SETELAH MELALUI proses yang panjang, akhirnya KPK menahan Gubernur Jambi, Zumi Zola Zulkifli (ZZ). Proses panjang setelah peristiwa OTT KPK pada 28 November 2017.
Bak istilah Melayu Jambi: “drama telenovela”. Mendayu-dayu. Tidak lupa dibumbui air mata, teriakan panjang. Proses yang sempat memantik polemik, ketika ZZ sempat membuka acara Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi di Provinsi Jambi.
Acara yang membuat ZZ bersanding duduk dengan KPK di muka forum. Sampai-sampai menjadi tajuk redaksi media nasional dan “berbalas pantun” antara Adnan Topan Husodo (ICW) dan Febri Diansyah (juru bicara KPK). Kedua orang yang pernah satu barisan di ICW. Dan Jambi menjadi tema membuat nama Jambi kemudian menjadi tercoreng.
Peristiwa OTT KPK di Jambi belum menjawab “peran” dari ZZ.
Terlepas sudah diputuskannya para terdakwa dalam peristiwa OTT KPK, misteri “peran” dari ZZ menarik untuk diikuti. Apakah “perintah” berasal darinya atau cuma “inisiatif” para bawahannya. Dan apakah “para bawahannya cukup berani untuk mempunyai inisiatif” dan mempunyai dukungan pendanaan untuk agendanya? Atau akan terungkap pada persidangan terhadap Supriyono dan ZZ?
Namun biarlah menjadi kewenangan dari penyidik untuk mengungkapnya.
Membicarakan ZZ tidak dapat dilepaskan dari “kepiawaian” ZZ sebagai politisi. Dengan berbekal Ketua BM Provinsi Jambi, Ketua PAN Jambi dan Bupati Tanjung Jabung Timur, ZZ bersama dengan Fachori Umar berhasil mengalahkan “gubernur incumbent’. Meraih 968.497 suara (60,25 %) dan mengalahkan (HBA-Edi) memperoleh 639.075 suara (39,75 %). Prestasi mengalahkan “incumbent” adalah prestasi yang tidak bisa diremehkan.
Prestasi ini kemudian dilanjutkan di Pilkada Muaro Jambi. Dikepung oleh partai-partai besar, ZZ hanya menggandeng PKB. Dan hampir menang telak meraih 76.825 suara (40,1 %).
Kepiawaian ZZ kemudian hendak diuji ketika di Pilkada Kota Jambi hanya PAN dengan PDIP mengusung calon untuk menghadapi incumbent. Dan “kepiawaian” ZZ tidak bisa diremehkan.
Kemampuan bertarung di Pilkada Jambi dan Pilkada Muaro Jambi membuat kepopuleran ZZ semakin melambung.
Sebagai artis yang terkenal, mengisi berbagai acara-acara di televisi nasional, pesona ZZ mampu menghipnotis berbagai lapisan masyarakat.
Entah di dalam berbagai kesempatan, acara “selfie” tidak dapat dilepaskan dari senyuman.
Dengan pesona dari ZZ membuat politik di Jambi tidak dapat dilepaskan dari sosok ZZ. Ia kemudian mampu mempengaruhi dinamika politik lokal di Jambi. Melanjutkan tradisi berpolitik dari sang Bapak: Zulkifli Nurdin. Gubernur Jambi sebelumnya.
Setiap langkah, ucapan, momen menjadi inspirasi dari berbagai kalangan muda. Jambi kemudian menempatkan ZZ sebagai tokoh politik yang mumpuni. Menggunakan politik menjadi lebih dinamis, gaul dan lebih trendi.
Promosi “Lacak” kemudian disambut dan menjadi wacana yang terus melebar. Berbagai tempat kemudian menjual Lacak. Lacak kemudian menjadi trade mark yang bangga digunakan para lelaki Jambi. Entah forum-forum resmi ataupun suasana akrab, Lacak kemudian “booming” dan menjadi mode khas Lelaki Melayu Jambi.
Bahkan surat edaran yang kemudian mengharuskan penggunaan Lacak di forum-forum daerah maupun digunakan pada hari kerja.
Booming Lacak kemudian memantik dukungan nasional dan menoleh ke Jambi. Suasana khas anak muda mampu kemudian membuat Jambi menjadi pembicaraan nasional.
Pesona ZZ sebagai tokoh muda diharapkan dapat membawa pembaruan. Membawa suara anti korupsi. Suara yang membawa harapan generasi muda terjun ke dunia politik.
Tidak salah kemudian ZZ sering juga disebut sebagai Hero. Pahlawan yang mampu menumbangkan prediksi lawan.
Namun pesona ZZ tidak digunakan untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan. Kedatangan KPK tidak digunakan secara maksimal membenahi tata kelola pemerintahan. Transparansi dan akuntabilitas sebagai persyaratan Indonesia tidak menjadi rekaman untuk membenahi.
Kedatangan KPK diharapkan agar membuat Jambi segera berbenah. Jambi dapat mengikuti jejak dari berbagai daerah yang menerapkan transparansi yang ketat. Berkali-kali KPK sudah mengingatkannya.
Namun. Belum kering tinta tanda tangan deklarasi anti suap, hanya berbilang hari. OTT KPK membuyarkan harapan. OTT membuka kotak Pandora. OTT KPK membuyarkan harapan sang Hero. OTT KPK membuat mata terbelalak. Ada apa misteri di balik semua peristiwa ini.
Penggeledahan ruang kerja, rumah dinas, vila di Muara Sabak membuat Jambi kemudian terpukul. Bak drama telenovela “penggeledahan” dipertontonkan. Mata penduduk Jambi kemudian terbelalak.
Penemuan uang tunai di vila Muara Sabak membuat berbagai misteri kembali mengemuka. Apakah berkaitan dengan OTT KPK, tuduhan menerima gratifikasi, ataupun cuma “urusan keluarga” yang kebetulan “ngendon” di rumah vila atau persoalan lain? Misteri yang cepat diungkap agar misteri, spekulasi, intrik, klarifikasi dan entah apa lagi namanya dapat dijawab secara hukum.
Lalu dari mana sumber untuk mengumpulkan uang sebanyak itu di vila Muara Sabak. Dan berapa lama waktu dibutuhkan untuk mengumpulkannya? Apakah klarifikasi yang menyebutkan bukan hasil korupsi mudah diterima oleh publik?
Misteri ini akan dilihat di dalam persidangan selanjutnya terhadap ZZ. Sekali lagi biarlah KPK mengusut tuntas.
Peristiwa OTT KPK kemudian berbalik arah. Semula ZZ dianggap sebagai Hero. Namun jatuh hingga ke titik nadir. Sehingga tidak salah kemudian peristiwa OTT KPK lantas mengandaskannya serta mengubahnya secara drastis menjadi Hero to Zero.
*)Advokat, tinggal di Jambi