DAERAH
Dampak Corona Terhadap Guru dan Kebijakan Nadiem yang Tak Sampai ke Daerah

DETAIL.ID, Jakarta – Guru di daerah terpencil mengaku tak mendapat arus informasi yang utuh soal kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Salah satunya, mereka kehilangan kesempatan mendapat kabar pelatihan dari pemerintah soal kemampuan mengajar di tengah pandemi virus corona.
Padahal mereka menilai pembelajaran tahun ajaran baru di tengah corona lebih banyak kendala di daerah terpencil. Kurang akses internet dan fasilitas penunjang menjadi kendala terberat.
“Kita masih bingung ini gimana cara ngajar dengan keterbatasan yang kami miliki,” ujar Adimo, Guru SD Negeri 08 Benua di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara seperti dilansir CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (10/7/2020).
Ia bercerita, tahun ajaran baru ini pihak sekolah memutuskan untuk mengajar dengan cara guru berkunjung ke rumah siswa. Ini karena ketika pembelajaran dilakukan daring selama tiga bulan kemarin, banyak kendala.
Beberapa di antaranya terkait jaringan yang kerap putus ketika sedang belajar. Komunikasi ke siswa juga minim karena tak semua siswa punya telepon genggam.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”2500″ newsticker_animation=”vertical” include_category=”4″]
Pada akhirnya, Adimo harus membagi siswa menjadi 4 orang per kelompok. Pada hari yang ditentukan, siswa akan berkumpul di rumah salah satu anggota kelompok dan guru berkunjung untuk mengajar.
Hal ini jadi satu-satunya solusi yang dianggap solutif bagi guru dan tenaga pendidik di Konawe Selatan. Terlebih karena pelatihan atau bantuan dari pemerintah masih minim diterima tenaga pendidik di sini.
Kebingungan serupa juga didapati di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Ridwan, seorang guru di SD Negeri 015 Muara Muntai mengatakan Dinas Pendidikan setempat sebenarnya sudah membuat video edukasi cara mengajar di tengah pandemi.
Namun video tersebut diunggah dan disebarkan secara daring. Sedangkan ia mengatakan tidak semua guru bisa mengakses internet secara maksimal, sehingga sosialisasi pun tidak sampai.

Kepala Sekolah SMPN 4 Bawang Mulud Sugito (kanan) dan guru Wiyata Bhakti melewati aliran sungai di dasar bukit saat mengantar lembar tugas siswa secara langsung ke rumahnya di Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (Detail/ist)
“[Soal] Alokasi anggaran untuk kuota [dari dana BOS] saja tidak jalan. Karena banyak yang enggak tahu ada kebijakan itu. Sosialisasi minim sekali,” ujarnya.
Hal ini mengacu pada kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang mengizinkan pemakaian dana BOS untuk kuota dan pembiayaan pembelajaran jarak jauh.
Namun Ridwan mengatakan masih banyak sekolah yang tidak menjalankan kebijakan tersebut. Banyak yang justru kebingungan menggunakan dana tersebut.
Tahun ajaran baru nanti, pemerintah daerah setempat belum bisa mengizinkan sekolah di daerah tempatnya mengajar dibuka kembali. Karena wilayah Muara Muntai masih berada di zona oranye.
Untuk itu pembelajaran di SD Negeri 015 Muara Mantai terpaksa dilakukan dengan metode berbeda-beda. Yakni 50 persen dengan luar jaringan (luring), 30 persen tatap muka dengan kunjungan guru, dan 20 persen secara daring.
“Karena tidak semua murid bisa belajar daring maksimal. Karena infrastruktur, fasilitas, jaringan bermasalah. Apalagi di pedalaman Kalimantan,” katanya.
Tahun ajaran baru bakal dimulai pekan depan tepatnya 13 Juli 2020. Mendikbud Nadiem mengatakan 94 persen sekolah masih harus belajar jarak jauh.
Namun berkaca pada PJJ tiga bulan berlangsung, banyak kendala yang didapati terlebih di daerah terpencil. Mulai dari kendala jaringan sampai keterbatasan fasilitas.
DAERAH
Parade Puisi Mahasiswa Universitas Merangin, Ini Kata Sastrawan Asia Tenggara

DETAIL.ID, Merangin – Parade puisi yang digelar oleh mahasiswa universitas Merangin (UM), prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang digelar di aula kampus Universitas Merangin.
Acara itu menampilkan pembacaan puisi, oleh mahasiswa mahasiswi UM, dengan membaca karya karya penyair Chairil Anwar dan karya sastrawan Yanto Bule dan Asro Almurthawy yang dikenal sebagai sastrawan Asia Tenggara.
Beragam gaya pembacaan dan juga pantun ditampilkan, dengan menghadirkan Wakil Rektor III Dr Ali Basroh, Dosen Bahasa Indonesian Wiko Antoni Mpd, Baitullah MPD dan Khairul Anwar Mpd.
Bukan hanya tampilan parade puisi, kegiatan tanya jawab proses kreatif para sastrawan Asro Almurthawy dan Yanto Bule yang sudah menulis puluhan buku.
“Kegiatan ini merupakan proyek mahasiswa mahasiswi prodi bahasa dan sastra Indonesia, dan bentuk nyata hasil pembelajaran di kampus,” kata Wiko Antoni pada Rabu, 2 Juli 2025.
Sementara itu Warek III UM, Dr Ali Basroh, mengatakan bahwa kegiatan parade puisi menjadi kegiatan yang menarik dengan menghadirkan langsung pelaku seni itu sendiri, seperti sastrawan yang ada.
“Kehadiran sastrawan Asia Tenggara, Asro Almurthawy dan Yanto bule, memberikan warna bagaimana proses kreatif mereka berkarya sehingga ilmu mereka bisa kita serap dan bisa di aplikasikan mahasiswa kita baik di kampus dan luar kampus,” ujar Ali.
Terpisah Asro Almurthawy sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa UM. Ia berharap kegiatan ke depan semakin baik dan menjadi agenda rutin kampus.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, Semoga ke depan makin baik dan anak anak UM bisa berkarya secara nyata,” kata Asro.
Citra Losa Ismail, Ketua Panitia Parade Puisi mengaku bangga dengan kegiatan yang dilaksanakan di aula kampus UM. Semua mahasiswa prodi bahasa dan sastra Indonesia semester IV, dengan dihadiri mahasiswa mahasiswi semester II kelas A, kelas B dan RPL.
“Terima kasih kepada semua pihak atas terselenggaranya kegiatan parade puisi. Proyek kawan-kawan Prodi bahasa dan sastra Indonesia, semoga kegiatan berikutnya makin baik lagi, dan bisa menghasilkan ilmu dan pengalaman baru pada proses belajar di UM,” ucapnya.
Reporter: Daryanto
NIAGA
DBH Sawit Bagi Provinsi Jambi Alami Tren Penurunan Sejak 2023

DETAIL.ID, Jambi – Alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit yang dikucurkan oleh Pemerintah Pusat bagi Provinsi Jambi tercatat mengalami tren penurunan sejak 2023 lalu.
Berdasarkan penjelasan Kadis Perkebunan Provinsi Jambi, Hendrizal, alokasi DBH Sawit untuk Provinsi Jambi senilai Rp 23 M untuk tahun 2025. Lebih kecil dari tahun sebelumnya yakni Rp 33 M. Padahal awalnya di 2023 alokasi dana mencapai Rp 38 M.
Menurut Hendrizal, pasca ditransfer ke kas daerah atau BPKPD duit DBH tersebut bakal diperuntukkan bagi pendataan, rencana aksi daerah tentang kelapa sawit berkelanjutan, hingga jaminan sosial bagi buruh tani sawit.
“Sejauh ini porsinya sesuai PMK 91, porsi maksimal 20% di bidang perkebunan. 80% untuk infrastruktur,” ujar Hendrizal, Selasa, 24 Juni 2025.
Dia pun menyoal porsi dana yang bersumber dari Pungutan Ekspor CPO yang ditetapkan oleh pusat tersebut. Sebab menurutnya jika peruntukan dana lebih difokuskan spesifik pada infratruktur semacam jalan usaha tani, tentu bakal lebih menopang produktivitas hasil perkebunan rakyat.
Sementara itu terkait program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), dimana insentif dana peremajaan sawit kini menjadi Rp 60 per hektar sejak September 2024 lalu. Kadis Perkebunan Provinsi Jambi tersebut menilai belum berdampak signifikan terhadap animo petani untuk ikut PSR.
“Kondisi di daerah beda-beda ya. Untuk petani yang lahannya cuman sedikit, misal cuman 2 ha dia ga akan mau. Karna ketika ditebang mau makan apa sampai 5 tahun. Beda dengan yang punya lahan luas,” katanya.
Adapun untuk tahun 2025, Disbun Provinsi Jambi menargetkan PSR seluas 14.100 hektar. Sebelumnya di tahun 2023 lalu, dari 10 ribu ha target PSR, terealisasi seluas 7800 ha atau sekitar 70% dari target.
“2025 target 14.100. Mestinya tercapai inikan masih proses. Yang lama itu tadi penyiapan status tanah. Itukan minimal 50 ha, anggota kelompok minimal 20. Kita optimislah, kalaupun tidak 100%, 70% mungkin terkejar,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
DAERAH
Pameran Seni Rupa Dulu, Kini dan Nanti, Seniman Tetap Berangkat dengan Biaya Sendiri

DETAIL.ID, Merangin – Pameran seni rupa satu kegiatan yang sangat dinanti para seniman. Khususnya para perupa di Merangin yang dikenal memiliki kekhasan sendiri dalam berkarya. Meskipun lolos kurasi dari ratusan peserta pameran yang diikuti oleh perupa se- Jambi namun lagi-lagi nasib para seniman Merangin dari dulu, kini dan nanti masih tetap berbiaya sendiri.
Dengan keterbatasan biaya yang dimiliki para perupa Merangin harus berjibaku menyisihkan biaya sendiri untuk berangkat mengikuti pameran Temu Karya Perupa se-Provinsi Jambi di Taman Budaya Jambi, yang digelar pada 23-29 Juni mendatang.
Lagi-lagi para perupa Merangin bisa meloloskan 16 lukisan dari ratusan peserta yang mengikuti seleksi.
“Ada sekitar 120 orang perupa se-Provinsi Jambi, yang ikut seleksi.Alhamdulillah Merangin ada 16 karya yang lolos kurasi dan bisa ikut pameran di Taman Budaya Jambi. Ini wujud kecintaan kita terhadap Kabupaten Merangin agar bisa sejajar dengan kabupaten lainya di Jambi,” kata Bayu Kumara, salah satu perupa Merangin pada Selasa, 24 Juni 2025.
Meskipun penuh dengan keterbatasan, semangat perupa Merangin tetap menyala hngga akhir kegiatan mendatang.
“Untuk konsumsi sehari-hari kami iuran, biar makan satu makan semua, pokoknya tetap semangat untuk menunjukkan perupa masih ada di Merangin ini,” ujarnya.
Sementara itu Asro Almurthawy, Ketua Dewan Kesenian Merangin mengaku prihatin atas tidak adanya perhatian dari dinas terkait terhadap para seniman Merangin khususnya perupa Merangin yang ikut pameran di ajang tahunan.
“Prihatin sekali. Dari dulu, kini dan nanti seniman di Merangin masih terpinggirkan. Kapan pemerintah akan peduli dengan mereka. Harusnya kalaupun tidak dibantu biaya, fasilitasi mereka untuk mengirim karya saja sudah luar biasa,” kata Asro Almurthawy, seniman yang karya tulisnya diakui di Asean ini.
Asro mendorong agar pemerintah daerah bisa menyediakan ruang berekspresi bagi para seniman Merangin, Jika perlu buat ajang pameran di Merangin agar Kabupaten Merangin makin diakui dunia luar.
“Mari sama-sama bersinergi membangun kesenian di Merangin, berikan ruang kepada mereka untuk mengekspresikan kegelisahan mereka lewat karyanya, Jika perlu buat pameran di Merangin, dan saya sangat yakin Bapak Bupati Merangin bisa mewujudkan mimpi-mimpi seniman Merangin,” ucapnya.
Sementara itu dari 15 perupa yang ikut pameran seni rupa di Taman Budaya Jambi adalah Yatno, Bayu Kumara, Alhendrady, Heri Garsi, Tallen Alfaru, Akio Naufalino Nugroho, Defifa Echa Shalwa, Algafabi Danu Hermansyah, Jauza,Sofia, Imam Rasid Daulay, Agi, Meinanda Salsabila Kusuma, Gia, dan Respati Rahmad Prabowo.
Reporter: Daryanto