Menurutnya, ini yakni salah satu ciri, ekonomi tahun ini bergejolak dan kemungkinan berlanjut di tahun depan.
“High inflation atau inflasi yang tinggi, tahun ini diperkirakan inflasi dunia meraih 9,2 persen,” ucapnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin , 21 November 2022.
Inflasi tinggi ini utamanya ditopang oleh negara maju seperti AS yang diperkirakan mendekati 8,8 persen, Eropa sekitar 10 persen dan Inggris mendekati 11 persen. Hal ini dikarenakan lonjakan harga akibat perang Rusia-Ukraina yang masih memanas.
“Dari mana inflasinya, tentu saja harga energi dan tidak adanya pasokan energi akibat perang maupun kondisi geopolitik. Inflasi energi, inflasi pangan yang langsung lalu berhubungan dengan kemakmuran rakyat,” ucapnya.
Sedangkan, untuk Indonesia inflasi sampai simpulan tahun diperkirakan 6,1 persen dan dibutuhkan mampu ditekan menjadi lebih rendah dengan aneka macam kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia.
“Untuk (inflasi) November dan Desember imbas dari adaptasi harga BBM masih akan berlangsung. Kemungkinan-kemungkinan masih akan naik (inflasinya), asumsi kami tamat tahun 6,1 persen, moga-moga bisa lebih rendah lagi,” tuturnya.
Sementara, untuk tahun depan Bank Indonesia menyusun perkiraan makro dengan detail:
– Pertumbuhan ekonomi 4,37 persen, lebih rendah dari prognosa tahun ini 5,12 persen
– Inflasi 3,61 persen, lebih rendah dari prognosa 2022 sebesar 6,11 persen
– Nilai tukar rupiah Rp15.070 per dolar AS, lebih lemah dibandingkan prognosa tahun ini Rp14.830 per dolar AS.