DETAIL.ID, Jakarta – Pegiat bisnis properti di Indonesia perlu mewaspadai beberapa sentimen negatif yang berpotensi muncul di sektor properti pada tahun 2023.
Merujuk kepada Property Outlook Survey 2023, Senior Researcher Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, mendapati sebanyak 59 persen responden optimistis ekonomi global tak akan mempengaruhi pertumbuhan properti di dalam negeri.
Para responden dalam survei itu merupakan seluruh stakeholder properti, seperti developer, investor, konsultan, pengamat properti, perbankan dan pemerintah.
“Mereka menilai situasi ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Namun, ada 5 risiko utama yang dicatatkan oleh para responden sebagai hal yang perlu diwaspadai di tahun depan,” kata Syarifah seperti dikutip Bisnis, Ahad 5 Desember 2022.
Kelima sentimen negatif yang dapat mempengaruhi sektor properti tersebut adalah dampal pandemi Covid 19, inflasi, persiapan tahun politik, pengangguran dan kenaikan suku bunga acuan.
Pandemi Covid-19 diakui memiliki dampak yang berkelanjutan. Menurutnya, setelah 2 tahun pandemi berlangsung, kekhawatiran akan proses pemulihan masih pekat di tengah pasar properti.
Sementara sentimen kenaikan inflasi turut memberi pengaruh dan menjadi kewaspadaan stakeholder di industri ini. Seperti dikutip dari Tempo, tingkat inflasi pada November 2022 tercatat melandai ke angka 5,42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut turun dari inflasi bulan Okotber di level 5,71 persen yoy.
Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66 persen responden, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3-5 tahun ke depan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik di 2024 nanti.
“Para responden juga mewaspadai berbagai potensi risiko yang bisa mengganggu perkembangan sektor properti, seperti dampak pandemi yang berkelanjutan, kenaikan inflasi, dan semakin dekatnya pemilu,” ujarnya.
Disamping itu, masih ada beberapa subsektor properti yang diprediksi prospektif. Misalnya landed house atau rumah tapak yang paling banyak dipilih responden. Subsektor lainnya meliputi industri, pergudangan modern, ritel, hotel, dan villa resor.
“Sementara untuk subsektor perkantoran dinilai masih stagnan dan apartemen strata cenderung melemah,” ungkapnya.
Discussion about this post