Selain itu, 2.272 rumah di Cianjur rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 4 unit gedung pemerintah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 1 unit fasilitas ibadah rusak.
“Karena gempa ini dangkal, memiliki peluang merusak infrastruktur, rumah, atau pemukiman, di sekitar epicenter,” kata Widjo Kongko, pakar rekayasa pesisir dan tsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari Antara, Senin , 21 November 2022.
Sebelumnya, gempa dengan M 5,6, dan 122 gempa susulannya, dilaporkan memicu banyak kerusakan.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin , 21 November 2022 pukul 19.34 WIB, gempa tersebut menimbulkan 62 orang meninggal dunia.
Selain itu, 2.272 rumah di Cianjur rusak, 1 unit pondok pesantren rusak berat, 1 RSUD Cianjur rusak ringan, 4 unit gedung pemerintah rusak, 3 unit sarana pendidikan rusak, 1 unit fasilitas ibadah rusak.
Sementara itu, kawasan Jawa Barat di bab Selatan dan barat daya Sumatra diketahui menyimpan potensi gempa bumi Megathrust sampai Magnitudo 9,1 dan tsunami puluhan meter.
Menjawab prasangka itu, Widjo membantahnya.
“Gempa yang baru saja terjadi tidak terkait langsung dengan potensi gempa megathrust,” ujar ia.
Meski demikian, Widjo Kongko meminta warga mesti berhati-hati terhadap ancaman tsunami balasan megathrust selatan Jawa dengan mengembangkan kesungguhan upaya mitigasinya.
Diketahui, gempa M 5,6 di Cianjur ialah gempa tektonik yang dipicu oleh gerak sesar Cimandiri.
“Makara gempa yang terjadi ini gempa tektonik yang sentra gempanya posisinya dan kedalaman gempa serta kekuatanya berada pada patahan Cimandiri,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati terhadap CNNIndonesia.com, Senin , 21 November 2022.
Lalu kenapa dampaknya parah?
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan morfologi wilayah sentra gempa Cianjur tersebut pada umumnya berbentukdataran hingga dataran bergelombang, perbukitan bergelombang sampai terjal yang terletak pada bab tenggara gunung api Gede.
Wilayah tersebut secara biasa tersusun oleh endapan Kuarter berbentukbatuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai. Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut juga sudah mengalami pelapukan.
“Endapan Kuarter yang menyusun wilayah ini kebanyakan bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat imbas guncangan, sehingga riskan gempa bumi,” demikian dikutip dari situs ESDM.
Selain itu, morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang sudah mengalami pelapukan juga potensial terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi besar lengan berkuasa dan curah hujan tinggi.