DETAIL.ID, Jakarta – Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan Indonesia mengalami kerugian tak ternilai karena kematian 100 orang dokter selama pandemi virus corona (Covid-19).
Para dokter yang tersebar di sejumlah daerah itu meninggal setelah positif virus corona.
“Kematian 100 dokter menjadikan kerugian negara tak ternilai. Secara kerugian materiil, kita harus mendidik lagi dokter, itu perlu waktu. Kalau dihitung dengan uang, besar sekali kerugian itu,” kata Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, seperti dilansir CNNIndonesia, Selasa, 1 September 2020.
Pandu menilai dokter yang meninggal merupakan para ahli yang menjadi aktor utama dalam penanganan pandemi.
Oleh sebab itu, jika fenomena kematian tenaga kesehatan (nakes) tak segera diberikan perhatian khusus, maka Indonesia terancam akan mengalami jumlah kematian yang semakin masif.
“Kerugian yang langsung itu, kita akan kekurangan tenaga kesehatan kita yang ahli. Dampaknya besar, bisa potensi kematian pasien meningkat,” ujarnya.
Dalam hal ini, Pandu melihat pemerintah belum mengerahkan upaya yang maksimal, meski kematian dokter sudah menyentuh angka ratusan.
Ia pun mendesak agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera mengambil langkah, seperti merekrut lulusan dokter muda, hingga melakukan audit penyebab kematian baik nakes maupun pasien positif Covid-19 lainnya.
“Kita tidak tahu penyebabnya apakah karena APD atau tidak, masalahnya tidak dipelajari apa sebabnya. Jadi tidak ada tanggung jawab dari Kemenkes,” katanya.
Kemudian, ia meminta pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan tentang klinis penyakit hingga manajemen sistem pelayanan kesehatan kepada para tenaga kesehatan.
Hal itu dapat menjadi salah satu upaya untuk mencegah nakes dari paparan virus corona.
Sebelumnya, IDI mencatat sebanyak 100 dokter telah gugur selama pandemi Covid-19 per tanggal 30 Agustus 2020. Seluruh dokter yang meninggal itu dipastikan karena positif terpapar Covid-19.
IDI mencatat jumlah kematian dokter terbanyak berada di Jawa Timur yakni sebanyak 25 dokter, kemudian Sumatera Utara 15 dokter, dan DKI Jakarta 14 dokter.
Discussion about this post