Melansir Modul Sejarah Indonesia Kelas X KD 3.5 dan 4.5, mengkaji proses masuknya imbas agama Hindu dan Buddha ke kawasan Nusantara memerlukan analisis yang dalam.
Pasalnya, belum ada komitmen yang bulat di antara para ahli perihal siapa yang menenteng kebudayaan tersebut ke Nusantara.
Perbedaan tersebut lalu memunculkan sejumlah teori. Untuk dapat mengetahui maksud dari proses masuknya Hindu-Buddha, kau dapat mengetahuinya dalam teori-teori ihwal masuknya Hindu Buddha ke Nusantara.
Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha ke Nusantara
Berikut ini beberapa teori perihal masuknya Hindu Buddha ke Nusantara, dihimpun dari aneka macam sumber.
1. Teori Ksatria
Merujuk ebook berjudul Masuknya Hindu Budha ke Indonesia karya Johan Ari Makmur, salah satu teori yang terkenal yaitu Teori Ksatria. Teori ini dipelopori oleh C.C. Beig dan Ir. Hoens.
Keduanya beropini bahwa pembawa dan penyebar kebudayaan Hindu ke Indonesia yakni kalangan Ksatria atau darah biru. Pendapat ini didasarkan pada sifat petualangan yang dimiliki oleh para Ksatria.
Terjadinya perang kerabat di India membuat para Ksatria terpaksa melarikan diri ke Indonesia. Kemudian mereka mendirikan kerajaan yang berkebudayaan Hindu untuk pertama kalinya di Nusantara.
2. Teori Waisya
Teori Waisya menyatakan bahwa kalangan Waisya yang punya peran besar dalam membuatkan agama dan kebudayaan Hindu Buddha.
Hal itu diutarakan oleh Prof. Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat kelompok yang terdiri dari pedagang, petani, dan pemilik tanah tersebut sudah mengenal agama Hindu Buddha.
Selain berdagang, kehadiran kelompok Waisya juga memperkenalkan agama dan kebudayaan Hindu Buddha kepada penduduk Indonesia. Golongan ini diyakini cuma tinggal beberapa waktu, tetapi ada juga yang menetap lalu menikah dengan masyarakatdi Nusantara.
3. Teori Brahmana
J.C. van Leur berpendapat bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum Brahmana yang berhak mempelajari dan mengetahui isi kitab suci Weda. Kedatangan mereka disangka atas permintaan para penguasa lokal yang kesengsem dengan agama Hindu.
Sebelum kembali ke India, kaum Brahmana kerap meninggalkan kitab Weda sebagai kado bagi raja di Nusantara. Namun, teori ini memiliki kekurangan.
Pertama, raja-raja Indonesia mustahil mampu memahami isi kitab Weda tanpa dibimbing oleh kaum Brahmana. Kedua, berdasarkan pedoman Hindu Kuno, seorang Brahmana tidak boleh menyeberangi lautan, apalagi meninggalkan tanah airnya.
4. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh Van van Faber. Menurut teori ini masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra.
Menurut Faber, kelompok berkasta Sudra atau pekerja berangasan dari India menghendaki kehidupan lebih baik dengan pergi ke kawasan lain, salah satunya Indonesia.
Selain itu, kaum Sudra keluar dari India dan tiba ke Indonesia sebab ingin mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai.
Namun teori yang satu ini menyebabkan kontroversi karena kaum Sudra terdiri atas golongan dengan derajat paling rendah sehingga tidak layak berbagi agama Hindu.
5. Teori Arus Balik
Teori Arus Balik dicetuskan oleh F.D.K. Bosch untuk menyanggah teori Waisya dan Ksatria. Menurut Bosch, masyarakat Indonesia mempunyai peranan dalam penyebaran dan pengembangan agama Hindu dan Buddha.
Interaksi masyarakat Indonesia dengan orang-orang India membuat mereka mencar ilmu agama Hindu Buddha di tempat yang disebut Sangga.
Setelah belajar bahasa Sanskerta, kitab suci sastra, dan budaya tulis, penduduk Indonesia lalu mendalami agama Hindu Buddha di India.
Lalu mereka kembali ke Nusantara untuk mengembangkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha kepada penduduk Indonesia.
Teori ini didukung dengan prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Raya Balaputradewa dari Sriwijaya meminta raja India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai kawasan belajar bagi para tokoh Sriwijaya.
Adapun kerajaan yang mendapatkan corak budaya India yakni Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, Majapahit, dan kerajaan-kerajaan di Bali.
Demikian teori-teori masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara. Semoga mampu berfaedah.