DETAIL.ID, Seoul – Kematian Wali Kota Seoul Park Won-soon yang diduga bunuh diri memicu kekhawatiran tentang tren bunuh di Korea Selatan (Korsel).
Mayatnya ditemukan di Gunung Bugak di utara Seoul, dekat tempat sinyal teleponnya terakhir terdeteksi pada Kamis (9/7/2020).
Sebelumnya dia dilaporkan hilang oleh anak perempuannya di tengah penyelidikan dan laporan media atas dugaan pelecehan seksual.
Dilansir dari SINDOnews, Park merupakan politikus ternama yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebelumnya banyak ikon progresif perpolitikan Korsel yang juga bunuh diri seperti Presiden Roh Moo-hyun dan pemimpin-pemimpin Partai Keadilan Roh Heo-chan.
Umumnya motivasi bunuh diri mereka karena reputasi politik yang hancur hingga depresi selama bertahun-tahun karena perundungan virtual (online bullying).
Korsel merupakan negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia, yakni mencapai 26,6 per 100.000 orang pada 2018.
Data Organization for Economic Cooperation and Development pada 2017 menunjukkan tingkat bunuh diri di Korea Selatan mencapai 23 per 100.000 orang. Tingkat bunuh diri di Korsel pun paling tinggi di antara negara maju lain.
Data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel menyatakan, pria di sana memiliki potensi dua kali bunuh diri dibandingkan perempuan.
Usia rata-rata bunuh diri pun beragam. Rata-rata bunuh diri di kalangan pria Korsel pada 2018 mencapai 38,5 per 100.000 orang.
Dari segi usia, mereka yang berusia di atas 80 tahun menunjukkan tingkat bunuh diri tertinggi, 69,8 per 100.000 orang. Tingkat bunuh di kalangan remaja berusia 20 tahun mencapai 17,6 per 100.000 dan bagi remaja berusia belasan tahun mencapai 5,8 orang per 100.000.
Secara umum, tingginya tingkat bunuh diri Korsel disebabkan karena faktor ekonomi. Menurut Yang Doo-seok, profesor di Universitas Gachon, budaya orang harus sukses berkontribusi besar terhadap tren bunuh diri.
“Pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda menyebabkan tingkat bunuh diri juga tinggi,” kata Yang.
Selain itu, banyak anak muda semakin tidak menghargai kehidupan sehingga bunuh diri juga semakin banyak.
“Apalagi banyak konten yang cenderung merusak di internet, Instagram dan YouTube,” ucap Yang.
Kemudian, Mitch Prinstein, profesor psikologi dari University of North Carolina at Chapel Hill, bunuh diri tidak hanya dipicu oleh satu permasalahan.
“Orang melakukan bunuh diri setelah periode yang lama. Mereka terjebak dalam depresi,” ujarnya.
Dalam kasus bunuh diri Park memang mengejutkan. Dia sebelumnya secara terbuka menyatakan ambisinya untuk menjadi presiden pada Pemilu 2022 mendatang.
Kematian itu juga terjadi menjelang pemilu sela yang akan dilaksanakan pada April 2021.
Park meninggalkan catatan bunuh diri yang ditemukan di meja di kediamannya. Catatan itu bertanda tangan dan bertuliskan tangan.
Dia mengucapkan terima kasih bagi orang yang bekerja bersama selama kariernya dan meminta maaf bagi keluarganya yang menyebabkan mereka “menderita”.
Surat itu dirilis Pemerintah Kota Seoul atas izin keluarga Park kemarin pagi, setelah 12 jam jenazahnya ditemukan.
Discussion about this post