Sebelumnya, suatu video booming di TikTok yang mengimbau penduduk untuk tidak keluar malam pada 22 Desember 2022 alasannya fenomena solstis.
“Tidak boleh keluar malam tanggal 21 Desember 2022,” kata akun @hendrikecee dalam video yang telah disukai lebih dari 240 ribu pengguna ini. Video itu sendiri takĀ memberi klarifikasi apa pun selain goresan pena tadi dan tangkapan judul media yang tak terperinci.
Netizen pun ramai memperbincangkan fenomena ini karena merasa cemas akan ada yang terjadi pada tanggal tersebut.
Fenomena biasa
Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Nasional (OORPA/LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan solstis berasal dari bahasa latin: solstitium, yang terdiri dari dua kata adalah sol (Matahari) dan stitium yang memiliki arti tempat berhenti, singgah, atau balik.
Solstis, yang mampu disepadankan dengan titik balik Matahari, mampu didefinisikan sebagai “peristiwa dikala Matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif kepada sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit).”
Solstis terjadi dua kali setahun, adalah Juni dan Desember. Fenomena ini disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat kepada bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).
Saat Bumi berotasi juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga acap kali kutub utara dan kepingan Bumi selatan menjauhi Matahari. Inilah keadaan solstis Juni.
Sebaliknya, fenomena solstis Desember terjadi saat Kutub Selatan dan cuilan Bumi selatan cenderung ke Matahari, sementara Kutub Utara dan penggalan Bumi utara menjauhi Matahari.
ORPA/LAPAN mengungkap Solstis Desember 2022 terjadi pada Kamis , 22 Desember 2022 pukul 10.27.23 WIB/11.27.23 WITA/12.27.23 WIT.
ORPAĀ menerangkan solstisĀ memang memiliki pengaruh terhadap sejumlah hal, yakni gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi, dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi;Ā durasi siang dan malam; serta perubahan trend.
“Dampak solstis yang dicicipi oleh insan pasti tidak seekstrem yang dinarasikan mirip pada imbauan yang disinformatif dan menyesatkan,” kata ORPA/LAPAN.
Lembaga tersebut menilai solstis tak terkaitĀ dengan sejumlah bencana alam, mulai dari gempa hingga banjir rob.
“Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis,” tutur keterangan tersebut.
“Karena solstis merupakan fenomena murni astronomis yang djuga mampu memengaruhi iklim dan demam isu di Bumi. Sedangan fenomena-fenomena tersebut (erupsi, gempa, tsunami, banjir rob) disebabkan masing-masing dari acara vulkanologis, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi,” kata ORPA/BRIN.