“Informasi Covid-19 yang relevan akan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China untuk referensi dan penelitian,” ujar NHC dalam suatu pernyataan, melansir Reuters.
Namun demikian, NHC tak menyebutkan alasan penyetopan tersebut. NHC juga tak menyebutkan akan seberapa sering CDC China memperbarui gosip soal Covid-19.
Dihentikannya publikasi masalah harian Covid-19 ini terjadi di tengah keraguan masyarakat kepada pemerintah. Banyak orang meragukan keakuratan data kasus Covid-19 yang diterbitkan NHC.
Beberapa orang juga menyaksikan pemerintah China belakangan cukup tertutup tentang kasus Covid-19 yang melanda negaranya.
Sampai saat ini, tak dikenali pasti berapa jumlah kasus aktif Covid-19 di China. NHC sendiri sudah melaporkan tak adanya kasus kematian akhir Covid-19 selama empat hari berturut-turut. Sementara belakangan, berita perihal krematorium China yang dipenuhi oleh mayat Covid-19 terus bergema.
China sendiri telah menyederhanakan definisi ‘ajal balasan Covid-19’ sebagai akhir hayat yang disebabkan oleh pneumonia atau perkara gagal napas balasan jerawat SARS-CoV-2. Sementara kematian lain yang disebabkan oleh komorbid tak dianggap sebagai ‘maut akibat Covid-19’.
Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, pekan lalu memperkirakan China mencatat lebih dari 1 juta bengkak baru dan sekitar 5 ribu kematian balasan Covid-19.
Tak cuma mempersempit definisi kematian akibat Covid-19, NHC juga telah berhenti melaporkan jerawat SARS-CoV-2 yang datang tanpa gejala. Hal ini dilaksanakan semenjak China memecahkan rekor perkara harian Covid-19 pada simpulan November kemudian.
Pilihan China untuk tidak memasukkan pasien tanpa gejala selaku kasus Covid-19 membuat proses pelacakan dirasa kian susah.
Akibatnya, angka perkara resmi dari pemerintah China tak mampu dijadikan panduan yang sempurna. Pasalnya, lebih minim pengujian yang dikerjakan di seluruh negeri.