DETAIL.ID, Medan – Mungkin menabung secara konvensional, yakni menabung di bank, adalah cara utama yang dipilih masyarakat Indonesia untuk menyisihkan sebagian penghasilannya yang berasal dari hasil keringatnya sendiri.
“Tiga atau empat dekade yang lalu mungkinitulah cara orangtua kita menabung. Hal ini bahkan melekat di kalangan masyarakat, hingga terdapat penggalan lirik sebuah lagu yang berbunyi “Bang Bing Bung Yuk, Kita Nabung”,”kata Muhamad Pintor Nasution, Kepala PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara, kepada para wartawan di Medan, Minggu (28/8/2022).
Tetapi pihaknya melihat seiring dengan perkembangan zaman kaum milenial telah menemukan alternatif lain dalam menyisihkan penghasilannya selain dengan menabung, yakni dengan cara berinvestasi atau membeli saham.
Ia lalu mengingatan peristiwa yang terjadi pada 12 November 2015. Hari itu, ujar Pintor, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan pihak BEI meluncurkan kampanye berjudul “Yuk Nabung Saham (YNS)”.
“Kampanye tersebut mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk ikut serta berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham secara ruitin dan berkala,” kata Pintor.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah jika sudah berinvestasi tidak perlu menabung lagi? Pintor bilang anggapan seperti itu keliru.
Menabung secara konvensional tentu sangat diperlukan guna memnuhi kebutuhan jangka pendek dan panjang keluarga. Sementara dana yang diinvestasikan pada instrumen investasi, seperti saham, dialokasikan hanya untuk kebutuhan jangka panjang.
Oleh karena itu, ia menyebutkan, langkah pertama ketika seseorang memiliki penghasilan, alokasikan sekurang-kurangnya sebesar 30% untuk tabungan di bank.
Sementara itu, sebanyak 70% dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dengan tetap mengalokasikan 6-12 kali dari gaji atau pengeluaran untuk dana darurat (emergency fund).
Sesuai dengan namanya, Pintor menegaskana dana darurat ini digunakan ketika ada keadaan darurat pada masa mendatang. Lalu, kata dia, jika uang yang ada di bank besarnya sudah mencapai 6-12 kali dari biaya hidup satu bulan, barulah masyarakat bisa menggunakan kelebihan dananya untuk membeli proteksi (asuransi).
Kemudian, jika sudah lebih bisa mulai berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham atau reksa dana. Ia mengungkapkan, setiap jenis investasi memiliki risikonya masing-masing.
Terutama investasi saham yang dapat dikategorikan memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena itu, Pintor menasehati calon investor saham agar sebelum memutuskan untuk berinvestasi, ada baiknya seorang investor memiliki tujuan atau rencana keuangan pada jangka panjang.
“Sebagai contoh, tujuan investasi dalam 10 atau 20 tahun ke depan adalah untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak atau membeli rumah. Misalnya, harga rumah yang ingin dibeli saat ini adalah Rp 1 miliar. Jika seseorang mampu mengumpulkan Rp 100 juta per tahun, rumah tersebut dapat diperoleh dalam waktu 10 tahun,” kata dia.
Namun jika hanya dengan mengandalkan metode menabung, Pintor yakin target tersebut akan sulit terealisasikan karena adanya inflasi yang berpotensi meningkat dalam kurun waktu 10 tahun dan mengakibatkan harga rumah tersebut melambung.
Oleh karena itu dengan berinvestasi, Pintor bilang investor dapat melindungi harta yang dimiliki dari penurunan nilai akibat inflasi, mewujudkan target tersebut, dan mencapai tujuan keuangan di masa depan.
Ia mengutip ilmu perencanaan keuangan yang mengatakan dari 30% dana yang awalnya ada di tabungan, jika sudah melebihi angka kebutuhan emergency fund, sebanyak 10% dapat dialokasikan untuk kebutuhan jangka pendek dan tetap ada di tabungan.
Lalu sebesar 10% untuk kebutuhan jangka menengah, dan sebesar 10% dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan jangka panjang yang bisa dialokasikan pada produk-produk pasar modal.
“Namun perlu diingat bahwa evaluasi secara berkala penting untuk dilakukan. Misalnya, setiap enam bulan sekali, setiap investor perlu memantau portofolio masing-masing, agar komposisi dananya tetap terjaga dan berada dalam kondisi yang sehat,” tegas Pintor Nasution.
Reporter: Heno
Discussion about this post