DETAIL.ID, Jambi – Sabtu, 22 Juni 2024, Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi (Unja) menggelar kuliah umum yang bertajuk “Land Restoration, Desertification, and Drought Resilience,” dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Acara ini berlangsung di Swiss Belhotel Jambi pada Sabtu pagi pukul 09.00 WIB. Narasumber utama dalam acara ini adalah Prof. Dr. Ir. Basuki Wasis, M.Si dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Prof. Basuki Wasis dalam pemaparannya menekankan pentingnya restorasi lahan dan ketahanan terhadap kekeringan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Lebih lanjut, beliau menyoroti bahwa ketahanan terhadap kekeringan memerlukan perencanaan yang matang dan komprehensif.
Salah satu isu yang mengemuka adalah eksploitasi batu bara yang semakin mengkhawatirkan. Prof. Basuki mengungkapkan, “Semua perusahaan tambang harus memiliki izin yang lengkap seperti IUP, izin tambang, izin AMDAL, dan izin lainnya.” Selain perizinan yang ketat, pengawasan dari pemerintah juga harus ditingkatkan untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.
Dalam diskusi yang berlangsung, Prof. Basuki juga menyoroti perlunya pembatasan terhadap operasi perusahaan tambang sebagai salah satu solusi mengurangi dampak negatif eksploitasi batu bara. “Perusahaan-perusahaan tambang ini harus dibatasi oleh negara. Semisal perusahaan tahun ini kita anggap dapat 10 hektare atau 5 hektare, setelah itu dilakukan reklamasi dulu. Selesai reklamasi, baru pemerintah kasih izin lagi,” ujarnya.
Pendekatan ini dianggap penting untuk memastikan bahwa setiap lahan yang dieksploitasi dapat dipulihkan sebelum dieksploitasi lebih lanjut. “Perusahaan-perusahaan tambang ini harus dibatasi sesuai Rencana Kerja Tahunan (RKT),” kata Prof. Basuki.
Acara kuliah umum ini mendapat apresiasi dari peserta yang hadir, termasuk mahasiswa, akademisi, dan praktisi lingkungan. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan dan wawasan yang diberikan sangat relevan dan penting untuk diaplikasikan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.
Reporter: Jorgi Pasaribu
Discussion about this post