DETAIL.ID, Tanjungjabung Timur – Angka stunting di Kabupaten Tanjungjabung Timur tergolong masih tinggi. Di tahun 2021 lalu, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) mencatat prevalensi angka stunting sebanyak 973 anak.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas PPKB Kabupaten Tanjungjabung Timur, Barusman. Dia mengatakan, salah satu penyebab masih tingginya prevalensi angka stunting, yakni karena masih tingginya angka pernikahan dini.
“Ya, ada sebanyak 973 anak balita di Tanjungjabung Timur masuk kategori stunting. Dan angka tersebut tinggi diakibatkan karena masih tingginya pernikahan dini,” katanya.
Dia menjelaskan, jumlah tersebut berdasarkan hasil pengukuran gizi balita pada bulan Agustus 2021 lalu melalui aplikasi E-PPGBM secara By Name By Address. Dari sasaran balita yang 15.336 dan jumlah balita yang diukur antropometri sebanyak 13.904 atau 90,67 persen, maka didapatkan prevalensi angka stunting pada balita sebesar 7 persen atau 973 anak.
“Angka stunting ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu sebanyak 1.097 anak atau 7,11 persen dari jumlah balita yang diukur sebanyak 15.421 atau 94,74 persen. Sementara prevalensi angka stunting sebesar 7,34 persen,” katanya.
Dia menerangkan, sesuai dengan Perpres 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting Dinas PPKB kabupaten/kota disebutkan menjadi leading sektor untuk percepatan penangan stunting. Meski demikian, 12 OPD lain yang terlibat dalam penanganan stunting tetap akan bekerja sesuai tupoksi masing-masing dan berkoordinasi dengan Dinas PPKB.
“Hanya saja di tahun 2022 ini, tugas OPD diperkuat dengan adanya Perbup No 21 tahun 2021 tentang peran desa dalam percepatan penurunan angka stunting, sehingga desa juga harus berperan aktif dalam menurunkan angka stunting,” ujarnya.
Pada tahun 2022 ini, lanjutnya, 181 Tim Pendampingan Keluarga (TPK) dibentuk dan akan bertugas ditiap desa maupun kelurahan. Satu TPK terdiri dari 3 orang anggota diantaranya Bidan, anggota TP-PKK dan Kader KB.
“Fungsi TPK sendiri yakni bertugas mendampingi mulai dari masa kehamilan hingga 2 tahun masa menyusui atau dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan. Langkah ini lah yang diharap mampu menurunkan angka stunting di Tanjungjabung Timur,” katanya.
Dia menambahkan, dari hasil survei Dinas PPKB Tanjabtim, angka pernikahan dini yang cukup tinggi menjadi salah satu penyebab tingginya angka stunting. Oleh karena itu, Dinas PPKB Tanjabtim akan lebih memfokuskan kepada upaya pencegahan sekaligus pendampingan.
“Kita akan lebih berusaha untuk melakukan pencegahan,” katanya.
Discussion about this post