Penolakan Vaksinasi di Beberapa Negara, Hingga Tentang Vaksin di Masa Lampau

Kolase Vaksin.
Kolase Vaksin.

Efek dan Kandungan Vaksin?

Pada tahun 2011, Jagannath Chatterjee membuat sebuah artikel di situs rense.com berjudul 50 Reasons To Protect Infants From Vaccines” yang artinya “50 Alasan Untuk Melindungi Bayi dari Vaksin”.

Dalam artikel tersebut, ia mengatakan telah berkorespondensi dengan Menteri Kesehatan Serikat dan departemennya tentang hal ini sejak tahun 2006. Baik Menteri maupun Kementerian tidak memiliki jawaban untuk poin-poin ini. Bahkan ketika Dr Abdul Kalam, Presiden saat itu, mengangkat topik berdasarkan masukan saya, tidak ada upaya tulus untuk mengklarifikasi posisi tersebut. Sejak itu saya terus mendidik para dokter tentang masalah ini. Saya juga telah menulis surat kepada Presiden, Wakil Presiden, PM, Sonia, NHRC, NCPCR, ICMR, DGHS, CM saat ini dari berbagai negara bagian, anggota parlemen dari berbagai partai politik dan semua institusi medis yang dapat saya pikirkan.

Ia juga telah menulis surat kepada WHO, GAVI, UNICEF & PATH, lembaga utama yang mempromosikan intervensi medis yang sangat kontroversial ini. Para dokter yang bersimpati pada penyebabnya berpendapat bahwa jika masyarakat tidak menyadari bahaya dari vaksin, akan sangat sulit untuk menghentikan ancaman yang disponsori industri ini. Anda akan setuju bahwa harus ada debat publik tentang vaksin, jika tidak, anak-anak yang malang tidak akan mendapat kesempatan.

Pada poin pertama ia menyebut, tidak ada penelitian ilmiah untuk menentukan apakah vaksin benar-benar mencegah penyakit. Dalam tulisannya yang cukup menggemparkan ialah adanya kandungan logam berbahaya dalam vaksin. Seperti pada poin ke-10 menyebut, semua bahan vaksin di alam sangat beracun. Dilanjutkan pada poin ke 11 dan 12.

Vaksin mengandung logam yang sangat beracun, zat penyebab kanker, bahan kimia beracun, virus hidup dan yang dimodifikasi secara genetik, bakteri dan toksoid, serum terkontaminasi yang mengandung virus hewan dan materi genetik asing, de-kontaminan dan bahan pembantu yang sangat beracun, antibiotik yang belum diuji, tidak ada yang dapat disuntikkan tanpa menyebabkan kerusakan apapun.

Merkuri, aluminium, dan virus hidup dalam vaksin mungkin berada di balik epidemi autisme yang besar (1 dari 110 di AS, 1 dari 10 di seluruh dunia menurut dokter di AS, 1 dari 38 di Korea Selatan, 1 dari 37 menurut sebuah penelitian pribadi oleh dokter di New Delhi), sebuah fakta bahwa (vaksin menyebabkan autisme) telah diakui oleh Pengadilan Vaksin AS. Sekitar 83 kasus dugaan vaksin penyebab autisme telah diberikan kompensasi.

Lalu, apakah masyarakat masih akan terus dipaksakan untuk wajib vaksin? Tidak ada jaminan pasti, namun bukankah semestinya masyarakat pun berhak menentukan apa yang berhak masuk ke dalam tubuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *