China memang terus dihadapkan dengan gelombang baru Covid-19 terutama setelah pemerintahan Presiden Xi Jinping melonggarkan seni manajemen ketat lockdown mereka imbas demonstrasi warga.
Pada Jumat, 23 Desember 2022, berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jumlah masalah harian Covid-19 di China meraih 28.493 kasus, dan masalah kematian harian mencapai 76 jiwa.
Namun, angka itu berlawanan dengan data yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional China (National Health Commission/NHC). Pada 23 Desember, NHC melaporkan masalah harian cuma 3.761.
Selama ini banyak pihak meragukan data NHC soal perkara Covid-19, sampai-hingga ada pejabat kesehatan yang melaporkan penularan virus corona di China selama bulan Desember disangka mencapai 250 juta masalah.
Berikut fakta-fakta soal perkara Covid-19 di China yang tembus sampai ratusan juta kurang dari sebulan:
1. 250 juta warga tertular Covid-19
CNN melaporkan masalah Covid-19 di China mencapai 250 juta masalah selama 20 hari pertama pada Desember tahun ini.
Perkiraan jumlah perkara itu setara dengan 18 persen dari total 1,4 miliar penduduk China. Jumlah ini juga menjadi kasus terbanyak secara global sejak pertama Covid-19 mewabah.
Perkiraan jumlah itu disampaikan wakil administrator Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (Chinese Center for Disease Control and Prevention/CDC) Sun Yang ketika rapat dengan NHC pada Rabu pekan lalu.
Estimasi kasus kemudian tertuang dalam catatan konferensi. Catatan itu kemudian bocor ke media dan beredar luas di media umum.
Dalam rapat internal tersebut, Sun juga melaporkan sekitar 37 juta masyarakat Negeri Tirai Bambu terinfeksi Covid-19 pada Selasa, satu hari sebelum rapat.
Sun menyampaikan tingkat penyebaran Covid-19 di China akan terus meningkat. Ia juga memperkirakan lebih dari setengah populasi di Beijing dan Sichuan sudah terpapar virus corona.
2. Beda dengan data resmi China
Perkiraan Sun berlainan dengan data resmi yang dirilis NHC. Menurut lembaga kesehatan ini, sepanjang Desember cuma 62.592 kasus di China.
Selama bulan ini, NHC juga hanya melaporkan delapan kematian terkait virus corona.
Menurut pakar penyakit menular China, Wang Guiqiang, mengatakan pemerintah hanya mengklasifikasikan kematian selaku maut Covid-19 bagi pasien yang terpapar dan sebab pneumonia serta duduk perkara pernafasan.
3. Banyak Lansia belum divaksin
Beberapa hebat menganggap lonjakan drastis masalah Covid-19 di China salah satunya terjadi akibat minim tingkat vaksinasi booster utamanya di golongan lansia.
Menurut laporan CNN, cuma 42,3 persen kalangan usia 80 tahun di China yang menerima vaksin dosis ketiga.
Sementara itu, Financial Times melaporkan banyak lansia yang terinfeksi virus corona di Beijing dan sejumlah kota lain. Rumah sakit hingga-hingga mengaku kerepotan gara-gara jumlah pasien yang melonjak.
4. AS-WHO Waswas Desak China Transparan
Menanggapi peningkatan masalah Covid-19 di China, sejumlah negara mulai dari India, Amerika Serikat, hingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai waswas.
Sebab, sebagian besar negara di dunia baru kembali mengawali fase new wajar sehabis terkungkung pembatasan ketat dari ekonomi sampai sosial akibat pandemi Covid-19 yang berjalan sejak 2020 itu.
WHO dan Amerika Serikat lalu mendesak pemerintah China untuk lebih transparan menyoal jumlah masalah terinfeksi dan akhir hayat, tingkat keparahan penyakit, jumlah pasien masuk rumah sakit dan statistik kesehatan lain.
India juga mewanti-wanti warga untuk waspada terkait bahaya kedatangan varian Omicron baru dikala negara tetangga mereka, China, menghadapi gelombang baru Covid-19.
Menteri Kesehatan India, Mansukh Mandaviya, mengatakan pihaknya akan memulai sejumlah langkah pencegahan untuk mengantisipasi kehadiran varian baru Covid-19.