda menjadi pribadi yang cerdas, berhati nurani, peduli, dan berkomitmen. Namun, proses ini tidak akan optimal tanpa dukungan orang tua. Dengan kolaborasi, kita bisa menuntun para putra menjadi generasi yang berkarakter, tangguh, dan siap melayani,” ujar Arifin.

Agenda berikutnya adalah penjelasan kurikulum oleh Ibu F. Ratna Dwi Astuti, M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum. Ratna memaparkan arah pembelajaran yang menekankan pada Kurikulum Merdeka, yang memberi ruang kebebasan bertanggung jawab kepada siswa untuk mengembangkan potensi sesuai minat dan bakat.

“Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Kolese De Britto sejatinya sejalan dengan semangat pendidikan Yesuit yang memanusiakan manusia muda. Kami tidak hanya menekankan pencapaian akademik, tetapi juga keterampilan hidup, karakter, serta kemampuan reflektif. Kami ingin anak-anak mampu belajar secara kritis, kreatif, sekaligus memiliki empati dalam kehidupannya,” kata Ratna.

Selanjutnya, penjelasan kepamongan disampaikan oleh Romo Hugo Hadibowo, SJ. Ia menekankan bahwa pendidikan di De Britto tidak hanya berlangsung di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan bersama melalui pendampingan pamong.

“Kepamongan adalah wajah khas pendidikan di Kolese De Britto. Kami tidak hanya mendidik dengan kata-kata, melainkan dengan kehadiran dan pendampingan nyata dalam keseharian siswa. Anak-anak didampingi dalam proses belajar, berorganisasi, hingga hidup bersama, agar para putra tumbuh menjadi pribadi yang matang, mandiri, dan penuh tanggung jawab,” ucap Romo Hugo.

Bagi SMA De Britto pertemuan ini bukan sekadar agenda rutin tahunan untuk penyampaian informasi akademik dan kepamongan, melainkan juga ruang perjumpaan yang meneguhkan kembali peran strategis orang tua sebagai mitra sekolah dalam mendampingi para putra. Dalam pertemuan ini juga, untuk lebih memberikan bekal pendampingan dan pendampingan dalam keluarga yang berdasarkan semangat Spiritualitas Ignasian, maka menghadirkan tiga narasumber imam Serikat Yesus (SJ). Dalam acara ini membahas pendampingan anak sesuai tahap perkembangan tiap jenjang yang menjadi arah dan tujuan SMA Kolese De Britto terkait; masa adaptasi di kelas X, masa sosialisasi di kelas XI, dan masa internalisasi di kelas XII. Oleh karena itu supaya para orang tua setiap angkatan bisa memahami dan mengerti serta bisa melaksanakan akan pendampingan berjenjang ini secara utuh dan optimal.

Hari Pertama – Examen Conscientiae untuk Orang Tua Kelas X

Suasana penuh kehangatan menyelimuti Aula Kolese De Britto pada 1 Oktober 2025 saat Romo Evodius Sapto Jati Nugroho, SJ menyampaikan materi tentang Examen Conscientiae. Ia mengajak para orang tua kelas X untuk melatih diri dalam refleksi rohani sehari-hari sebagai bekal mendampingi putra-putra mereka yang tengah beradaptasi dengan dunia SMA.

IFFP Kelas X Romo Sapto. (ist)

IFFP Kelas X Romo Sapto. (ist)

“Examen adalah latihan sederhana, namun menyentuh hati. Melalui refleksi, kita diajak menyadari kehadiran Allah dalam hidup sehari-hari. Orang tua yang setia berlatih Examen akan lebih peka dalam memahami anak-anaknya,” kata Romo Sapto.

Materi ini sekaligus menegaskan kembali visi pendidikan Kolese De Britto yang menekankan pembentukan pribadi berhati nurani (conscience). Dengan hati yang jernih, orang tua diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih sehat dan mendukung pertumbuhan putra-putra mereka secara utuh.

Hari Kedua – Formasi Sosial dan Live-in bagi Orang Tua Kelas XI

Pada 2 Oktober 2025, Romo Tiro Angelo Supit-Daenuwy, SJ membawakan materi tentang Formasi Sosial dalam Pendidikan Kolese. Fokusnya adalah pentingnya pengalaman sosial, terutama melalui program Live-in Sosial yang sudah menjadi bagian integral dari tradisi pendidikan di De Britto.

“Anak-anak kita tidak hanya belajar di dalam kelas. Mereka perlu mengalami langsung kehidupan masyarakat, melihat realitas, merasakan keterbatasan, dan belajar solidaritas. Dari situ tumbuh kepedulian yang tulus dan keberanian untuk melayani,” tutur Romo Tiro.

Bagi orang tua kelas XI, materi ini menjadi pengingat bahwa pembentukan kepedulian sosial tidak bisa hanya diserahkan pada sekolah. Orang tua perlu berkolaborasi dengan mendukung, mendorong, dan memberi ruang bagi putra-putra mereka untuk berjumpa dengan realitas sosial yang sesungguhnya.

Hari Ketiga – Diskresi dan Pengambilan Keputusan bagi Orang Tua Kelas XII

Puncak pertemuan berlangsung pada 3 Oktober 2025, di mana Romo Paulus Suparno, SJ memaparkan materi tentang Diskresi (Pengambilan Keputusan). Topik ini dirasa sangat relevan bagi orang tua kelas XII yang anak-anaknya tengah berada pada fase krusial: menentukan arah masa depan, baik studi lanjut maupun pilihan panggilan hidup. Romo Paul mengaitkan diskresi dengan konsep kebebasan sejati dalam pendidikan.

Pada fase ini, para siswa tengah berada pada masa krusial untuk menentukan arah masa depan, baik studi lanjut maupun pilihan panggilan hidup. Diskresi dipahami bukan sekadar memilih secara rasional, melainkan proses reflektif yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan spiritual untuk menemukan keputusan yang matang dan bertanggung jawab.

Menurut Romo Paul, diskresi sejati selalu terkait dengan kebebasan dalam pendidikan, yaitu kebebasan yang bertanggung jawab: bebas dari tekanan, prasangka, dan ambisi semu, serta bebas untuk mengembangkan potensi dan mengikuti panggilan hidup. Orang tua didorong untuk menjadi pendamping, bukan pengendali, dengan cara mendengarkan, memberi ruang eksplorasi, memfasilitasi informasi, dan mengarahkan anak agar keputusan yang diambil selaras dengan nilai keluarga serta visi pendidikan Kolese De Britto. Melalui diskresi, anak diajak membuat pilihan yang tidak hanya praktis, tetapi juga bermakna dan memanusiakan, sehingga mampu menapaki jalan hidupnya dengan merdeka, berhati nurani, dan bertanggung jawab. (*)

Continue Reading

NASIONAL

Jelang Pertemuan Alumni Jesuit Dunia Tahun 2026, Presiden WUJA Kunjungi SMA Kolese De Britto

DETAIL.ID

Published

on

Foto bersama antara delegasi WUJA, PKAJ dan Civitas De Britto. (ist)

DETAIL.ID, Yogyakarta – SMA Kolese De Britto Yogyakarta menerima kunjungan istimewa dari Presiden World Union of Jesuit Alumni (WUJA), Mr. Francisco Guarner asal Spanyol bersama rombongan dari Perkumpulan Alumni Kolese Jesuit (PAKJ) pada Sabtu lalu, 20 September 2025.

Kunjungan ini merupakan bagian dari road show ke sekolah-sekolah Jesuit di Indonesia sebagai persiapan menuju Pertemuan Alumni Jesuit Sedunia (WUJA) yang akan diselenggarakan pada 29 Juli – 2 Agustus 2026 mendatang di Yogyakarta.

Rombongan WUJA dan PAKJ disambut secara hangat oleh civitas akademika De Britto di ruang kaca sekolah. Acara dimulai dengan sambutan pembuka serta pemaparan mengenai sejarah, visi-misi, dan perkembangan SMA Kolese De Britto yang disampaikan oleh Kepala Sekolah, Bapak Robertus Arifin Nugroho, S.Si., M.Pd., serta dikuatkan oleh Ketua Yayasan De Britto, Romo Agustinus Sugiyo Pitoyo, SJ.

Dalam penjelasannya, Kepala Sekolah memaparkan berbagai pencapaian dan inovasi sekolah, termasuk dalam bidang kurikulum berbasis Ignasian, program kepemimpinan, serta kontribusi alumni di berbagai bidang baik nasional maupun internasional.

Arifin juga mengungkapkan harapan besar agar kunjungan ini menjadi langkah awal kerja sama yang lebih erat antara De Britto dan jejaring alumni Jesuit dunia.

Nilai-nilai Ignasian

Selanjutnya Romo Pitoyo menekankan pentingnya kesinambungan nilai-nilai Ignasian dalam pendidikan modern. Ia menyoroti bagaimana De Britto membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan spiritualitas yang mendalam.

Sementara itu, dari Presiden WUJA dalam sambutannya, Mr. Francisco Guarner menyampaikan rasa kagum dan apresiasinya terhadap semangat, integritas, dan karakter khas yang dibentuk oleh pendidikan Jesuit di De Britto. Francisco menegaskan pentingnya membangun jejaring global antar alumni Jesuit untuk memperkuat solidaritas, kerja sama lintas budaya, serta kontribusi nyata dalam menghadapi isu-isu global seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan pendidikan yang inklusif.

“Saya melihat semangat Ignasian yang kuat di De Britto. Pendidikan di sini bukan hanya tentang kecerdasan intelektual, tapi juga pembentukan karakter dan kepedulian terhadap sesama sebagai fondasi penting dalam membangun dunia yang lebih adil dan manusiawi,” ujar Francisco.

Acara dilanjutkan dengan ramah tamah yang dipenuhi suasana keakraban dan kekeluargaan. Dalam kesempatan tersebut, para tamu dihibur dengan penampilan seni dari siswa De Britto yang mencerminkan semangat kebudayaan dan kreativitas anak bangsa.

Penampilan Orkestra JB membuka acara dengan suguhan musik klasik dan kontemporer yang memukau. Disusul dengan penampilan tari tradisional “Sobrak”, yang menceritakan perjalanan transformatif seorang anak menuju fase remaja, sebuah simbolisasi yang selaras dengan proses pendidikan dan pembentukan jati diri di De Britto.

Penampilan Tari Sobrak dari Albert, salah satu siswa SMA Kolese De Britto. (ist)

Penampilan Tari Sobrak dari Albert, salah satu siswa SMA Kolese De Britto. (ist)

Tari Sobrak bukan hanya pertunjukan estetis, tetapi juga sarat makna: perubahan, pencarian identitas, dan kesiapan untuk menghadapi dunia dengan nilai-nilai yang kokoh.

Memperkuat Jejaring Internasional Alumni Jesuit

Kunjungan ini menjadi momen penting bagi SMA Kolese De Britto untuk memperkuat jejaring internasional dengan komunitas alumni Jesuit dari berbagai belahan dunia. Diharapkan, pertemuan akbar WUJA 2026 di Yogyakarta mendatang bukan hanya menjadi ajang reuni alumni, tetapi juga menjadi platform kolaboratif global dalam semangat pelayanan, kepemimpinan, dan solidaritas sosial.

“Kami berharap kunjungan ini menjadi awal dari relasi yang lebih luas dan mendalam dengan komunitas Jesuit global. Dengan jejaring yang kuat, alumni-alumni Jesuit di seluruh dunia dapat bersama-sama menjawab panggilan zaman,” tutur Arifin menutup acara.

Tentang WUJA

World Union of Jesuit Alumni (WUJA) adalah organisasi internasional yang menghimpun para alumni dari sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan Jesuit di seluruh dunia. WUJA bertujuan membangun solidaritas global antar alumni dalam semangat Ignasian untuk menciptakan perubahan sosial yang positif dan berkelanjutan. (*)

Continue Reading

NASIONAL

Orang Tua dan Wali Siswa De Britto Dikenalkan Spiritualitas Santo Ignatius Secara Mendalam

DETAIL.ID

Published

on

Romo Agustinus Sugiyo Pitoyo, SJ selaku Rektor SMA Kolese De Britto memberikan pengantar pertemuan IFFP. (ist)

DETAIL.ID, Yogyakarta – SMA Kolese De Britto kembali menegaskan komitmennya dalam membangun sinergi antara pendidikan dan keluarga melalui kegiatan Ignatian Formation for Parents (IFFP) yang digelar pada Sabtu, 13 September 2025. Formasi ini dikhususkan bagi para orang tua dan wali siswa kelas X, mengangkat tema “Mengenal Secara Mendalam Spiritualitas Santo Ignatius”.

“Mengenal spiritualitas Ignatian adalah langkah awal yang penting bagi orang tua untuk memahami arah dan jiwa pendidikan di Kolese De Britto. Dengan memahami nilai-nilai dasar Ignatian, seperti refleksi, kepedulian, dan pelayanan, orang tua dapat berjalan seiring dengan sekolah dalam mendampingi putra-putra tumbuh menjadi pribadi yang utuh, berkarakter, dan peduli pada sesama”, demikian penjelasan dari Rektor SMA Kolese De Britto, Romo Agustinus Sugiyo Pitoyo, SJ Rektor SMA Kolese De Britto dalam memberikan pengantar pertemuan tersebut.

Berikutnya Kepala Sekolah Robertus Arifin Nugroho, S.Si., M.Pd menyampaikan, “dalam semangat spiritualitas Ignatian, pendampingan pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Sinergi antara sekolah dan orang tua sangat penting, terutama di awal perjalanan putra-putra kita di kelas X. Bersama, kita membentuk pribadi yang reflektif, peduli, dan siap melayani, karena pendidikan di De Britto adalah proses menemani tumbuh, bukan sekadar mengajar.”

Acara IFFP ini, dipandu oleh Romo Mutiara Andalas, SJ, SS, STD, seorang formator dan teolog Jesuit yang dikenal luas dalam bidang spiritualitas Ignatian. Acara ini berlangsung dalam suasana hangat, reflektif, dan penuh kedalaman. Para peserta diajak untuk menyelami semangat hidup Santo Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus, yang menjadi fondasi utama pendidikan di Kolese De Britto.

Romo Mutiara Andalas, SJ sebagai narasumber memberi penjelasan mengenai Santo Ignatius Loyola. (ist)

Romo Mutiara Andalas, SJ sebagai narasumber memberi penjelasan mengenai Santo Ignatius Loyola. (ist)

Dalam acara ini dua aspek dasar dan penting yang dikupas dan dipaparkan adalah mengenai, berikut ini:

1. Orang Tua sebagai Pendamping Sejati

Dalam pemaparannya, Romo Andalas menekankan bahwa spiritualitas Ignatian bukan hanya relevan bagi para siswa, tetapi juga memiliki makna besar bagi para orang tua. Ia mengajak para peserta untuk melihat anak bukan sebagai “proyek” yang harus sempurna, melainkan sebagai pribadi yang dikasihi secara utuh oleh Allah. Beberapa pokok refleksi yang disampaikan dalam sesi formasi antara lain:

  • a. Melihat anak sebagai anugerah, bukan sebagai objek ekspektasi.
  • b. Menghadirkan cura personalis, yaitu pendampingan yang penuh perhatian, kasih, dan empati.
  • c. Menghidupi semangat Magis, selalu berusaha menjadi lebih baik dalam kasih dan pelayanan.
  • d. Melatih discernment, kemampuan untuk membedakan dan memilih yang benar dalam kehidupan sehari-hari.
  • e. Menjadikan rumah sebagai ruang formasi iman dan karakter, tempat bertumbuhnya pribadi-pribadi yang tangguh dan peduli.

“Formasi Ignatian bukan hanya untuk anak, tetapi untuk seluruh keluarga. Dari rumah yang penuh kasih dan kesadaran, lahir manusia-manusia yang utuh dan bermakna,” ujar Romo Andalas dalam salah satu bagian refleksinya.

2. Kolaborasi Sekolah dan Keluarga

Kegiatan IFFP ini menjadi momentum penting yang menunjukkan bahwa pendidikan karakter dan spiritualitas di Kolese De Britto tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga merupakan proyek bersama dengan keluarga. Sinergi ini mencerminkan semangat menjadi teman seperjalanan dalam mendampingi para remaja menuju kedewasaan yang utuh; intelektual, emosional, dan spiritual.

Sekolah menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh orang tua dan wali siswa kelas X atas partisipasi aktif dan keterbukaannya dalam mengikuti proses formasi ini.

Pada sesi penutup Romo Aluisius Dian Permana, SJ selaku Kepala Campus Ministry memberikan peneguhan “Melalui IFFP, orang tua diajak masuk lebih dalam ke dalam spiritualitas Ignatian agar dapat mendampingi putranya bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga sebagai sahabat dalam pertumbuhan iman dan karakter. Ini adalah ruang bersama untuk bertumbuh, mendengarkan, dan membentuk keluarga yang penuh refleksi, kasih, dan harapan.”

Melalui kegiatan IFFP ini, Kolese De Britto terus membuktikan bahwa pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang menyentuh hati, membangun relasi, dan menghidupkan semangat pelayanan, tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di ruang keluarga. (*)

Continue Reading
Advertisement Advertisement
Advertisement ads

Dilarang menyalin atau mengambil artikel dan property pada situs