Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (Korea Disease Control and Prevention Agency/KDCA) membeberkan pasien berusia 50 tahun asal Negeri Ginseng itu meninggal tak lama sehabis pulang dari Thailand.
Naegleria fowleri ialah ameba atau organisme hidup bersel tunggal yang hidup di tanah dan air tawar hangat. Mereka hidup di kawasan mirip mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia.
Berdasarkan jurnal dari Infectious Diseases Society of America (IDSA) memaparkan setidaknya ada 381 masalah Naegleria fowleri di seluruh dunia terhitung sejak 1937-2020 dan hanya tujuh perkara yang selamat. Sebanyak 154 lebih masalah tercatat di Amerika Serikat.
Sebagian besar pasien terinfeksi ameba ini sesudah berenang atau menyelam di danau dan bak serapan air.
Infeksi ameba pemakan otak ini memang langka tetapi mematikan. Tingkat ajal di antara orang-orang yang terinfeksi Naegleria fowleri itu mencapai 95 persen.
Ameba menginfeksi seseorang dengan cara menghirup lewat hidung dan masuk ke otak.
KDCA menjelaskan gejala permulaan penyakit ini mungkin berupa sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan gejala lain yang mengakibatkan pusing parah serta kaku leher.
Masa inkubasi Naegleria fowleri umumnya berlangsung dua sampai tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari, demikian dikutip Korea Herald.
Berikut deret negara yang mencatat kasus ameba pemakan otak.
1. Korea Selatan
KDCA mengatakan pasien tersebut kembali ke Korsel pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di Thailand.
Sehari usai tiba di Korsel atau pada 11 Desember, laki-laki itu dibawa ke rumah sakit dan meninggal pada 21 Desember.
Badan kesehatan Korsel itu juga melakukan tes genetik kepada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab maut.
Berdasarkan hasil tes gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen seperti dengan yang ditemukan di pasien meningoensefalitis ameba primer (primary amoebic meningoencephalitis/PAM) yang disebabkan oleh Naegleria Fowleri.