DETAIL.ID, Jambi – Borju, pemuda dari Desa Muarajambi, persis di kawasan situs percandian Muarojambi. Ia dikenal lantang dalam menyuarakan segala bentuk aktivitas yang dapat mengancam kelestarian Candi Muarojambi.
Salah satu keberanian Borju menyuarakan bahwa kawasan Candi Muarojambi terancam akibat keberadaan stockpile batu bara kepada Presiden RI, Joko Widodo saat berkunjung pada April 2022.
Presiden Joko Widodo langsung menanggapi dan berjanji berkoordinasi dengan Gubernur Jambi, Al Haris dan Ketua DPRD Provinsi Jambi, Edi Purwanto agar stockpile batu bara dibersihkan dari Kawasan Candi Muarojambi.
Kenyataannya, sembilan bulan sejak kedatangan orang nomor satu Indonesia tersebut, stockpile di kawasan candi tak kunjung dibersihkan. Toh, Candi Muarojambi masih dikelilingi oleh stockpile batu bara.
“Waktu itu, Bapak Presiden Jokowi langsung berkoordinasi dengan gubernur dan Ketua DPRD. Katanya akan diselesaikan. Tapi, hingga hari ini keberadaan stockpile batu bara masih ada,” ujar Borju kepada DETAIL.ID usai acara peluncuran produksi Web Series Dokumenter “Muarajambi Bertutur” di Museum Siginjai pada Selasa, 13 Desember 2022.
Ketua Perkumpulan Rumah Menapo itu tetap gencar dan tak bosan-bosan menyuarakan segala bentuk ancaman bagi kelestarian Candi Muarojambi.
Dalam acara itu, ia menampilkan miniatur Candi Muarojambi yang dikelilingi oleh stockpile batu bara. Borju memberi penjelasan di hadapan Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemendikbud, Ahmad Mahendra dan kepada semua pengunjung yang datang.
“Kita tetap menyuarakan itu dan mengampanyekan dengan bentuk apa pun. Contohnya hari ini kita tampilkan miniatur stopckpile batu bara yang mengitari Candi Muarojambi,” katanya.
Selain keberadaan stockpile batu bara, ia juga menyinggung soal Sungai Batanghari. Borju mengatakan saat ini sungai telah tercemar akibat adanya praktik pertambangan di hulu sungai, seperti pasir dan emas.
“Pastinya semua harus peduli dulu dengan sungainya. Karena kalau kita menilik sejarah Sungai Batanghari sebagai urat nadi peradaban, kalau itu hanya sebagai semboyan tanpa kita memperhatikan kondisi sungai sekarang, maka akan sia- sia juga,” ujar Borju.
Selanjutnya Borju mengatakan jika kebijakan pemerintah sangat penting dalam aturan main terhadap daerah aliran sungai. Contohnya kebijakan pembangunan seperti mal yang memakan badan sungai.
“Nah, kan harus ditelaah kembali bagaimana kebijakan ini berlangsung,” ucapnya.
Ia berharap pemerintah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa Sungai Batanghari adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Jambi.
“Dahulu, Sungai Batanghari sempat kita nikmati pasang hijau, airnya bening sehingga ada lagu-lagunya. Tanpa kita bisa menjaganya, akan sia- sia,” tutur Borju.
Reporter: Frangki Pasaribu
Discussion about this post