Boluarte menganjurkan mengembangkan gelaran pemilu berikutnya dari 2026 ke 2024 kepada badan legislatif. Hal itu dilaksanakan sehabis para warga memprotes penggulingan Pedro Castillo dari tampuk pimpinan hingga demonstrasi berujung rusuh dan sejauh ini menewaskan tujuh orang.
Kongres Peru memakzulkan Castillo alasannya adalah mencoba membubarkan dewan perwakilan rakyat demi mencegah pemungutan suara terkait pemakzulan dirinya. Setelah dimakzulkan, Castillo pun dijebloskan ke penjara.
Para pendukung Castillo tidak terima. Mereka turun ke jalan dan menuntut pemilihan umum segera dilaksanakan. Sejumlah demonstran juga menyerukan supaya Castillo dibebaskan.
Warga yang melaksanakan protes pun bentrok dengan pegawanegeri setelah dua hari berunjuk rasa. Kepala kantor ombudsman Peru, Eliana Revolar, menyampaikan tujuh orang tewas dalam bentrokan tersebut. Para pedemo yang meninggal dunia dikabarkan tewas alasannya ditembak pegawanegeri.
Pihak berwenang pada Senin melaporkan korban tewas itu termasuk seorang dewasa usia 16 dan dua sampaumur usia 18 tahun.
“Ini sungguh-sungguh maut yang semestinya tidak terjadi,” kata Revollar, seperti dikutip Reuters, Selasa, 13 Desember 2022.
Dalam aksi itu, setidaknya 32 warga sipil dan 24 polisi juga dikabarkan terluka.
Sementara itu, Castillo sejauh ini menyatakan bahwa pemilihan Boluarte sebagai presiden gres ialah sebuah “permainan kotor”. Dia juga menyebut hal tersebut sebagai “perampasan kekuasaan” dan menyerukan biar majelis menertibkan ulang konstitusi negara.
Castillo juga memastikan ia tidak akan mundur dari jabatan meski sudah dicopot secara sah.
Sebelum protes terjadi, Castillo sendiri menjabat sebagai Presiden didampingi dengan Boluarte sebagai wakilnya.
Selama memimpin, beliau menghadapi serangkaian penyelidikan penyalahgunaan wewenang dan menghadapi lima pengusutan kriminal.
Beberapa di antaranya adalah dituding mendalangi sketsa korupsi dikala menjabat dan memimpin jaringan kriminal yang mengusik instansi pemerintah.