Penelitian ini dipimpin oleh Tzila Eshel, arkeolog dari University of Haifa, Israel. Hasil observasi para arkeolog pun sudah menerbitkan hasil peneltian mereka di Science Direct berjudul The earliest silver currency hoards in the Southern Levant: Metal trade in the transition from the Middle to the Late Bronze Age.
Lewat studinya, para pakar meyakini timbunan perak itu selaku bukti paling permulaan penggunaan perak selaku mata duit pada pertengahan sampai tamat Zaman Perunggu di tempat Levant.
Istilah Levant digunakan untuk menyebut area besar di daerah Mediterania Timur sampai Asia Barat mencakup ara yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Lebanon, Palestina dan sebagian besar tempat Turki.
Dalam penelitiannya, Eshel beserta kolega mempelajari 28 penggalan perak dari empat timbunan yang ditemukan di situs arkeologis Zaman Perunggu.
Empat situs itu terletak masing-masing di kawasan Gezer (Penggunungan Judaean), pemakaman Megiddo (sebelah utara Israel), Shiloh (Tepi Barat), dan Tell el Ajjul (Gaza, Palestina).
Eshel menerima timbunan perak dari Gezer, Shiloh, dan Tell el-Ajjul tidak didapatkan bantu-membantu dengan perkakas dari perak. Mereka pun menyimpulkan timbunan itu hanya digunakan untuk alat tukar, bukan untuk menciptakan perangkat perak yang lain.
“Penggunaan permulaan perak selaku alat pembayaran di kawasan Levant umumnya diabaikan dan timbunan perak selaku mata uang seringnya diperkirakan yakni fenomena Zaman Besi,” tulis para spesialis.
“Berdasarkan konteks, tipologi, kimiawi dan penilaian Pb-isotopik perak di Megiddo, Gezer, dan Shiloh, kami memberikan untuk pertama kali bahwa bukti material paling permulaan untuk penggunaan perak sebagai mata uang dan nilai di selatan Levant berasal dari pertengahan ketiga Zaman Perunggu (1770/1650 – 1600/1550 SM),” tulisnya lagi.
Dilansir LiveScience, Eshel lalu berusaha memperoleh asal-seruan perak di timbunan tersebut. Caranya, mereka memakai cairan kimiawi dan isotop -kombinasi dalam jumlah neutron di dalam inti sebuah komponen, yang berganti dari waktu ke waktu dengan tingkat yang dikenali, karena radiasi-.
Hasil analisis itu menunjukkan tanda penyebaran transisi antara sumber perak pada 1200 SM dari daerah tambang perak di Anatolia -sekarang Turki- ke tambang perak di tenggara Eropa, untuk lalu dibawa ke kawasan Levant melalui perdagangan.
Para arkeolog juga menemukan, perak yang berada di Tell el-Ajjul secara isotopik mirp dengan perak yang ada di kebudayaan Zaman Perunggu Myceneaean di Yunani.
“Karena ada kemiripan isotopik pada potongan perak dari Tell el- Ajjul dengan Pemakaman Shaft milik Mycenaean, ada kemungkinan mereka berasal dari sumber yang sama,” tulis para arkeolog.
Bukan studi gres
Di segi lain, arkeolog Raz Kletter dari University of Helsinki memberikan, hasil pengamatan ini “menambah wawasan kita”. Namun menurutnya, fakta bahwa perak digunakan untuk keperluan ekonomi bukanlah hal gres.
Menurut ia, telah ada studi lain yang memperlihatkan perak telah digunakan selaku alat transaksi pada Zaman Perunggu di selatan Levant.
Selain itu menurutnya, belum niscaya juga perak yang dipotong tak beraturan itu berperan sebagai alat tukar.
“Kita tidak bisa mengidentifikasi pemiliknya. Selain itu, tempat perak itu disembunyikan tidak benar-benar memberitahu kita asal usulnya,” tandas beliau.
(can/lth)