DETAIL.ID, Jambi – Penambangan emas ilegal menjadi momok menakutkan yang sedang membelit Provinsi Jambi.
Hal tersebut diungkap oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi dalam acara Media Gathering Catatan Akhir Tahun 2022, Selasa, 20 Desember 2022.
Berdasarkan analisis citra sentinel 2 unit GIS KKI Warsi pada November 2022, dipetakan bukaan alur sempadan sungai hasil penambangan emas ilegal sebesar 45.896 hektare.
Bukaan sepadan itu naik sebesar 3.535 hektare atau naik 8 persen dari tahun sebelumnya.
KKI Warsi menampilkan peta sebaran penambangan emas ilegal di Provinsi Jambi. Hasilnya, aktivitas itu sudah semakin masuk ke dalam kawasan hutan dan makin banyak hadir di lahan masyarakat.
Parahnya lagi, aktivitas penambangan emas ilegal pada kawasan hutan terpantau berada di dalam kawasan konservasi.
“Kerusakan yang terjadi di kawasan yang di tambang ini akan memperburuk kualitas hidup masyarakat yang tinggal disekitar areal dan masyarakat di hilirnya,” kata Direktur KKI Warsi, Adi Junedi.
Sederet masalah yang timbul akibat ulah aktivitas emas ilegal itu telah banyak merugikan. Oleh sebab itu, Warsi menuntut pemerintah mengambil langkah tegas untuk menghentikan penambangan emas liar ini.
Mereka menuturkan jika penambangan emas ilegal bisa dihentikan, dengan cara memberikan sumber ekonomi baru bagi masyarakat pelaku tambang. Hal itu berdasarkan pengalaman mendampingi masyarakat di lapangan.
Dia menjelaskan sejatinya masyarakat juga takut dengan aktivitas tambang liar. Hanya saja bujuk rayu para tauke dan oknum tertentu telah menyeret masyarakat ke dalam persoalan ekologi dan mengatasi kesulitan ekonomi sesaat.
“Dari pengamatan di lapangan, para penambang ini, juga tidak merasakan ketenangan dalam mencari sumber ekonomi. Mereka sangat terbuka jika ada sumber ekonomi yang bisa diolah dan dikerjakan dan tentu bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
“Di Bukit Bulan Sarolangun, Warsi mengujicobakan pengembangan kelompok petani kakao sejak 2017. Sebagian anggota kelompok ini adalah bekas penambang yang insaf dan kembali berladang dengan komoditi kakao. Kini petani ini sudah bisa menjual hasil panen kakao mereka menjadi sumber ekonomi warga desa,” tuturnya.
Reporter: Frangki Pasaribu
Discussion about this post