TANGGAL 10 November menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Banyak pahlawan yang gugur dalam menjalankan misi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, maka ditetapkan tanggal 10 November Hari Pahlawan untuk mengenang dan menghargai jasa mereka.
Memperingati Hari Pahlawan, tak lengkap bila tak membahas peran perempuan yang berjasa bagi kemerdekaan dan pembangunan di Indonesia. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran tokoh-tokoh perempuan Indonesia yang turut menyumbangkan ide, gagasan, bahkan nyawa mereka untuk kemerdekaan, emansipasi wanita, dan pembangunan bangsa. Maka nyatalah peran perempuan amat besar bagi negara Indonesia.
Siapa yang tak mengenal Soekarno-Hatta sebagai founding fathers atau ‘Bapak Bangsa’? Semua masyarakat Indonesia pasti mengenal tokoh tersebut, karena banyak di buku sejarah dan bahkan selalu dikumandangkan setiap tahun dalam peringatan kemerdekaan Indonesia.
Lantas, siapakah yang bisa kita sebut sebagai ‘Ibu Bangsa’? Kenapa tidak banyak nama tokoh-tokoh perempuan dalam narasi masa lalu kemerdekaan Indonesia, baik menjelang dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Pada pasca menjelang kemerdekaan Indonesia, selain tokoh laki-laki yang berkorban bagi bangsa Indonesia, ada juga beberapa tokoh perempuan yang berperan dalam merebut kemerdekaan. Akan tetapi tidak banyak sejarah yang mengungkap tokoh-tokoh perempuan.
Menurut Ruth Indiah Rahayu, salah satu peneliti feminist di Institut Kajian Kritis dan Studi Pembangunan bahwa ada cara pandang penulisan sejarah di Indonesia yang diskriminatif dan didominasi teori laki-laki. Yang disebut politik itu adalah yang formal, kelihatan, di mana pelakunya adalah laki-laki. Dominasi sejarah politik dalam historiografi kita lalu terpengaruh, sehingga disebut sejarah adalah peristiwa-peristiwa formal yang berhubungan dengan politik formal yang kemudian muncul pelakunya adalah laki-laki. Alhasil, riset tentang masa lalu hanya menjadi riset tentang peristiwa dengan aktor-aktor politik laki-laki dan aktivitas yang melibatkan aktor-aktor perempuan kemudian tidak terlihat.
Aktivitas politik perempuan banyak yang disebut garis belakang, yaitu sebagai kurir politik untuk menerobos barikade tentara kolonial baik Belanda dan Jepang. Selain itu, pekerjaan politik perempuan dalam memimpin dapur umum-mulai dari penyiapan logistik, pengumpulan makanan, dan keterlibatan perempuan dalam barisan laskar pelangi palang merah, tidak dianggap sebagai keterlibatan politik, melainkan aktivitas sosial.
Perempuan, untuk menjadi pemeran utama dalam perjuangan masih sangat minim. Peran dan perjuangan perempuan pada perang kemerdekaan Indonesia tak dapat diabaikan. Para pahlawan perempuan juga memiliki andil besar dalam peristiwa-peristiwa bersejarah yang berujung pada kemerdekaan Indonesia. Maka perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak lepas dari peran perempuan. Pahlawan perempuan Indonesia juga ikut memberi pengaruh besar di dalam perang kemerdekaan yang berkolaborasi dengan kaum laki-laki.
Ada beberapa nama pahlawan seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Hj. R Rasuna Sahid, Fatmawati Soekarno dan Dewi Sartika masih sering kita dengar. Namun ada beberapa tokoh perempuan luar biasa yang juga berjasa pada kemerdekaan Indonesia yang seolah terlupakan.
Beberapa contoh tokoh perempuan yang hampir terlupakan sejarah adalah Keumalahayati, Martha Christina Tiahuha, Maria Walanda Maramis, Surastri Karma Trimurti, Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan, Nyi Ageng, Opu Daeng Risaju, Siti Manggopoh, Rohana Kudus dan lainnya. Nama mereka tidak banyak disebut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dilihat dari sejarah, tokoh-tokoh tersebut juga ikut ambil andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keumalahayati adalah gadis yang berasal dari Kesultanan Aceh. Malahayati pernah memimpin janda-janda yang telah syahid berperang melawan kapal dan benteng Belanda. Atas keberaniannya, ia mendapat gelar Laksamana. Sedangkan Martha Christina Tiahuha, merupakan pahlawan dari tanah Maluku. Dia adalah gadis pemberani yang ikut bergerilya melawan peperangan sampai diasingkan ke Pulau Jawa.
Maria Walanda adalah perempuan Sulawesi Selatan. Dia adalah seorang pahlawan perempuan pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Â Tokoh yang lainnya adalah S.K. Trimurti seorang wartawati, guru, sekaligus penulis membuatnya harus ditangkap hingga dipenjara. S.K. Trimurti berusaha menyadarkan bangsa Indonesia bahwa negara ini sedang dijajah. Ia tetap menulis beberapa surat kabar dan memperjuangkan kebebasan pers, berekspresi, hingga memperjuangkan kaum-kaum yang tertindas. Tidak kalah dengan Rohana Kudus, wartawan perempuan Indonesia pertama, berkat perjuangannya dia mendapatkan gelar baru-baru ini sebagai pahlawan nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019.
Dari beberapa tokoh perempuan di atas, maka patutlah kita bersyukur dan mengumandangkan harum nama mereka. Mereka sangat berjasa dalam keberadaan perempuan masa kini di bumi pertiwi. Perjuangan mereka telah menghantarkan kita untuk menjadi perempuan yang hebat, perempuan yang tangguh, perempuan yang merdeka dalam memerangi setiap ketidakadilan.
Menurut Anindya Sulasikin, keberhasilan para perempuan atau prestasi yang dihasilkan kaum perempuan masa kini di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, agama maupun pertahanan dan keamanan tak lain karena hasil perjuangan dan pengorbanan para tokoh dan pahlawan perempuan terdahulu.
Lantas apakah yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana dengan pahlawan perempuan masa kini? Perempuan saat ini tidak hanya bicara soal cantik, bekerja dan mengejar kesuksesan. Perempuan masa kini harus dapat mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan harus kita lanjutkan. Perempuan masa kini harus memperkaya diri dengan ilmu, wawasan, pengalaman dan dapat mengembangkan potensi dalam diri.
Saat ini, perempuan Indonesia telah mendapat tempat yang cukup terhormat dalam segala level ataupun bidang. Partisipasi perempuan dalam berbagai bidang untuk mewujudkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki juga merupakan bagian penting dalam membangun bangsa dan membangun kesejahteraan. Upaya peningkatan peran dan partisipasi perempuan Indonesia hendaknya dipandang sebagai suatu strategi dalam membangun ketahanan keluarga, ketahanan masyarakat, maupun ketahanan nasional yang pada akhirnya berimbas terhadap kesejahteraan bangsa Indonesia.
Perempuan Indonesia tidak boleh berhenti hanya sekedar menciptakan sejarah. Tetapi juga harus mempunyai tanggung jawab untuk mengisi sejarah pada tahun-tahun mendatang melalui prestasi dan dedikasi kepada negara dan bangsa. Segala rekam jejak perjuangan perempuan maupun partisipasi perempuan dalam berbagai bidang merupakan bukti historis yang perlu didedikasikan, sekaligus menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia lainnya melalui rekam jejak mereka.
Menjadi pahlawan masa kini tidak harus berada di medan perang. Akan tetapi, kita bisa melakukannya dengan hal-hal kecil di sekitar kita. Emansipasi wanita memang patuh diperjuangkan hingga akhir hayat. Tanpa bertindak, perubahan tidak akan pernah terjadi dalam menggapai masa depan yang lebih baik.
Mari kita perempuan masa kini berkarya dan melakukan yang terbaik untuk nusa dan bangsa. Agar nyatalah cita-cita para pejuang kita dalam menghadirkan kedamaian dan keadilan di Ibu Pertiwi.
Suatu bangsa harus berpijak pada sejarahnya dalam membangun masa kini dan mendatang. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
*) Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Pengurus Pusat (PP) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Discussion about this post