Dipulihkannya akun tersebut menyusul kritik tajam dari para pejabat pemerintah, kalangan advokasi dan organisasi jurnalisme di beberapa bagian dunia pada Jumat, 16 Desember 2022.
Kebanyakan dari mereka menganggap langkah Musk yang juga pemilik Twitter ini membahayakan bagi keleluasaan pers.
Sementara itu, jajak pendapat Twitter yang dikerjakan Musk juga menawarkan mayoritas warganet menginginkan akun para jurnalis dipulihkan.
Sejauh ini Twitter belum menanggapi pemulihan akun para jurnalis, mengutip Reuters. Namun, akun yang sebelumnya sempat ditangguhkan, tergolong jurnalis dari New York Times, CNN, dan Washington Post, sudah kembali diaktifkan.
Para jurnalis ini diketahui mempunyai kesamaan sebab kerap mengkritik Musk baik soal keputusan manajemen maupun kebijakannya usai mengakuisisi Twitter pada Oktober.
Kepala hak asasi manusia PBB merespons langkah pemulihan akun tersebut, namun dia tetap memiliki kekhawatiran.
“Twitter memiliki tanggung jawab untuk menghormati hak asasi insan: @elonmusk mesti berkomitmen untuk membuat keputusan berdasarkan kebijakan yang tersedia untuk lazim yang menghormati hak, termasuk keleluasaan berbicara. Tidak kurang dari itu,” kata Volker Turk, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi insan.
Sementara itu Donie O’Sullivan, seorang reporter CNN yang termasuk di antara jurnalis yang akunnya ditangguhkan tapi kemudian sekarang telah diaktifkan, mengaku masih tidak dapat menciptakan unggahan.
Platform tersebut dikatakan menuntut penghapusan salah satu unggahannya. Dia mengatakan akan mengajukan banding.
Kepala komunikasi PBB Melissa Fleming menulis pada akun Twitternya bila ia sungguh terganggu oleh penangguhan akun jurnalis yang dilaksanakan Musk. Bagi Fleming, keleluasaan media bukanlah mainan.
Kementerian Luar Negeri Jerman juga memperingatkan Twitter kalau mereka melaksanakan langkah-langkah yang membahayakan kebebasan pers.