DAERAH
Pengukuhan Pokdarwis Dalam Hutan TNBD Sarolangun

DETAIL.ID, Sarolangun – Dinas pariwisata, pemuda dan olahraga (Disparpora) Kabupaten Sarolangun, Jambi, secara resmi mengukuhkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Air Terjun Telentam Desa Lubuk Jering, Kecamatan Air Hitam daerah itu, Sabtu 14 November 2020.
Pengukuhan Pokdarwis ini langsung dilaksanakan di lokasi objek wisata tersebut. Yang berada dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) dengan hamparan suasana hutan alam yang disuguhkan langsung oleh penampakan air terjun tiga tingkat yang dinamakan oleh masyarakat setempat Talun Telentam.
Kepala Disparpora Sarolangun, Muhammad Idrus mengatakan kegiatan merupakan bagian dari jelajah alam dari pihaknya yang memang bertujuan untuk mengunjungi berbagai potensi objek wisata yang ada di daerah itu.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]
“Dan Pokdarwis Lubuk Jering ini merupakan satu-satunya yang langsung saya kukuhkan. Serta Pokdakwis yang ke sepuluh yang sudah di SK kan oleh Kepala Desa masing-masing, yang selanjutnya akan kami SK-kan dengan SK kepala dinas,” katanya kepada Detail.
Ia menyebut, kedepan dengan terbentuknya Pokdarwis ini, destinasi wisata yang ada di Lubuk Jering ini bisa berkembang dengan baik. Baik, dari segi destinasinya maupun dari segi objek wisata dalam pengembangan sumber daya manusianya (SDM), terutama dalam menuju untuk perbaikan ekonomi masyarakat.
“Karena kita menciptakan destinasi wisata ini dalam rangka untuk menggiatkan ekonomi masyarakat, artinya kedepan ada multiplayer efek yang muncul di desa ini yang nantinya masyarakat bisa memanfaatkan hasil ekonomi sehingga mendatangkan uang,” kata Muhammad Idrus.
Ia menjelaskan, artinya soal objek wisata masyarakat jangan hanya berpikir soal kunjungan, tapi juga harus pandai menangkap peluang perbaikan ekonomi didalamnya.
Makanya kata Idrus, kedepan pihaknya yang merupakan leading sektor di bidang ini, sebagai jembatan untuk ke Pemerintah daerah maupun Pemerintah pusat akan terus berupata untuk memajukan berbagai objek wisata yang ada, sehingga bisa memberi efek ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
“Cuma, kita berharap kepada kepala desa (Kades) yang memang Pemerintah pusat telah mengucurkan Dana Desa (DD). Walaupun tahun 2020 ini terkena pandemi covid-19 sehingga tidak maksimal menggunakan anggaran desa untuk pembangunan, semoga kedepan lebih perhatian setidaknya untuk fasilitas dasar,” kata Muhammad Idrus.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]
Kepala Desa Lubuk Jering, Suseno, mengatakan bahwa pihaknya dari pemerintah desa akan memastikan untuk terus mendukung program wisata di desanya, yang digerakkan olek Pokdarwis ini kedepan.
“Karena kita ketahui, Pokdarwis ini terbentuk berawal dari semangat bersama ingin mengembangkan objek wisata kita. Dan kita akan terus motivasi para pengurus Pokdarwis ini,” kata Suseno.
Suseno menyebut, selain air terjun telentam ini. Potensi Objek wisata lain di desanya ada juga namanya Batu Besumpah.
“Semoga kedepan setelah Pandemi ini ada anggaran dari Disparpora untuk mendukung kita dalam pengelolaannya,” ujarnya.
Air terjun telentam dan Batu Besumpah ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Yang mana pada saat pengukuhan Pokdarwis ini juga dihadiri oleh kepala resort Air Hitam, Wawan Hermawan.
Ia mengatakan bahwa Pokdarwis Lubuk Jering ini juga merupakan kelompok binaan pihaknya, yang mana pada tahun 2020 ini pihaknya sudah melakukan pemberdayaan dan pembinaan serta bantuan.
“Dan bantuan berupa uang yang sudah kita berikan sudah direalisasikan dalam bentuk fasilitas yang ada saat ini, seperti spot-spot tempat foto selfi ini. Yaitu wahana air dan juga rumah pohon, serta tenda-tenda untuk camping,” katanya.
Wawan menyebut, mudah-mudahan kedepan ini menjadi awal bagi pihaknya, sehingga Talun (Air Terjun) Telentam dan Batu Besumpah ini menjadi destinasi baru bagi Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD).
“Dan tentunya dapat menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat Desa Lubuk Jering kedepannya, yang pasti kami dari pihak TNBD sangat mendukung sekali hal ini,” kata Wawan.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga ” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” number_post=”7″ post_offset=”1″]
Untuk itu kata Wawan, pihaknya juga akan membangun fasilitas umum lainnya seperti, mushola, wc, kemudian pos jaga, gapura dan lain sebagainya. Mudah-mudahan tahun depan bisa terealisasi.
“Mari sama-sama kita jaga alam, karena alam akan memberikan fitback. Pasti ia akan menyuguhkan kebaikan juga jika kita juga menjaganya dengan baik, begitu pula sebaliknya,” katanya.
Reporter: Warsun Arbain
NIAGA
DBH Sawit Bagi Provinsi Jambi Alami Tren Penurunan Sejak 2023

DETAIL.ID, Jambi – Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat bagi Provinsi Jambi tercatat mengalami tren penurunan sejak 2023 lalu.
Berdasarkan penjelasan Kadis Perkebunan Provinsi Jambi, Hendrizal, alokasi DBH Sawit untuk Provinsi Jambi senilai Rp 23 M untuk tahun 2025. Lebih kecil dari tahun sebelumnya yakni Rp 33 M. Padahal awalnya di 2023 alokasi dana mencapai Rp 38 M.
Menurut Hendrizal, pasca ditransfer ke kas daerah atau BPKPD duit DBH tersebut bakal diperuntukkan bagi pendataan, rencana aksi daerah tentang kelapa sawit berkelanjutan, hingga jaminan sosial bagi buruh tani sawit.
“Sejauh ini porsinya sesuai PMK 91, porsi maksimal 20% di bidang perkebunan. 80% untuk infrastruktur,” ujar Hendrizal, Selasa, 24 Juni 2025.
Dia pun menyoal porsi dana yang bersumber dari Pungutan Ekspor CPO yang ditetapkan oleh pusat tersebut. Sebab menurutnya jika peruntukan dana lebih difokuskan spesifik pada infratruktur semacam jalan usaha tani, tentu bakal lebih menopang produktivitas hasil perkebunan rakyat.
Sementara itu terkait program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), dimana insentif dana peremajaan sawit kini menjadi Rp 60 per hektar sejak September 2024 lalu. Kadis Perkebunan Provinsi Jambi tersebut menilai belum berdampak signifikan terhadap animo petani untuk ikut PSR.
“Kondisi di daerah beda-beda ya. Untuk petani yang lahannya cuman sedikit, misal cuman 2 ha dia ga akan mau. Karna ketika ditebang mau makan apa sampai 5 tahun. Beda dengan yang punya lahan luas,” katanya.
Adapun untuk tahun 2025, Disbun Provinsi Jambi menargetkan PSR seluas 14.100 hektar. Sebelumnya di tahun 2023 lalu, dari 10 ribu ha target PSR, terealisasi seluas 7800 ha atau sekitar 70% dari target.
“2025 target 14.100. Mestinya tercapai inikan masih proses. Yang lama itu tadi penyiapan status tanah. Itukan minimal 50 ha, anggota kelompok minimal 20. Kita optimislah, kalaupun tidak 100%, 70% mungkin terkejar,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
DAERAH
Pameran Seni Rupa Dulu, Kini dan Nanti, Seniman Tetap Berangkat dengan Biaya Sendiri

DETAIL.ID, Merangin – Pameran seni rupa satu kegiatan yang sangat dinanti para seniman. Khususnya para perupa di Merangin yang dikenal memiliki kekhasan sendiri dalam berkarya. Meskipun lolos kurasi dari ratusan peserta pameran yang diikuti oleh perupa se- Jambi namun lagi-lagi nasib para seniman Merangin dari dulu, kini dan nanti masih tetap berbiaya sendiri.
Dengan keterbatasan biaya yang dimiliki para perupa Merangin harus berjibaku menyisihkan biaya sendiri untuk berangkat mengikuti pameran Temu Karya Perupa se-Provinsi Jambi di Taman Budaya Jambi, yang digelar pada 23-29 Juni mendatang.
Lagi-lagi para perupa Merangin bisa meloloskan 16 lukisan dari ratusan peserta yang mengikuti seleksi.
“Ada sekitar 120 orang perupa se-Provinsi Jambi, yang ikut seleksi.Alhamdulillah Merangin ada 16 karya yang lolos kurasi dan bisa ikut pameran di Taman Budaya Jambi. Ini wujud kecintaan kita terhadap Kabupaten Merangin agar bisa sejajar dengan kabupaten lainya di Jambi,” kata Bayu Kumara, salah satu perupa Merangin pada Selasa, 24 Juni 2025.
Meskipun penuh dengan keterbatasan, semangat perupa Merangin tetap menyala hngga akhir kegiatan mendatang.
“Untuk konsumsi sehari-hari kami iuran, biar makan satu makan semua, pokoknya tetap semangat untuk menunjukkan perupa masih ada di Merangin ini,” ujarnya.
Sementara itu Asro Almurthawy, Ketua Dewan Kesenian Merangin mengaku prihatin atas tidak adanya perhatian dari dinas terkait terhadap para seniman Merangin khususnya perupa Merangin yang ikut pameran di ajang tahunan.
“Prihatin sekali. Dari dulu, kini dan nanti seniman di Merangin masih terpinggirkan. Kapan pemerintah akan peduli dengan mereka. Harusnya kalaupun tidak dibantu biaya, fasilitasi mereka untuk mengirim karya saja sudah luar biasa,” kata Asro Almurthawy, seniman yang karya tulisnya diakui di Asean ini.
Asro mendorong agar pemerintah daerah bisa menyediakan ruang berekspresi bagi para seniman Merangin, Jika perlu buat ajang pameran di Merangin agar Kabupaten Merangin makin diakui dunia luar.
“Mari sama-sama bersinergi membangun kesenian di Merangin, berikan ruang kepada mereka untuk mengekspresikan kegelisahan mereka lewat karyanya, Jika perlu buat pameran di Merangin, dan saya sangat yakin Bapak Bupati Merangin bisa mewujudkan mimpi-mimpi seniman Merangin,” ucapnya.
Sementara itu dari 15 perupa yang ikut pameran seni rupa di Taman Budaya Jambi adalah Yatno, Bayu Kumara, Alhendrady, Heri Garsi, Tallen Alfaru, Akio Naufalino Nugroho, Defifa Echa Shalwa, Algafabi Danu Hermansyah, Jauza,Sofia, Imam Rasid Daulay, Agi, Meinanda Salsabila Kusuma, Gia, dan Respati Rahmad Prabowo.
Reporter: Daryanto
TEMUAN
Tak Cuma Nunggak ke Pemkot Sungaipenuh, Yayasan Pendidikan Tinggi Sakti Alam Juga Nunggak Gaji Dosen dan Pegawai

DETAIL.ID, Jambi – Sudah 4 tahun, dua perguruan tinggi di Kota Sungai Penuh yakni Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi STIA) Nusantara Sakti dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sakti Alam Kerinci yang terletak di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Kota Sungaipenuh menunggak sewa.
Tunggakan oleh kedua kampus yang dikelola Yayasan Pendidikan Tinggi Sakti Alam (YPTSA) pada Pemkot Sungaipenuh itu terkonfirmasi oleh Kabid Aset Pemkot Sungaipenuh, Agusrianto. Menurut pengakuan Agus pihaknya sudah berkali-kali menagih sewa tanah terhadap yayasan dari 2022 lalu, namun hingga kini 2025, sewa tak kunjung dibayarkan.
“Ya betul-betul. Kita kan setiap tahun itu ada istilahnya surat tagihan. Nah itu kita tagih terus tiap tahun,” ujar Agus pada Jumat, 20 Juni 2025.
Pihak kampus disebut berdalih pada masalah dualisme yang terjadi sehingga iuran sewa atas tanah aset Pemkot Sungaipenuh belum bisa dibayarkan. Berdasarkan surat penagihan dari Pemkot Sungaipenuh yang diperoleh DETAIL.ID, YPTSA menunggak sewa dari 2022 hingga 2025 dengan total Rp 250.800.000, dengan nilai sewa Rp 62.700.000 per tahun.
“Itu (dualisme) informasi dari orang itu (yayasan) waktu kita tagih. Kalau kami dari Bakeuda tiap tahun ya tetap menagih,” katanya.
Kabid Aset Pemkot Sungaipenuh itu juga bilang, bahwa pihak yayasan baru-baru ini telah mengonfirmasi niatan mereka untuk membayar tunggakan sewa. Hal ini sama dengan pernyataan Bendahara YPTSA, Nila Jaswarti.
“Kata Ibu Ketua, nanti kami akan bayar,” kata Nila pada Jumat, 20 Juni 2025.
Tunggakan Gaji Dosen dan Pegawai
Namun tak cuma uang sewa yang jadi persoalan, YPTSA juga ternyata menunggak pembayaran gaji sejumlah dosen dan pegawainya pada STIA Nusa Sungaipenuh, selain itu juga menunggak uang THR dan lagi menunggak gaji ke-13, terhitung selama 2 tahun.
Atas permasalahan ini 15 orang dosen dan pekerja YPTSA diwakili kuasa hukum lantas melaporkan ke Disnakertrans Provinsi Jambi terkait perselisihan hubungan industrial.
Proses mediasi antara kedua belah pihak pun mulai bergulir sedari 12 Maret 2025 di Disnakertrans Provinsi Jambi. Namun nampaknya tidak ada titik temu antara keduanya, mediasi berujung buntu.
“Sudah beberapa kali dilakukan mediasi, karena tidak ada kesepakatan akan dilanjutkan proses dikeluarkan anjuran,” kata Kabid Hubungan Industrial Disnakertrans Provinsi Jambi, Dodi Haryanto Parmin pada Jumat, 20 Juni 2025.
Gagalnya mediasi atas perselisihan hak pada kedua belah pihak pun kini menanti anjuran Disnakertrans serta sikap YPTSA. Ketika tidak diterima, maka tinggal pengadilan yang bakal menjadi jalur terakhir.